Saturday, 31 December 2011

2011

Salams,


Bismillah hirRahman NirRahiim.

Allahhumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, wa'aala A'ali Saidina Muhamad.


Kepada mereka-mereka yang menyerahkan jiwa di Tangan-Nya, Sang Maha Pemurah itu.


Tahun 2011. Tragedi. Bahagia.

Tiada apa yang mampu ditulis untuk melihat kembali segala kenangan tahun ini. Pinta saya, doa saya, semoga saya dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa - beriman dengan-Nya dengan sebenar-benar iman, iman yang murni seperti emas. Iman yang tiada ragu-ragu. Iman seperti Junjungan Rasulullah saw. Yang redha dan syukur atas segala yang terjadi. Seperti wali-waliNya, yang tidak bimbang dan tidak bersedih.

Ameen.

Saya doakan kalian jua, ameeen.

Al-Fatihah kepada Abah yang sangat saya cintai, semoga ruhnya ditempatkan di Syurga Firdaus bersama-sama dengan Rasulullah saw, Saidina Abu Bakar r.a., Saidina Umar Al-Khattab r.a., Saidina Uthman r.a., dan Saidina Ali r.a.

Sahabat-sahabat yang dimuliakan, semoga kalian dicintai dan diredhai Allah, Rabbul "Alamin itu.





Salam sayang,
Nur





Thursday, 29 December 2011

WORDLESS WEDNESDAY!


I know the title is wrong, today is Thursday, and another 27 minutes, it is going to be Friday. But I really like the title, and many bloggers have put the same title as well ( click here, here and here).

Anyhow, the White is going to lose. The chess game I mean.

But the real intention of writing this entry is - please read the Surah Hud! It is amazing, way too amazing. Let's discuss about it tomorrow, shall we?

Heck, this is not wordless wednesday as there are lots of words!

:)

Wednesday, 28 December 2011

IKHLAS, IHRAM DAN DOA



Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, wa'ala 'Aali Saidina Muhamad.

Kepada mereka yang hatinya sedang meruap ke langit biru.



1
Saya temui satu kata yang sangat berkesan dari blog ini:

Ajari aku bagaimana caranya menjadi ikhlas.

Ah, dia perempuan bulan mei, yang mencintai hujan. Ku kira mereka-mereka yang mempunyai hati yang lembut pasti mencintai hujan. Hujan ini begitu sinonim dengan duka dan bahagia. Duka yang insyaAllah akan dibasuh dengan air berkah dari langit. Dan bahagia yang insyaAllah akan terus membuncah didada - selama mana hujan yang akan tetap turun dengan riangnya.

Yuk, jom mandi hujan.

Kalau dia perempuan bulan mei, aku ini perempuan bulan apa? Atau sahaja, perempuan bulan? Kalau di dalam kalender Masihi, Julai adalah bulan paling dekat di hati ku. Kalau bulan Islami, pasti sahaja Ramadhan. Tapi gue mencintai bulan sebenar di langit itu - yang ngga pernah malu-malu untuk menjelmakan wajahnya. Bukankah wajah Rasulullah saw itu, khabar-khabarnya, bercahaya-cahaya seperti bulan?

Ikhlas.

Satu kata yang amat berat. Berat selagi mana kita hidup yang akan terus digoda syaitan dan nafsu. Mudah bangat kalau dibantu Sang Maha Pengasih itu, Ar-Rahman Ar-Rahiim. Gimana caranya mahu ikhlas? Membaca catatan ringkas Prof Kamil membuat gue terpana. Dan setelah ditegur oleh seorang sahabat, gue jua meneliti setiap langkah di dalam hidup gue yang kecil ini.

Syirik dan ikhlas itu sangat berkait rapat, terutamanya syirik kecil. Pengertian ikhlas, mengikut gue yang dangkal, ini adalah melakukan sesuatunya demi-Nya. Bahkan dari sekecil-kecil perkara seperti makan, minum dan tidur, sehingga kepada sebesar-besar perkara seperti menulis dan mencintai. Dan syirik itu adalah disebaliknya, melakukan sesuatu bukan kerana-Nya. Bersandarkan diri sendiri, atau kekuatan diri sendiri. Bahkan ilham itu datang dari Dia, saudara dan saudari sekalian! Ah, ini cuma dari pemahaman gue.

Lebih mudah kalau kalian membaca tulisan Saudari Muharikah ini.

Salah satu doa yang sangat dipanjatkan semasa disana adalah supaya gue yang hina ini dijadikan sebagai salah seorang dari golongan orang-orang yang ikhlas. Ameeen. Ameen kan saudari-saudara sekalian, moga kalian jua mendapat doa dari para malaikat.



2
Mahu bercerita ringkas mengenai perasaan di dalam ihram. Bagi saya, larangan di dalam ihram itu tidak mudah di langgar oleh perempuan, insyaAllah. Kami pernah membunuh seekor lalat, lantasnya setelah pembunuhan, barulah - aaaarghh, kita dah langgar pantang larang ihram ke? Tapinya lalat bukan binatang yang halal di makan, dan kami tidaklah memburunya.

Kami berada di dalam ihram selama dua minggu lebih, sungguh lama sekali. Saya merasa sangat cemas dan gabra kerana saya tidaklah berapa takut saya terlanggar pantang larang ihram, yang paling saya takutkan adalah saya bergaduh atau bermasam muka dengan rakan sebilik atau jemaah haji yang lain. Atau saya mencerca dan mengeji jemaah haji yang lain. Sesuai dengan firman Allah swt:

(Masa untuk mengerjakan ibadah) Haji itu adalah beberapa bulan yang termaklum. Oleh yang demikian, sesiapa yang telah mewajibkan dirinya (dengan niat mengerjakan) ibadah Haji itu, maka tidak boleh mencampuri isteri, dan tidak boleh membuat maksiat, dan tidak boleh bertengkar, dalam masa mengerjakan ibadah Haji. Dan apa jua kebaikan yang kamu kerjakan adalah diketahui oleh Allah; dan hendaklah kamu membawa bekal yang secukupnya kerana sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah memelihara diri (dari keaiban meminta sedekah); dan bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal (yang dapat memikirkan dan memahaminya) - Al Baqarah 197.

Tidak berbuat maksiat dan tidak bertengkar itu, bukan pantang larang ihram, saudara dan saudari sekalian!

Tetapi, bukan kah kita sepatutnya berada di dalam keadaan 'ihram' sepanjang hayat (maksud saya tidak berbuat maksiat dan tidak bertengkar)?

Doakan saya, doakan rakan-rakan saya, doakan seluruh umat islam supaya kita sentiasa berada di dalam 'ihram' ini.




3
Rakan saya dari Australia baru sahaja menelefon saya, masyaAllah. Sebenarnya saya baru teringat kan dia, dan tiba-tiba Allah swt gerakkan hatinya menelefon saya. Perkara pertama yang ditanya olehnya - Kau doakan aku tak? Doa, jawap saya.

Saya teringat satu kisah. Pernah saya minta seorang rakan mendoakan saya, jawapannya, aku kalau orang minta-minta doakan ni, susah aku nak doakan, tak ikhlas aku.

MasyaAllah!!!!!!!

Jatuh jantung saya. Sedangkan kita tahu bahawa Rasulullah saw itu adalah orang yang paling mudah mendoakan, paling mudah memberi doa nya yang tidak akan ada hijab, paling pemurah dalam berdoa. Dan kita ini, yang mengaku akan mengikuti sunnah Rasulullah saw, lahir dan batin.

Untuk memberi, memang memerlukan keikhlasan.





Semoga kalian mendapat pahala dan manafaat dari tulisan kecil saya ini. Semoga Allah swt merahmati kita.




















Monday, 26 December 2011

MORPHINE


Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, wa'ala 'Aali Saidina Muhamad.


Kepada mereka yang telah memberikan hatinya.

My boxes from the UK have arrived, I have almost forgotten what did I shop until I drop, nevertheless, the joys of getting these gifts for myself are unbelievable. I especially remember that I have bought The Complete Calvin and Hobbes collection, which costs me a fortune (it's equivalent to the ticket to Prague). I have wanted this collection for a long long time, which I am pretty sure that if I do not buy it, I will regret it for the rest of my life.

Wrong.

A thousand wrongs.

In contrast with my expectation, this collection no longer holds any magical happiness.

Nevertheless, here I put two of my many favourite strips - all rights are reserved for Mr. Bill Waterson of course.










I could not write my hajj experience at the moment, I am waiting for the right mood. Strange, my friend tells me that she feels like being injected with the morphine of tranquillity after her hajj, while me?

Suddenly I remember, Sabron Jamil, Innallaha Ma'assobirin.




Sunday, 25 December 2011

HATI BERDETAK

Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahhumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, Wa'ala A'ali Saidina Muhamad.

Kepada mereka yang hatinya di langit biru.

Tiba-tiba saya menjadi rindu pada mereka, teman sehaji saya.

Kata seorang sahabat, apabila hati kita berdetak mengingati seseorang, sesungguhnya roh-roh kita sudah saling ketemu. Aduhai, indahnya konsep roh yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

Semalam selepas Asar, tiba-tiba roh saya sudah di Masjidil Haram bersama mereka, berdebat mahu tawaf atau membaca al-Quran. Saya rindukan haruk-piruk suasana di Masjid. Rona-rona petang yang perlahan-lahan menjadi warna jingga senja yang mengharukan. Dan awan yang kadang-kadang malu-malu melemparkan senyuman. Ah, manis sungguh.

Saya cemburukan mereka yang dipilih Allah swt untuk menetap di sana - samada di Makkah atau Madinah. Tapi, ditanah berkah Malaysia ini jua memerlukan pejuang-pejuang hebat. Melepaskan lelah sebentar di Makkah dan Madinah, lantasnya kembali ke medan perjuangan.

Gambattee.




Saturday, 24 December 2011

HIS DEATH DOESN’T MAKE SENSE

 

Salams,

His death still doesn’t make sense to me.

Up ‘till today, I haven’t visit his grave. Not before Hajj, not after Hajj.

Sort of afraid of accepting reality, my cowardice disgusts me.

Al-Fatihah, Dad. I miss you. Always. The beauty of life has gone with you. Oh Allah swt, You promise us that You will grant every our very hearts’ desires, please help me. Please help me in going through this greatest trial in my life. 

 

DSC00539

In Gibraltar. I love, love this place. He took pictures with the monkeys, which amazed me. I was really afraid of so many animals, yet he loved them.

 

DSC02459

In Istanbul, Turkey. Once he told me that he preferred of touring Europe rather than Turkey, because he believed that he had time to go to Turkey at other times. But I’m glad that I didn’t take his suggestion, because Istanbul is easily the best place I’ve ever set my foots in, with them.

 

DSC02726

In Ustinov College, Durham UK, where I used to stay. I hate its small room, yet I love its vast kitchen. I love the surrounding, yet I hate it when I have to take bus to go to the town.

 

DSC00480

Al-Hambra, Spain. He really wanted to go there to see its history. I just want to go there with them.

 

DSC01746

In London, England. We performed Jum’aah Prayer in this mosque. This is my first time being there as well. After that, we went to Turkish dinner place for lunch. I think he loved London. Sort of an awesome place.

 

 

DSC02132

In Germany, where we visited the castle. I loveeeeeeeeee this place, this scenery, this picture. I love Munich, I love their Turkish community, I love their food.

I’ll meet you again, insyaAllah. 

Thursday, 22 December 2011

PEJUANG



Kata rakan, kita tidak seharusnya menjauhi masyarakat.

Dunia yang melelahkan ini, adalah tempat perjuangan.

Pejuang. Berlelah-lelah berjuang.

Yang memberikan hati nya, dan jiwa nya, sepenuhnya, untuk Nya, dengan menjadikan dirinya sebagai muslim yang paling berguna untuk orang lain.

Walaupun saya separuh mati mahu kesana, saya masih disini.

Walaupun saya separuh mati mahu menetap disana, saya masih disini.











THE ATOM - I MISS YOU

Salams,

Bismillah hirRahman nir Rahiim,

Allahumma Solli A'ala Saidina Muhamad, wa'aala A'li Saidina Muhamad.

Pada mereka-mereka yang hatinya di Arasy Tuhan Yang Maha Esa, tetapi jasadnya dibumi - saya mencintai kamu.

Saya tidak pernah berhenti mencintai mereka-mereka yang membuat kebaikan. Waima sebesar hama. Tepatnya, saya mencintai mereka yang gemar melakukan kebaikan. Automatis.

Saya tidak pernah pandai menulis seperti kamu, dan kamu, dan kamu. Bahasa saya tidak halus seperti Bonda atau arwah Abah. Bahasa melayu saya semakin cetek, dangkal dan memuakkan. Bahasa Inggeris saya sudah saya lupakan sedikit demi sedikit. Bahasa Arab saya? Huh, toksah tanya. Bahasa jawa saya? What I regret most - is to never have the strength to learn about it.

Post ini bukan mengenai kisah haji saya. Saya tidak selesa menulis di ofis (ya, saya punya ofis, terasa begitu mewah gitu). Mungkin saya akan menulis pabila saya di kampung yang amat saya cintai itu, insyaAllah.

Kala ini, saya ingin meneriakkan kerinduan saya pada Sang Nabi itu.

The atom.

Kubah Hijau.

Entah kenapa, saya benar-benar merindui Dia.

Mahu menangis, benar-benar mahu menangis kala ini, tapi ini ofis, ofis!

Kawan saya kata - How could you?

How could you allow us to come back?

Itulah soalan saya jua.

Ya Nabi - aku benar-benar merindui mu.














Saturday, 17 December 2011

KISAH HAJI: KORBAN, TAWAF DAN MAQAM IBRAHIM

Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, Wa'ala 'Aali Saidina Muhamad.

Sahabat-sahabat yang dimuliakan,

Yang dilindungi Allah Hafidz,

Yang dicintai Allah Al-Waduud.

Yang sentiasa memerangi seteru; diluar dan di dalam.


1
Untuk korban, saya sudah menyiapkan dananya. Mahu berkorban unta niatnya, kerana selama ini saya jarang bangat mengambil tahu mengenai korban, hanya menyerahkan duit pada Abah. Memang hidup saya terlalu mudah dahulu. Kali ini, saya mahu berkorban, pada mulanya mahu menyerahkan duit kepada seorang ustaz di Malaysia untuk diselesaikan urusan korban unta ini. Seingat saya, untuk korban unta RM500. Tetapi, rakan-rakan saya seakan tidak yakin dengan urusan ini, lantasnya mahu menyerahkan urusan korban kepada Tabung Haji Travel di Makkah. Sayangnya, di Makkah amat sukar mahu mencari 7 orang yang mahu berkongsi bahagian untuk korban unta. Lantasnya saya berkorban kibas, yang berharga SR350. Aduhai, sedihnya. Tetapi, Petugas haji menenangkan hati saya:

Kibasnya jua gemuk-gemuk mahu mengangkut kalian nanti di akhirat kelak.

Tergelak besar saya mendengarnya. Harapnya kibas itu cukup gemuk mahu mengangkut saya ini.

Menyentuh mengenai korban, saya ingin membuat seruan, berbuatlah korban setiap tahun, sahabat-sahabat sekalian! Rancanglah perbelanjaan anda supaya setiap tahun anda mampu berkorban, kerana ini adalah sunnah Nabi Ibrahim, Bapa kita. Persembahkanlah korban yang terbaik untuk-Nya, hanya untuk-Nya. Terlebih lagi dengan hadis dibawah, pertekadkan niat kalian untuk berkorban!

Diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dan Al-Hakim yang bermaksud:

“Tiada dibuat oleh anak Adam pada Hari Raya Adha akan sesuatu amal yang lebih disukai Allah daripada menumpahkan darah (menyembelih korban). Bahawa korban itu datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Sesungguhnya darah korban itu mengambil tempat yang mulia di sisi Allah sebelum darah itu tumpah ke bumi, maka hendaklah kamu buat korban itu dengan hati yang bersih.”



2
Terdapat banyak keajaiban yang berlaku semasa tawaf.

Satu maghrib, saya menunaikan tawaf sunat. Ramainya orang ya ampun. Tiba di pusingan kedua, saya merasa seorang perempuan memegang pinggang saya. Saya tidak bisa melihat siapa, tetapi tidak silap saya, beliau memakai purdah, yang nampak cuma matanya. Satu soalan, boleh kah perempuan menutup muka ketika menunaikan tawaf sunat? Setahu saya, perempuan yang di dalam ihram tidak dibenarkan memakai purdah. Kami seperti tangga manusia, suami/ayahnya memegang beliau, dan beliau memegang pinggang saya. Inilah kali pertama saya dipegang sedemikian rupa, selalunya ramai sahaja memegang bahu saya sebagai pautan, tapi tidak pinggang. Dan mereka mengikut saya hingga saya menyelesaikan tawaf saya! Pada mulanya saya ingin menepis tangan beliau, ya, sungguh tidak selesa. Tetapi, saya takut pula ia adalah malaikat, yang dihantar untuk menguji kesabaran dan keikhlasan saya. Ah, biarkan sahaja. Pada pusingan ke 7, saya menunjukkan 7 jari saya dan berkata: Kholas. Sang perempuan cuma menganggukkan kepala dan meneruskan tawaf. Ah, lagi gerun saya, tidak sepatah kata dilontarkannya.

Allah.

Di hari yang lain, sedang saya sibuk menunaikan tawaf sambil berzikir menggunakan tasbih, seorang pakcik tua memegang tasbih saya sambil mengusap-usapnya. Sempat jua dia mencuba tasbih saya sambil berzikir. Saya memandangnya sekilas, merasa pelik sungguh. Beliau tinggi sekali dan jua tempang, melihat pada cara pemakaiaannya, beliau mungkin dari Afganistan. Terdetik di hati saya, baik jua saya beri tasbih ini padanya. Tetapi, hati kecil saya berkata, ini tasbih tinggalan Abah. Inilah tasbih yang selalu kami rebut-rebutkan. Dimasa Abah saya mahu berzikir, dimasa itu jua lah saya mahu berzikir. Ya, lempang sahaja saya ini.

Selepas tawaf, saya ke maqam Ibrahim untuk menunaikan solat sunat tawaf. Tidak saya ingat sudahkan saya masukkan tasbih itu ke dalam beg sejadah saya. Tetapi, ketika mahu menunaikan umrah, baru saya sedari bahawa tasbih itu sudah hilang.

Saya menangis semahu-mahunya. Boleh kah saya menangis kerana kehilangan tasbih? Cengeng sungguh saya. Saya sangat menyayangi tasbih itu. Ia warisan Abah. Tetapi rakan-rakan saya menyabarkan saya, dan kami membuat kesimpulan, mungkin jua Allah swt telah 'menghadiah'kan tasbih itu kepada lelaki tempang tersebut.

Allah.

Hari Jumaat ketika mahu menunaikan umrah yang diniatkan untuk Abah, kami bertawaf seusai Subuh. Dan saya melihat warna-warna langit yang berubah dari hitam pekat kepada biru muda. Inilah kali pertama saya melihat langit ungu diwaktu pagi. Cantik sungguh, sahabat-sahabat sekalian! Seperti kanvas lukisan sahaja layaknya. Dan saya melihat burung-burung kecil berwarna hitam bertawaf secara berkumpulan sambil mencicip-cicip. Berzikir mengikut caranya. Bergemuruh memuji-Nya. Selama saya bertawaf disini, tidak pernah saya menyaksikan kejadian ajaib ini.

Allah.

Dihari lain pula, semasa kami bertawaf, saya melihat seorang lelaki dari India membaca quran tanpa Quran. Hafiz mungkin. Lembut suaranya, indah bacaannya. Setiap kali pusingan, pasti kami akan menemui beliau. Secara peribadinya, saya begitu cemburu dengannya. Membaca kalimah-kalimah-Nya sambil menunaikan tawaf, alangkah berganda-gandanya pahala yang didapatinya, sedangkan kami ini cuma mampu berdoa dan berzikir. Ramai jua jemaah haji yang bertawaf sambil memegang al-Quran dan membacanya, tetapi saya tidak pernah berperasaan sebegini terhadap mereka. Salah satu doa saya yang dipanjatkan kepada-Nya secara berulang-ulang adalah supaya saya dimasukkan ke dalam golongan ahli al-Quran. Berakhlak seperti al-Quran. Berpaksikan al-Quran. Doakan supaya doa saya ini makbul, tuan-tuan sekalian. Tidak dihijab dan dihumbankan.

Rakan-rakan saya pernah menemui kejadian-kejadian pelik semasa tawaf. Seperti menjumpai najis manusia di dataran Ka'abah, masyaAllah. Alhamdulillah pekerja-pekerja masjid dengan pantas membersihkannya, alhamdulillah. Mereka ini, pasti gudang-gudang pahala mereka melebihi gudang-gudang harta Firaun dan Qorun. Sebelum pekerja-pekerja ini sampai, terdapat jemaah haji dari Turkey atau Iran, yang bertindak mengelilingi kawasan najis tersebut dan membuat bulatan, supaya jemaah haji lain tidak memijak najis ini. SubhanAllah. Mulia sungguh hati mereka, semoga mereka mendapat haji mabrur, ameeen.

Mereka jua pernah menemui najis di Hijir Ismail, masyaAllah. Sekali lagi pekerja-pekerja masjid yang berdedikasi itu begitu efficient sekali dalam membersihkan najis itu. Mereka jua pernah menemui darah berketul-ketul semasa tawaf, masyaAllah. Kasihan jua pada jemaah haji yang terbuang air besar dan yang luka semasa di kawasan ka'abah. Moga sekarang mereka diberikan kesihatan yang sempurna - lahir dan batin.

Dan yang paling ajaib sekali, saya diberi rezeki memegang maqam Ibrahim berkali-kali semasa tawaf sunat dan tawaf umrah. Tidak saya sangka akan diberi rezeki yang sangat besar ini. Mudah sungguh kali ini untuk memegang dan mengusap maqam Ibrahim ini. Kami jarang berniat mahu memegangnya, tiba-tiba, ya, dengan sekelip mata, kami sudah berada di hadapan maqam Ibrahim. Tempat berkah itu. Mention by Him in the al-Quran. Dengan kemuliaannya, dengan berkatnya, berilah kami haji mabrur, ya Allah. Walaupun begitu ramai orang bertolak-tolakkan, berasak-asak, berebut-rebut mahu memeluk, mencium dan memegang maqam Ibrahim, kami tidak perlu berjuang untuk memegangnya.

SubhanAllah. Allah Allah Allah.



3
Akhir sekali, saya ingin meninggalkan anda dengan quotations dibawah, semoga ia dapat membuka minda anda, dan semoga anda mendapat sesuatu di dalam tulisan saya kali ini. InsyaAllah, umur panjang saya akan menulis kembali. In the meantime, please take care, as I care. Allah Hafids.

Bahawa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas kehendak-Nya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki - Salim A. Fillah.

Sempatkah orang-orang ikhlas merasa tertindas? -http://castanea.tumblr.com/page/12

Tidak payah bersentuhan tangan, kerana mereka sudah bersentuhan hati. Tidak payah berbalas kerlingan mata, kerana mereka sudah pun berbalas-balas doa - Ustaz Pahrol Mohd Juoi





Must dash!
Love, as always.

Nur


















Monday, 12 December 2011

KISAH HAJI: BERKONGSI SEJADAH

Salams,

Bismillah hirrahman nirrahiim,

Allahumma Solli A'la Saidina Muhamad, wa'ala 'Aali Saidina Muhamad.

Sahabat-sahabat yang dimuliakan oleh Allah swt, semoga tegap kakimu dijalan-Nya. Ya, hanya dijalan-Nya. Jangan disihir oleh dunia yang sentiasa menggoda.

Menyentuh tentang entri sebelumnya, saya sempat berfikir, doa siapalah yang Allah makbulkan berkenaan tentang kemudahan menguruskan urusan haji kami. Lantasnya saya terbayang wajah Bonda-Bonda kami, kaum keluarga kami, rakan-rakan kami, dan kalian. Pastinya salah satu doa mereka ini, dan kalian sekalian di angkat ke langit, terus tanpa hijab. Oh Tuhanku, Junjunganku, Pemegang Ubun-ubunku - Engkau Terlalu Mulia untuk tidak mendengar doa-doa kami.

Bersambung mengenai keadaan di Mina, terdapat deretan kedai bersebelahan dengan Maktab 100, barang-barangnya mahal ya ampun. Contohnya tisu yang mempunyai sepuluh (10) helai, berharga SR2, dan maggi berharga SR4. Entah kenapa tiba-tiba mahu menjamah maggi, walhal di Malaysia dan di UK jarang sekali saya menyentuhnya. Kami membeli 3 bungkus maggi, yang akhirnya disedekahkan kepada jemaah haji yang lain. Saya tidak tegar melihat muka kecewa mereka, kerana mereka menyangka maggi itu disediakan oleh pihak Tabung Haji.

Kami jua dibekalkan dengan air mineral dan air kotal pelbagai jenis di dalam peti sejuk yang terdapat di celah-celah simpang. Ambil sahaja beberapa botol dan kotak pon, bila-bila masa pun, aduhai, mewahnya hidup kami di Mina. Kalau lah tiada masalah tandas, saya rasa, hidup di Mina seperti di Syurga dunia layaknya. Melontar cuma di pagi hari selepas subuh, dan selepas itu aktiviti bebas!

Saya mahu menceritakan beberapa kisah ajaib semasa kami berkongsi sejadah dengan jemaah haji yang lain. Rakan-rakan saya yang lain selalu diberi coklat, kurma, biskut atau apa sahaja pabila mereka berkongsi sejadah mereka, tetapi selalunya saya, ya, saya, saya akan menerima pelukan dan ciuman berserta doa.

Aduhai, indahnya terasa!

Suatu hari, kami bersolat zuhur di atas bumbung, dek kerana terlambat dan tingkat satu sudah penuh. Dapat anda bayangkan betapa kami dibakar mentari semasa solat. Mata saya sudah sepet-sepet tidak nampak sejadah. Saya risaukan Ija sakit kepala, kerana dia memang tidak tahan panas. Untunglah imamnya tidak memanjang-manjangkan solat. Seusai solat, kami pulang dengan pantas ke hotel, mahu makan tengahari dan kalau dapat tidur sebentar mengumpul kekuatan. Sewaktu jalan pulang, tiba-tiba ada awan melindungi kami dari panas, subhanAllah. Tapi cuma sebentar sahaja. Mungkin ini hadiah dari-Nya selepas terbakar semasa mengerjakan solat untuk-Nya. MasyaAllah.

Sewaktu asar, saya berkongsi sejadah dengan seorang makcik yang saya kira dari Turkey, atau Iran, atau dari negara yang penduduknya putih-putih. Sememangnya mereka tidak bawa sejadah untuk solat. Dan seusai solat, makcik tersebut mengusap-usap muka saya, sambil berdoa (mungkin), dan mencium kedua belah pipi saya. Aduhai, seperti dicium Bonda.

Sewaktu solat Jumaat, saya terlewat tiba, dan duduk disebelah lelaki Afrika di Dataran Masjid (luar), tapi jangan risau, tidaklah kami bersentuhan. Beliau sangat menjaga tatatertib sebagai seorang lelaki Islam. Saya tidak membawa sejadah, cuma berdoa agar makcik Melayu Malaysia dan Indonesia disebelah kanan saya sudi berkongsi sejadah dengan saya. Hampanya. Tidak disangka, lelaki tersebut menghamparkan tikarnya yang sangat besar itu untuk saya. Muat untuk kami berdua dan plastik berisikan kasut memisahkan kami. Sewaktu khutbah Jumaat yang dibaca oleh Syeikh Maher al-Muaiqly, saya menangis semahu-mahunya walaupun saya tidak faham bahasa Arab. Puncanya, beliaun menyebut Nabi Muhamad saw, Baitullah Ka'abah, Masjidil Haram, Maqam Ibrahim, Hajar Ismail, Wukuf, Arafah, Muzdalifah, Mina. Ini Jumaat pertama selepas Haji. Aduhai, malu pula pada jemaah yang lain. Seusai solat, saya menanti lelaki tersebut menghabiskan doanya, dan lantasnya saya menyebut jazakallah hul khair. Dia sedikit terperanjat, dan membalas doa saya dengan doanya, mungkin jarang sekali menerima ucapan terima kasih di sepajang hidupnya? Entah.

Pada hari yang lain pula, kami solat Zuhur di Tingkat 1, mahu ke situ kami melalui pintu 91 menaiki escalator. Jua tidak membawa sejadah sendiri, kerana kebiasaannya kami membuat umrah sunat diwaktu pagi dan mengeteh di Safwa Tower, kalau tawaf, malasnya ya ampun mahu mengusung sejadah, berat, kerana perjuangan menghabiskan tawaf dan sa'ie itu sendiri berat, kami tidak mahu membebankan badan dengan membawa sejadah lagi. Lantasnya, kami berharap makcik Melayu disebelah kami sudi berkongsi sejadah. Hampa lagi. Tidak disangka makcik Iran/Turkey sudi meminjamkan sejadah beliau, sedangkan beliau sendiri memakai tuala kecil. Aduhai Tuhan-Ku! Pelajaran apa yang Engkau mahu ajarkan pada kami hari ini? Seusai solat sunat zuhur, kami bersalam dengannya dan mengucapkan jazakallah hul khair. Makcik itu terperanjat sekali, lantasnya memeluk kami, dan menciumi kami, dan mendoakan kami mendapat taqwa dan haji mabrur.

Ya Allah swt, sungguh lain sekali rasanya didoakan sedemikian rupa. Ameen, perkenankanlah ya Allah, perkenankan lah ya Rabbi.

Dan yang terakhirnya, seorang makcik dari Iran, Fahimi, beriya-ia benar mahu berbicara dengan saya. Dia cuma tahu berbahasa Parsi, saya cuma tahu bahasa Melayu dan Inggeris. Lantasnya kami berbicara seperti ayam dan itik. Dia berasal dari Shiraz, Iran. Meminta kami mendoakan beliau setibanya kami di Madinah, meminta kami menyampaikan rasa cinta dan salam pada Rasulullah saw, dan akhirnya meminta kami mendoakan dia semasa kami di Malaysia. Dia jua meminta nama kami, yang kami tulis dalam jawi, dan dijanjinya akan didoakan kami semasa dia di Shiraz. Puas jua saya cuba meminta alamat beliau, siap lukis envelope beserta stamp, tidak difahaminya. Mahu melukis posmen menaiki basikal, tidak pula reti saya melukis. Mahu melukis merpati menghantar surat? Owh, kenapa tidak saya terfikir.

Dia menjadi ramah setelah saya membentangkan sejadah untuk beliau. Berkongsi. Dan akhirnya sebelum solat Isya', di usap-usapnya muka saya, dan diciuminya sambil berkata-kata di dalam bahasa Parsi. Sebelah Kak As jua orang Iran, jua dari Shiraz. Setelah mereka memperkatakan tentang kami, Fahimi sekali lagi mengusap-usap muka saya dan menciumi kedua belah pipi saya. Seusai solat Isya', sewaktu saya melipat sejadah dan mahu pulang, kami bersalaman dan sekali lagi beliau mengusap dan menciumi saya.

Aduhai, terasa kasih Allah swt melimpah ruah untuk saya yang yatim ini.

Dan ini kejadian paling ajaib sekali mengenai sejadah. Suatu subuh yang hening, saya duduk sebelah ibu dari Indonesia. Sejadah nya, wallah, cantik sekali. Rakan-rakan saya ada membicarakan mengenai pembelian sejadah sebagai cenderahati dari Makkah untuk sanak saudara. Dan mereka mahu membeli sejadah serupa/sejenis dengan sejadah yang dipakai oleh ibu itu. Ibu itu cantik sekali, kalau boleh saya tuliskan disini.

Saya menegur Ibu itu, bertanyakan berapa rialkah harga sejadahnya, untuk informasi rakan-rakan saya. SR35, jawapnya. Mahalnya! Teriak saya. Sumpah budget mereka cuma dalam SR20. Tangan saya masih mengusap-usap sejadah itu. Cantik benar. Dibeli dimana, Ibu? Di Sofwa Tower. Rupanya Ibu itu beserta rakannya tinggal disitu, mereka dari majlis rasulullah, pastinya bangsawan.

Seusai subuh, ya, benar jangkaan kalian, sejadah itu diberikan kepada saya. Waduh, malu bukan kepalang saya ini. Saya ngga tahu mahu dibalasi apa. Mahu memberi duit, takut insult pula.

Nantilah, akan saya berangkat ke Jakarta menyambung ukhuwah, atau hantar sahaja apa-apa cenderahati dari Malaysia, insyaAllah.

Tuhanku, Pelindungku, terima kasih diatas segala-galanya. Alhamdulillah 'Ala kulli halin.


















KISAH HAJI: ARAFAH, MUZDALIFAH DAN MINA

Assalamualaikum,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, Wa'ala 'Aali Saidina Muhamad.


Sahabat-sahabat yang dimuliakan, semoga Allah swt menjadi tujuan dalam hidup kita.

Kembali ke kisah haji, semoga kisah ini mejadi iktibar, pengajaran dan semoga bermanafaat buat kita, terutamanya meneguhkan iman kita. Semoga kita, terutamanya saya, dijauhkan dari sifat-sfiat riak', munafik dan syirik. Ameeen.

Kali ini saya mahu menceritakan pengalaman semasa wukuf, iaitu di Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina. Kira sekali harung lah ye. Mungkin panjang sedikit.

Kami bergerak ke Arafah pada petang Jumaat. Lantasnya di pagi Jumaat, saya membuat tawaf. Setepatnya tawaf niatnya taubat memohon keampunan. Suasana sangat hening sekali, walaupun ramai orang berpakaian ihram, lingkaran tawaf sangat tenang. Tidak bertolak-tolakkan seperti biasa. Ramai yang sudah menuju ke Arafah. Alhamdulillah. Saya jua diberi peluang sujud di Hajar Ismail, Alhamdulillah, alhamdulillah. Kalian pasti mengerti, perjuangan memasuki Hajar Ismail di musim haji ini sangat mencabar. Jangan harap kalau tiada ketekadbulatan hati, kalian pasti ngga diberi rezeki memasukinya. Bila mana mengenai Hajar Aswad dan Hajar Ismail, pastinya manusia yang paling berakhlak mulia sekalipun akan bertukar menjadi ganas dan kasar sekali. Hairan.

Tetapi, di pagi Jumaat yang sangat mulia ini, kami diberi rezki yang sangat besar untuk solat dengan sangat tenang dan aman di dalam Ka'abah ini. Air mata melimpah ruah. Dan doa menyentuh arwah Abah sangat panjang saya panjatkan pada Dia, yang telah berjanji akan mengabulkan semua doa. Semoga segala doa yang saya baca tiada hijabnya.

Menyentuh tentang doa, antara doa-doa yang kalian pinta saya doakan, ada satu doa yang membuatkan saya begitu tersentuh sehingga ke dasar hati. Doa nya ringkas dan mudah, tetapi sangat mendalam maknanya.

Minta doakan ilmu saya berkat, umur saya berkat.

Dan doa ini saya seringkan doakan bukan sahaja untuk sang peminta, tetapi untuk semua keluarga kecil saya, keluarga sebelah Bonda, sebelah Ayahanda, guru-guru saya terutamanya SV, rakan-rakan Teluk Intan, rakan-rakan Pahang, rakan-rakan UK, orang-orang yang saya kenali, dan seterusnya seluruh mukmin dan mukminat.

Ameeeeeen.

Kami bertolak selepas Asar. Sewaktu mula bertolak, didalam bas, saya teringat saya masih belum membuat tahlil untuk Abah. Makanya sebelum memulakan bacaan yassin dan tahlil, saya memohon pada Yang Maha Esa supaya tidak diambil cahaya mentari sebelum saya menghabiskan bacaan tahlil.

Alhamdulillah, Dia Maha Mendengar.

Perjalanan kami ke Arafah, masyaAllah, sangat mudah. Kurang dari satu jam kami sudah sampai ke khemah maktab 99. Menangis saya sewaktu menjejak kaki dibumi mulia ini. (Iya, asyik menangis sahaja). Sahabat-sahabat yang dicintai, terlalu banyak cerita ngeri mengenai perjalanan ke Arafah, bukan? Ya, ia bukan cerita dongeng. Ada yang tersesat sehingga 14 jam. Ada yang basnya rosak sehingga 4 jam baru berganti bas baru. Ada yang sudah sampai ke Maktab 99, tapi pintu masuk Maktab 99 tidak dijumpai.

Mendengar cerita ini, saya serasa mahu tersungkur bersujud pada-Nya.

Khemas kami dapat memuatkan seramai 16 orang. Alhamdulillah, kami dapat tilam dan bantal. Satu malam di Arafah, saya tidur dengan lenanya. Mungkin kepenatan yang amat sangat secara emotionally dan spirituallynya. Mendengar kisah orang muasasah lebih menyedihkan, mereka cuma dapat khemah beralaskan karpet sahaja. Tetapi mendengar cerita dari negara lain, lebih lagi mengharukan, sebahagiannya tiada khemah disediakan, mereka membawa khemas sendiri dan peralatan memasak sendiri. Allahim!

Sewaktu wukuf, panasnya bukan main, ustaz berkata memang cuaca panas pada waktu wukuf di Padang Arafah sangat berlainan pada hari-hari biasa, panasnya bukan main terik kerana Allah swt mahu 'membakar' dosa2 kita. Kami tidak mampu menahan panas, lantasnya berlindung di balik payung. Kemudiaannya dibawah redupan pokok. Menjelang asar hingga maghrib (dimana waktunya sangat sekejap, kurang dari 2 jam), semua jemaah haji khusyuk' berdoa.

Doakan kami, sahabat-sahabat sekalian, doakan seluruh doa-doa kami, semua jemaah haji tahun ini, diangkat terussssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss ke Arasyi tanpa hijab, diperkenankan tanpa syarat, tidak dilemparkan dan dihinakan dek dosa-dosa kami. Doakan diatas kemuliaan-Nya, Dia Yang Maha Belas Kasihan itu, berkenan memberikan kami, seluruh jemaah haji tahun ini yang seramai 3 juta lebih manusia, haji mabrur. Dan kalian jua mendapat pahala haji mabrur kerana mendoakan kami.

Malam itu, kami bertolak ke Muzdalifah. Bintang dan bulan bersinar indah, menemani kami yang sangat kantuk menunggu bas. Dek kami mendapat giliran awal ke Arafah, Hotel kami mendapat giliran paling lewat untuk ke Muzdalifah. Lebih kurang tengah malam baru kami sampai ke sana.

Mahu percaya atau tidak, bahawa bas cuma mengambil masa 20 minit sahaja untuk ke sana?

SubhanAllah, Alhamdulillah...Allahu Akbar. MasyaAllah.

Sesampai disana, saya melihat lampu-lampu neon menyimbahi bumi Muzdalifah. Eh, Bonda kata kawasan ini gelap gelita, sehingga memerlukan lampu suluh untuk mencari batu? Alhamdulillah Kerajaan Arab Saudi yang baru saya kutuki pada entri lepas, sudah menyediakan prasarana ini. Dan kawasan ini tidak lah sesejuk yang Prof Kamil coretkan, mungkin kerana cahaya dari lampu-lampu neon ini panas. Alhamdulillah.

Saya mengutip batu dengan penuh khusyuk'. Sukar jua mahu mengutip batu yang besarnya secocok dengan bisikan hati saya. Besar macam kacang kuda. Saya rasa, fizikal saya yang kecil menyebabkan ramai orang mengasihani saya kerana menyangka saya masih anak-anak. Ramai sungguh jemaah haji, kakak-kakak dan abang-abang, pakcik-pakcik dan makcik-makcik yang membantu saya mengutip batu, masyaAllah. Sekali saya berpindah kawasan untuk mencari batu, disana ada jemaah haji dari Thailand membantu saya mencari batu. Tiada apa yang mampu saya ucapkan kecuali jazakAllah hul khair. Syukran jazilan. Alhamdulillahhhhhhh.

Seusai membasuh batu kerana ia sunnah, seusai menyelesaikan solat-solat sunat -

kami tertidur! Innalillah waiina ilaihirojiun. Ini musibah, kerana itu saya membaca doa tersebut. Sewajarnya sepanjang malam hingga fajar kami berdoa dan bertafakur berfikir mengenai kebesaran-Nya. Aduhai diri!

Dan menjelang paginya, kami dibawa ke Mina. Ada perkara lucu mengenai penantian kami. Basnya memang lambat, iya, kami tidak menjangka sebaliknya. Ramai jua yang stress menunggu bas, kami ini riang sahaja mencicip biskut yang dibekalkan sebagai sarapan. Mengingati kenangan diberi teh oleh pakcik India. Ah, menunggu bas di Muzdalifah, bukan kah itu salah satu pengalaman termahal seumur hidup? Nikmati sahaja. Dan dalam masa disuruh berbaris, matahari sudah mula menyengat. Panas. Untunglah ada unta berhias yang terlepas dari tuannya berjalan melintasi kami, menyejukkan darah-darah yang mula mendidih. Dan unta itu lagaknya tahu sahaja ia model, berjalan dengan lemah gemalai, bergemerincing bunyinya. Terkekeh-kekeh kami menggelakkan unta tersebut, yang akhirnya dihambat tuannya.

Dan bas ke Mina, cuma mengambil masa 1/2 jam sahaja. SubhanAllah!

Khemah kami memuatkan seramai 32 orang tidak silap. Inilah rakan tiduran kami selama 4 hari, pengalaman yang sangat indah kerana kami kini punya ramai kakak-kakak dan makcik-makcik. Syukur! Syukur dengan segala nikmat-Nya. Dan pengalaman melontar sebanyak 4 kali, melalui 7 kilometer pergi balik, dan melalui terowong yang menggerunkan itu, sungguh, ia adalah pengalaman yang sangat mendewasakan kami. Pada hari kedua melontar, kami mengikut jalan 3, jalan pulangnya dari melontar, YaRabbi, sungguh jauh sekali berbanding dengan jalan 1 yang kami lalui pada hari pertama! Hampir pengsan jua kami setiba di khemah kerana kehausan dan panas terik. Tapi, pengalaman bukan? Menaiki escalator untuk ke jamrah.

Kerajaan Arab Saudi telah membahagi-bahagikan jalan untuk jemaah haji. Maka jalan kami khas untuk orang Asia sahaja. Tiada orang Afrika atau orang Arab. Makanya, alhamdulillah, tidaklah sesesak dahulu. Terowong pun sudah ada dua hala. Ramai jua jemaah haji yang pengsan didalam terowong. Tidak sempat saya mahu berhenti melihat mereka, cuma menghantar doa sahaja dari jauh. InsyaAllah, semuanya baik-baik belaka.

Tandas di Mina, masyaAllah, rationya adalah 1 tandas untuk 50+ jemaah haji. Menyebut hal tandas di Mina, memang pelbagai kejadian ngeri, lucu dan menaikkan darah banyak terjadi. Petua kami satu sahaja, semasa menunggu, selawat sahaja memohon kesabaran diberikan. Ataunya, bergossip-gossipan dengan orang belakang dan depan. Pasti banyak manafaatnya. Guarantee.

Anda pasti mengerti maksud gosip saya.

Seusai segala urusan melontar di Mina, kami ke Makkah, dan sekali lagi keajaiban terjadi.

Bas kami cuma mengambil masa selama sejam lebih untuk sampai ke hotel. Itupun terpaksa menunggu di simpang lama kerana polis menyekat jalan. Tetapi alhamdulillah, driver dan co-driver kami punya skill untuk ber'argue' dengan mereka. Syukur sampai di hotel. Mendengar cerita jemaah haji lain yang tersekat beberapa jam, bas rosak, terpaksa berjalan kaki sendiri ke hotel, meremang bulu roma saya. Ya Allah Ya Rahiim, ya Rahman Ya Ghoffar, Ya Latiff, Ya Wadud - Kau Sungguh Sungguh Maha Baik.

Dan seusai solat zohor, kami menunaikan tawaf haji. Syukur sesyukur-syukurnya sudah sempurna ibadah ini. Sempat bersolat asar dan kemudiannya pulang ke hotel. Di dalam perjalanan, kami membeli nasi arab dengan ayam (kot).

Selepas makan, kami pengsan hingga dinihari. Bangun cuma untuk solat maghrib dan isya'. Penatnya ya ampun, pancit kami sekalian. Bertawaf dengan jutaan manusia yang turut sama membuat tawaf haji - sungguh, ia jua adalah salah satu pengalaman paling mahal yang pernah dikurniakan oleh Allah swt.

Segala yang baik, datangnya dari Allah swt, dan segala yang buruk, adalah kekhilafan saya. Mohon maaf, dan semoga kalian mendapat manafaat dari cerita-cerita saya.

























Sunday, 11 December 2011

KISAH HAJI - PARAS RUPA

Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli A'ala Saidina Muhamad, wa'ala 'Aali Saidina Muhamad.

Sahabat-sahabat yang dimuliakan, semoga kalian tetap teguh dengan kalimah LailahaillAllah.

Saya perlu update sekerap mungkin, kerana bisa jua setelah saya terjebak dengan alam pekerjaan, saya tidak bisa lagi mengakses internet sesuka hati. Ya, alam pekerjaan yang insyaALlah akan menjadi modal dan pelaburan untuk saham akhirat saya itu. Walaupun saya lebih suka lagi alam belajar, well, alam bekerja jua pasti punya sesuatu yang manis.

Semoga tulisan saya kali ini bisa mendekatkan diri saya terutamanya, dan pembaca-pembaca yang dihormati sekalian ke hadrat Ilahi.

Kali ini saya ingin membicarakan mengenai paras rupa. Sepanjang saya disana, saya akan pasti diteka berasal dari

Pakistan/ India.

Cuma para pekedai sahaja yang dapat meneka saya dari Malaysia. MasyaAllah.

Saya akui saya mudah gelap. Berjemur selama 20 minutes sahaja sudah pasti membakar kulit saya. Apatah lagi 43 hari di Haramain. Gelap sekali saya semasa berada disana. Sehingga pulang ke rumah, adik bertanya - kenapa kakak gelap sangat? Ini pun sudah cerah sedikit akibat berkurung di hotel di Madinah.

Aduhai.

Pasti berkecil hati Abah, putrinya yang seorang ini disangka datang dari pelosok sana. Ah, ingin saya tulis sekali lagi, Abah saya sebenarnya jauh lebih putih dari Bonda, arwah menjadi gelap akibat ubat kimo yang dimakannya. Kadang-kadang saya bertanya - benarkah saya anak kandung mereka? Lempang sahaja saya ini kerana berfikir bukan-bukan.

Beberapa kejadian ngeri yang berlaku menjadi saksi bahawa mereka menyangka saya datang dari bumi bertuah itu.

Antaranya, semasa di toilet yang berdekatan dengan Pintu 45, seorang wanita India yang bersama-sama menunggu telah menegur saya - India? Sambil menunjuk diri saya. Saya tergelak-gelak, No, Malaysia. Fuh.

Semasa saya membeli kek di kedai jual roti dihadapan hotel, seorang perempuan dari Myanmar menegur saya - Pakistan? No, jawapku, Malaysia. Oh I thought you are from Pakistan bla bla bla, yang butirnya tidak saya ingat kerana sibuk mengira jumlah kek yang hendak dibeli. Fuh.

Semasa membeli buku di kedai buku berdekatan dengan Sofwa Tower, pengurus kedai mengatakan mustahil saya berasal dari Malaysia. Pasti nenek moyang saya berasal dari Pakistan. Tuan, dalam darah saya, setahu saya, cuma ada darah melayu Malaysia dan Indonesia.

Semasa di dalam saf menunggu waktu solat, seorang ibu muda yang berasal dari Myanmar tetapi lahir di Saudi Arabia asyik merenung saya. Ya, saya tahu dia pasti menyangka saya sebangsa dengannya. Aduhai.

Semasa saya memberi nasi ayam kepada perempuan dari Indonesia, terus ditanya 'Halal'? Ah, ibu, saya bisa berbahasa Melayu! Saya tahu beliau tidak dapat meneka saya berasal dari Malaysia, akibat dari cara pemakaian tudung saya.

Dan yang paling memilukan, semasa bermiqat di Tana'im, seorang pakcik tua dari India, menyapa saya dalam bahasanya! Pada mulanya tidak saya endahkan, kerana ya, mana saya tahu dia mahu bercakap-cakap dengan saya? Setelah beberapa tapak kedepan, baru saya perasan yang dia menyapa saya. Pakcik, ampun, ana lak afham.

Di Makkah, saat musim haji, jemaah haji dari seluruh dunia datang berkumpul. Tidak perlu ke London untuk ketemu pelbagai jenis bangsa manusia. Disini, tidak ada seorang pun berwajah serupa (mungkin ada kembar, tapi tidak saya ketemu). Disini saya mengenal mereka mengikut bendera yang kadang-kadang diletakkan di pakaian mereka. Atau meneka melalui warna kulit mereka, seperti manusia-manusia lain yang lakukan terhadap saya. Masing-masing punya warna kulit tersendiri, rupa paras tersendiri, karektar sendiri. Ada yang tampan sekali, ada yang biasa-biasa, ada yang huduh di dalam piawaian kecantikan manusia. Tapi manusia telah diciptakan dengan begitu sempurna sekali. Sesekali saya merenung keindahan wajah mereka, ada yang gelap, gelap sekali. Ada yang putih, masyaAllah, putih sekali. Ada yang mancung, ada yang pesek. Ada yang tinggi sekali, ada yang kecil sekali.

Tapi yang pastinya kami berkongsi banyak perkara. Salah satunya adalah Tuhan yang satu. Cinta pada Rumah-Nya. Ketekadbulatan untuk mengerjakan haji.

Saya tidak berkecil hati disangka Indian, atau Pakistani. Rakan saya disangka dari Turkey/Iran. Yang lagi seorang jua disangka dari India, tapi ramai jua menyangka dari Indonesia. Saya tahu putih itu menawan. Tapi, ras rupa sudah tidak penting pada saya, asalkan cukuplah kehadiran saya, meninggalkan kesan kepada sesiapa sahaja yang pernah bertemu dengan saya.

Pastinya saya harapkan kesan itu, adalah kesan yang paling baik pernah saya tinggalkan.





















KISAH HAJI- ZIARAH DALAM

Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim.

Allahumma Solli 'Ala Saidina Muhamad, Wa'ala A'ali Saidina Muhamad.

Sahabat-sahabat yang dikasihi, semoga kita sentiasa berada didalam perlindungan Allah swt. Dan mendapat rahmat-Nya didalam setiap apa yang kita lakukan. Saya berlindung dengan-Nya daripada sifat-sifat munafik dan riak', berbuat ingin diketahui ramai.

Kali ini saya ingin menceritakan mengenai ziarah dalam. Ziarah dalam ini bermakna kami cuma melawat kawasan sekitar masjid dengan berjalan kaki. Ziarah luar yang memerlukan kenderaan. Pada mulanya, kami bercadang mahu mengikuti ziarah dalam pada hari Isnin, tetapi terlepas kerana beberapa sebab. Bukan kami sahaja, malah, ramai jemaah haji yang terlepas ziarah ini kerana berlakunya salah faham diantara penganjur dan kami.

Syukur, ziarah dalam diadakan sekali lagi pada hari Selasa, dan Jumaat nya itu kami akan bertolak ke Arafah, insyaAllah. Kami bertekad untuk mengikuti program ini, kerana ini adalah program ziarah dalam terakhir untuk musim haji ini. Solat subuh kami tunaikan di 'surau' Hotel Taiba, kerana kalau mengikut jangkaan kami, sekiranya kami bersolat di masjid, kami akan terlepas lagi ziarah dalam ini.

Tepat 7.30 pagi, Ustaz Razak yang mengetuai program ini muncul. Rupanya, semua jemaah haji dari pelbagai hotel akan turut serta, mereka ini jua dari tabung haji travel, cuma berlainan pakej. Disebabkan pihak polis/askar Masjidil Haram tidak membenarkan penggunaan mic, ustaz terpaksa menguatkan suara sekiranya berbicara. Masuk akal sekali peraturan ini. Bayangkan sekiranya penggunaan mic dibenarkan, idok ke bising kawasan masjid kerana beratus-ratus kumpulan menjalankan ziarah dalam!

Destinasi pertama adalah tapak rumah Saidina Abu Bakar r.a, dimana sekarang KFC telah didirikan. MasyaAllah, terperanjat saya mendengarnya. Tidak saya ketahui lansung sebelum itu, sedangkan KFC adalah tempat pertemuan kami semasa menunggu rakan-rakan pulang dari solat.

Dan kemudiaannya ke tapak rumah Arqam bin Abi Al-Arqam yang sekarang adalah sebahagian dari masjid. Dan menuju ke perpustakaan yang dahulunya adalah tapak rumah Rasulullah dilahirkan.

Kemudian, ditunjukki rumah Rasulullah saw bersama Saidina Khadijah r.a yang kini dijadikan tandas wanita, berdekatan dengan bukit Marwa. MasyaAllah!!! Tidak masuk akal sekali pihak Arau Saudi ini. Kalau didirikan kedai boleh diterima lagi, tapi ini, ini, tandas perempuan! Rumah dimana anak-anak Rasulullah saw dilahirkan, rumah dimana Penghulu Wanita di Syurga, Saidina Fatimah r.a dibesarkan! Kalaulah saya boleh mencela pemerintah Arab Saudi ini, sudah lama saya lakukan secara berlebih-lebihan. Saya mengerti perasaan taksub sebahagian manusia kepada Rasulullah saw. Mungkin Kerajaan Arab Saudi merasa risau dengan keterjagaannya rumah Baginda, perbuatan bid'ah dan kurafat akan menjadi-jadi. Tetapi dengan menjadikan tapak itu sebagai tandas? Sedangkan tempat J.W.W Birch mati dibunuh di Pasir Salak sahaja kerajaan Perak jagakan, ini kan sepatutnya pula Rumah Rasulullah, Habibullah - makhluk paling agung diantara seluruh jagat raya, tidak dibatasi sempadan masa dan waktu. Allahim.

Bukit tempat Nabi Ibrahim a.s menyeru manusia supaya mengerja kan haji, telah dibina istana raja. Macamlah tiada tempat lain mahu dibina. Dibukit ini jua dengar-dengar khabarnya batu hajar aswad dijumpai oleh Jibrail, lantas menyerahkan kepada Nabi Ibrahim untuk diletakkan di sisi Ka'abah.

Semasa ustaz bercerita kepada kumpulan kami, ada sekumpulan lelaki dan wanita dari Pakistan, atau India yang sedang enak menikmati sarapan pagi mereka. Saya melemparkan senyuman kepada pakcik tersebut semasa mahu duduk. Dan beliau mempersilakan saya menjamah roti bercicahkan fresh cream itu. Dek kerana Ija telah mengajar - elok lah jamah kalau ada orang pelawa - saya cuma mencubit sedikit roti sambil mengucapkan terima kasih.

Terus sahaja beliau mengoyakkan sebahagian besar rotinya, dan memberikan kepada saya. Ya Allah, malu bukan kepalang saya kepada ahli jemaah haji yang lain. Beliau jua menuangkan teh dari flask, dan menyuruh saya minum. Puas sudah saya menolaknya, Allahim, makin ditolak, makin dipaksanya saya minum dan makan. Saya terus menunjukkan rakan-rakan yang lain, yang masih malu-malu mahu duduk disebelah saya. Apalagi, dengan pantas pakcik itu memberikan roti yang lain kepada kami! Dan dipaksanya isterinya menuangkan teh yang hangat untuk kami. Sumpah, itulah teh tersedap yang pernah kami rasai, seumur hidup kami.

Dalam malu-malu menolak pelawaan pakcik tersebut, kami mencicah roti dengan teh itu. Hahahha.

Pulang dari ziarah, kami melihat seorang pakcik tua mengais makanan burung. Itu tidak apa lagi, saya sempat melihat beliau memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya - hasil kaisannya. Hati mana yang tidak luruh? Berderau hati saya melihat pemandangan itu - Ya Tuhanku, ini tetamu-Mu. Dan lantasnya saya meminjam duit Ija untuk dibelikan kek dan air minuman. Saya lihat, sudah ada seorang lagi pakcik yang turut sama mengais mencari makanan. Allah Allah Allah.

Semasa saya memberikan mereka makanan dan minuman, pakcik pertama mengucapkan Bismillah hir-Rahman!, dan pakcik kedua bercakap dalam bahasa yang tidak difahami. Doakan kami, pakcik-pakcik yang dimuliakan, doakan kami memperolehi haji Mabrur.

Itulah sahaja harapan kami. Doakan kami. Doakan kami memperolehi haji Mabrur.

Sepanjang pulang ke hotel, hati saya menangis basah. Malu pula mahu menangis didepan rakan-rakan. Truly, I'm truly a labour economist.













Saturday, 10 December 2011

KISAH HAJI: HOTEL - BILIK DAN MAKANAN

Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli A'la Saidina Muhamad, Wa'ala A'ali Saidina Muhamad.

Sahabat-sahabat yang sentiasa dihati,

Moga-moga kalian tetap berada di Jalan-Nya. Meskipun pahit, saya doakan kita sama-sama tetap melangkah, biar mungkin terpaksa mengesot, atau merangkak, tetaplah kedua belah kakimu, sahabat. Biarkan magis doa-doa kita berterbangan di jagat raya.

Kali ini saya mau menceritakan tentang keajaiban hotel saya. Ya, kami adalah pakej termurah diatara semua pakej yang ditawarkan, makanya, hotel yang kami dapat pun setanding dengan bayaran. Tetapi, tuan-tuan sekalian, bilik yang kami perolehi, masyaAllah, luas, bersih, indah. Tidak busuk seperti bilik-bilik yang didapati semasa umrah. SubhanAllah. Alhamdulillah. Tapi bagi yang sudah biasa menginap di hotel 5 bintang - I rest my case. Kami menginap di Tingkat 14. Setiap pagi dan petang, saya selalu mengintai di balik jendela memerhati lautan manusia yang menuju ke Masjidil Haram, atau pulang dari Masjidil Haram. Jalan raya bertukar menjadi putih. Berbondong-bondong manusia menyahut seruan-Nya. Agak memalukan bagi mereka yang tinggal berdekatan dengan masjid tetapi tidak mengambil peluang ke sana, sedangkan jemaah-jemaah lain, terutamanya dari Indonesia, Pakistan, India, Afrika dan entah dari negara mana lagi, yang tinggal 1-5 kilometers dari Masjid, sentiasa berebut-rebut mencari tempat di Masjidil Haram. Aduhai!

Bilik kami sejuknya ya ampun kalau angin sedang bertiup kencang. Tapi bonusnya, kami mudah melihat bulan dan bintang. Tetapi, bintangnya kadang-kadang hanya sebutir. Rakan saya menjelaskan ketidakhadiran bintang-bintang ini, Masjidil Haram telah diterangi dengan lampu-lampu neon, yang menyebabkan langit tercemar. Hasilnya, beribu-ribu bintang dilitupi awan.

Tapi, tuan-tuan sekalian, pabila bulan muncul, bersama-sama dengan bintang-bintang, indah bukan kemain. Allahim! Terutamanya pabila tiba hari-hari menjelang wukuf.

Saya suka membasuh kain. Mungkin jua penyakit ini berjangkit dengan rakan sehaji yang lain. Mau menggantung pakaian yang sudah dibasuh, tidak tahu dimana, pada mulanya. Tali sudah dibawa. Mulalah para 'engineers' berfikir gimana caranya mahu menggantung pakaian dengan paling efficient di dalam bilik. Saya lihat sahaja. Ah, memang saya ini benar-benar seorang economist.

Akhirnya, selepas tidak berjaya menggantung tali dibilik, kami ke tingkat 18, dataran yang dibenarkan menyidai pakaian. Mereka menggunakan sepenuh kekuatan dan keupayaan menggantung tali membuat ampaian. Disini, kalau menyidai pakaian di waktu pagi, selepas zuhur sudah boleh mengangkatnya. Panas bukan kemain. Disini jua boleh melihat seluruh pemandangan bandar Makkah (dari sisi ini). Berbukit-bukau. Bongkah-bongkah batu disana sini.

Disini jua disediakan surau berbumbungkan langit. Solat jemaah diadakan pada waktu Subuh, Isya' dan Maghrib, tidak pada waktu Zuhur dan Asar kerana ia terlalu panas. Pertama kali saya mengikuti solat jemaah dihotel akibat sakit, saya terpana. Saya dapat melihat jam 'Allah' itu, tuan-tuan sekalian! Ah, mendidih jua darah saya, segala pembangunan ini, Kota Makkah tidak memerlukannya. Ia kota suci. Kota ibadat. Bukan kota peranginan atau kota lawatan. Kalau dibuat asrama untuk jemaah haji yang tidak mampu, boleh diterima akal lagi, tapi ini untuk penginapan bagi mereka yang kaya raya. Yang pakej hajinya antara RM50,000 - RM100,000+.

MasyaAllah.

Tetapi hati saya cepat sejuk selepas melihat si Bintang Timur itu. Benarlah, kalau terasa mahu marah, lihatlah langit - yang membawa sejuta ketenangan dan kebahagiaan.

Ramai jemaah haji memberi komentar yang tidak enak didengar mengenai makanan. Mendidih jua telinga saya mendengarnya. Bagi saya yang tinggal diasrama di luar negara ini, yang tidak sempat memasak, malas memasak, tidak ada bahan memasak ini, makanan yang disediakan untuk kami, para jemaah haji, adalah terlalu mewah. Dengan sarapan paginya yang selalunya punya dua jenis makanan (contoh mee goreng dan bubur nasi), dengan makanan tengahari dan malamnya yang pastinya punya dua lauk, keropok, buah-buahan, roti dan teh yang disediakan untuk 24 jam, ini sudah seperti syurga bagi saya. Kadang-kadang kami dihidangkan udang dan ketam. SubhanAllah. Dan ikan yang sangat segar dari jeti.

Memang sukar mahu jadi hamba-Nya yang bersyukur, bukan?


































KISAH HAJI: SURAT PERCINTAAN DAN KEAMANAN

Salams,

Bismillah hirRahman nirRahiim,

Allahumma Solli A'la Saidina Muhamad, wa'ala A'ali Saidina Muhamad.

Sahabat-sahabat yang dimuliakan, semoga Allah swt memuliakan anda di pagi Ahad ini. Ahad sudah, serasa baru sahaja saya membuat ziarah wida', dan lansungnya terbang pulang. Allahim.

Meneruskan penceritaan saya, semoga usaha dan amal ini diberkati dan diganjari, semoga kita dijauhkan sifat-sifat munafik dan riak', semoga kalian dapat mengambil manafaat diatas cerita dibawah.

Sebelum kami sampai ke hotel kami di Makkah, kami diberi sekotak hadiah (tapi kami dapat dua kotak seorang), yang berisikan pastries, air mineral dan air kotak. Ia adalah hadiah dari Ministry of Hajj, tidak silap saya. Di luar kotak itu tertulis: Surat Percintaan dan Keamanan. Tergelak-gelak kami, kerana bahasa omputihnya - The Message of Love and Peace!

Kami jua mendapat gelang getah dan kad maktab yang harus kami pakai sepanjang keberadaan kami disini. Gelang getah berwarna biru itu tertulis segala informasi yang diperlukan sekiranya kami tersesat atau hilang. Maktab kami adalah Maktab 99, dibawah kumpulan South East Asia Pilgrims. Saya malas betul mahu memakainya. Ini kerana Tabung Haji Travel (THT) telah memberikan saya seutas gelang besi yang sehingga kini saya pakai, bertuliskan nama penuh saya dan IC no di baliknya. Di luarnya, tertulis Malaysia dan nombor telefon. Owh, saya sangat suka gelang ini, saudara-saudara sekalian, terasa macam masuk askar gitu. Dari kecil lagi saya mahu pengenalan diri seperti ini, mudahlah mayat saya dikenali orang, insyaAllah.

Sesampainya kami hotel, kami diarahkan solat dan makan, dan kemudiannya selepas maghrib/isya' akan dibawa ke Masjidil Haram untuk tawaf Qudum. Tapinya, ya, takdirnya, selepas solat Asar sahaja saya sudah melelapkan mata, hingga kami terlepas untuk membuat tawaf Qudum bersama-sama kumpulan kami- KT 73. Aduhai mata yang jarang sekali mendengar arahan, kasihan dia.

Makanya, kami ke MasjidilHaram dalam lebih kurang 3 pagi. Hotel kami dekat sahaja, 450 meter dari masjid, alhamdulillah. Dan sepanjang perjalanan, air mata tumpah kerana membaca talbiah.

Hamba-Mu datang menyahut panggilan-Mu, ya Allah.

Siapa yang berani untuk mengengkari panggilan-Nya ini?

Sewaktu pertama kali menjejakkan kaki ke masjid, tangan saya seram sejuk, pelbagai cerita negative mengenai ketidakdapatan melihat Ka'abah berlegar di fikiran.

Tapi syukur, saya dapat melihat Baitul Allah Haram ini, aduhai Ka'abah yang mulia, kami datang membawa pelbagai dosa dan harapan!

Seusai solat tahayatul masjid dan solat-solat sunat yang lain, kami bercadang mahu buat tawaf Qudum, tapi dihalang oleh askar yang bertugas. Amboi. Katanya, ada lagi satu jam mahu Subuh, takut kami tidak mampu menghabiskan tawaf dalam masa itu.

Ah, kalian yang mengenali saya pasti tahu saya ini berani. Tidak saya endahkan larangan askar itu, dan memasuki lingkaran tawaf, tetapi itupun setelah askar itu pergi. Hehehe. Dan sepanjang tawaf Qudum itu, air mata terlalu murah, pertamanya terlalu bersyukur kerana menerima panggilan-Nya. Keduanya, terlalu bersyukur dengan Kemurahan-Nya. Dan ketiganya, terasa terlalu kerdil dengan Keagungan-Nya. Dan pastinya kenangan bersama Abah dan Mak sentiasa dihati.

Selamat datang, Nur, selamat datang ke rumah-Ku.

Oh Tuhanku. Terasa pecah dada ini.

Dan pabila telah selesai tawaf Qudum itu, kami mencari-cari tempat untuk solat sunat tawaf. Dek disebabkan orang ramai sudah mula membanjiri kawasan masjid, pencarian kami mengambil masa yang agak lama. Dan askar-askar menghalang kami dari menunaikan solat disetengah-setengah kawasan. Pada masa itu kami tidak tahu bahawa terdapat kawasan berbeza untuk lelaki dan perempuan.

Hentam je lah Kak, saya ujarkan pada Kak As. Kita cuba solat disini, tunjuk Kak As pada satu tempat.

Walaupun seorang askar memarahi kami, tapi disebabkan kami sedang solat, beliau tidak boleh membuat apa-apa. Dan semakin ramai yang membuat saf sebaris kami. Akhirnya, kami dibiarkan dengan aman untuk solat, alhamdulillah!

Dan kalian tahu? Kami solat directly nampak Ka'abah. Allahim.

Ditengah jutaan manusia, alhamdulillah kami dapat tempat, walaupun sedikit berasak, dan diberi rezeki melihat Ka'abah. Dan kalian pasti tahu, melihat Ka'abah sahaja sudah mendapat 20 rahmat Allah? Sang Maha Pemurah, Engkau terlalu pemurah untuk hamba-hamba-Mu yang penuh dosa ini.


Ah, sampai disini dahulu, ya? Mahu jumpa Dia.


Salam sayang.





































Friday, 9 December 2011

KISAH HAJI: KAMI MASIH TERLALU MUDA

Salams,

Bismillah hir-rahman nir-rahiim,

Allahumma Solli "Ala Saidina Muhamad, wa'ala Aa'li Saidina Muhamad,

Sahabat-sahabat yang dikasihi, yang sentiasa dihati, yang sentiasa mempercayai keajaiban, yang mencintai kebenaran, yang mencari erti kehidupan sebenar.

Yang sentiasa mempercayai kekuatan doa.

Yang sentiasa memerangi segala seteru; diluar dan didalam diri.

Alhamdulillah, kerana diberikan peluang untuk menulis lagi. Seperti perasaan Prof. Kamil, saya jua agak ragu-ragu mahu mencoretkan pengalaman-pengalaman indah di sana. Bimbang dikatakan riak', takbur dan segalanya. Tetapi sekiranya segala tindakan kita niatnya berpaksikan kepada Allah swt, insyaAllah segala pandangan manusia akan menjadi enteng belaka. Bukankah Allah swt sudah berfirman: "dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (sebagai tanda bersyukur)" - Ad-Dhuha 93-11? Semoga segala kisah ini, akan menambahkan iman saya dan kalian dan meneguhkan pendirian kita terhadap Kebesaran-Nya.

Ramai yang bertanya, muda-muda sudah berhaji, kalian memang sudah lama minta kah? Tidak, jawap kami, surat rayuan kami hantar pada hari terakhir. Dan memang sudah rezeki kami yang amat besar, dipanggil mengerjakan Haji tahun ini. Kami memohon pakej yang dikelolakan oleh Tabung Haji pada akhir bulan 5. Mengapa? Kerana kedangkalan kami, kami tidak tahu ada syarikat-syarikat lain yang turut sama menawarkan pakej haji. Lagipun, Abah kata eloklah poie dongan Tabung Haji. Mudah. Mengapa kami tidak pergi secara muasasah? Kerana kami sudah cukup wang (yang dikorek sana sini, yang didermakan oleh ibu bapa kami), dan saya terutamanya, cukup bimbang dipanggil Ilahi ke alam barzah sebelum sempat menunaikan Rukun Islam yang terakhir ini. Makanya, kami perlu pergi secepat mungkin.

Menunggu panggilan secara muasasah memerlukan beberapa tahun lagi, mungkin belasan, mungkin puluhan.

Segala urusan permohonan berjalan dengan lancar. Tetapi, masih ada kebimbangan permohonan kami ditolak. Ya, kami terlalu muda untuk pergi. Ya, urusan visa yang amat memeningkan kepala itu diluar kekuasaan Tabung Haji. Segala ketidakpastian selepas memohon terjawap ketika menerima surat tawaran. Sewaktu Ija menelefon Kak As untuk memberitahunya, beliau menangis teresak-esak. Sukar dipercayai, kerana beliau memang amat jarang menangis. Saya masih di UK ketika itu, menyelesaikan segala urusan akademik saya. Dan sewaktu menerima sms dari mereka, saya menangis semahu-mahunya.

Tuhan, Kau panggil jua hamba mu yang paling hina ini. Yang punya dosa yang tidak terpikul lagi. Yang sudah tidak punya imam lagi. Yang kekhilafan dan kejahilannya meliputi langit dan bumi.

Saya tidak pernah yakin bahawa Sang Maha Pengasih itu akan memanggil saya. Saya takut. Bimbang. Seribu kebimbangan bersarang dihati. Terbayang cerita-cerita ngeri bahawa ramai sahaja yang sudah menerima surat tawaran tetapi terpaksa di batalkan diatas pelbagai sebab - visa dibatalkan, sakit, kematian, ketidakcukupan wang, dan pelbagai masalah yang melanda disaat-saat akhir. Ada yang sudah menaiki kapal terbang terpaksa turun, dihalang berpemergian. Bahkan saya dengar, syarikat Andalusia, seramai 700 orang masih menunggu visa. Dan salah satu syarikat di Pahang, hanya 300 visa sahaja diberikan.

Benarlah - LabbaikAllah humma Labbaik. Semua ini, adalah panggilan-Nya. Jemputan-Nya.

Kemari, Nur, kemari ke Rumah-Ku. Mari menjadi tetamu-Ku.

Tuhan, Engkau terlalu Mulia untuk memanggil ku yang teramat hina dina ini, yang terlalu cetek pengetahuannya mengenai menasik Haji, yang bergelumang dengan dosa dan kejahilan. Meskipun demikian, Engkau terlalu Akbar, Terlalu Pengasih untuk tidak menyambut lantunan hatiku ini.

Kepada kalian, kuatkan hati untuk mengerjakan haji sewaktu muda. Haji adalah physical movements. Dahulu saya tidak faham mengenai hal ini, tetapi setelah melaluinya, syarat pertama untuk kesana perlulah sihat tubuh badan dan minda yang cerdas dan terbuka. Jangan dirisau anak-anak di rumah, ibu-bapa di kampung, ayam itik di lumpur, lembu kambing di kebun, kerja-kerja dipejabat, itu semua urusan Allah swt untuk Menjaganya. Bukan kah dia - Al-Hafizd? Sang Maha Pemelihara? Bahkan, bukankah Dia yang Memelihara kita selama ini?

Sewaktu dihantar oleh kaum keluarga di Tabung Haji Kelana Jaya, keluarga Ija yang kebanyakannya saya kenali turut sama memeluk saya. Saya kuatkan hati supaya tidak menangis teresak-esak sewaktu dipeluk Emak dan adik-adik. Sesampai diatas bas, didalam kegelapan, barulah saya berani menumpahkan air mata. Perjalanan paling agung ini, tidak disertai dengan lambaian dari Abah. Abah yang sepatutnya pergi bersama-sama. Atau turut sama menghantar saya, mendoakan saya, memeluk erat saya, mencium pipi saya.

Allah Ar-Rahiim, cukuplah Engkau sebagai galang gantinya.

Didalam kapal terbang, saya lebih banyak mendiamkan diri. Dan sesampainya di Qarnul Manazir, kami bermiqat di atas kapal terbang, dan saat itu, saat membaca talbiah berulang kali, hati saya seakan pecah. Seakan masih tidak percaya bahawa akhirnya saya menjadi Tetamu-Nya. Yang panggilan-Nya saya sambut berkali-kali.

Sewaktu di Lapangan Terbang Jeddah, dan akhirnya memijakkan kaki ke dalam Hotel Taiba di Mekkah - barulah saya percaya, ya, Dia, Dia Tuhan Yang Amat-Amat Pengasih lagi Mengasihani itu, berkenan menerima saya menjadi tetamu-Nya. Alhamdulillah, Ya Allah. Alhamdulillah hi Robbul A'lamin.

Ka' abah, akan saya tatap dan lemparkan segala kerinduan yang selama ini bersarang didada esok.

Disaat ini, saya sudah terlalu penat, emotionally and physically, to even think about anything. Yet, I'm overjoyed. This is my home. I'm home, at last.