Friday, 19 November 2010

DI PERUT NUN

Salams,

Can't help to repost this blog entry - awesome.





DI PERUT NUN


Pada dinding putih, ada waktu yang tergantung

berlari, tak pernah jeda walau untuk berpesan,

demi aku, manusia dalam kerugian.

Di luar, ada rintik yang menyapa gersang tanah,

aku termangu, Mikail masih di situkah?

Anugerah untukku?

atau aku mesti terus menunggu

setelah doa-doaku tercicir

tiris dari bakul ibadah yang rompong.

Entah berapa lama, kali terakhir kumembilang titis hujan

dan mengutip butir jernih, buat dihimpun menjadi sekolam wudhu.

Pun, sekolam itu, aku masih sangsi,pergikah segala dosa semusim leka

seperti daun gugur meluhurkan sunah Allah?

Seorang umat, yang bersinar dan dikenali, akukah?

Atau gelap ini abadi? Gelisah ini membawa aku ke perut Nun

Dari situ, ada rintih Yunus yang kembali,

Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau,

Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.

Gelap ini; Yunus, aku dan sesiapa, tak punya siapa kecuali Tuhan.

Balam-balam malam ini, aku sendirian

kehilangan kasih-Mu. Tuhan, di hadapan pintu-Mu

aku berdiri.


Hafez Iftiqar,

15, Kings Court, Oakleigh East, VIC, Australia.