Thursday, 31 March 2011

LELUCON

Salams,

Kullu am wa antum bikhair.

Tadi baru gue selak buku 60 sahabat nabi, buku yang gue curi dri abah gue tapi sudah hilang, dan gue photostat dri kawan gue yang jua mencuri dri ayahnya. How funny.

Dan air mata gue jatuh bertitis-titisan , mengenang kecintaan para sahabat kepada Rasulullah saw yang mulia itu. Total cinta. Dan gue jadi kangen bangat sama ka'abah, sama hijir ismail, sama kubah hijau.

Terutamanya gue cinta hijir ismail. Apa kau pernah sujud di dalam hijir ismail itu kak? Atau sahaja soalan ini lelucon, kerna kau sudah dapat menciumi hajar aswad itu, ah cemburu gue.

Hati gue basah, dan Huda akan pergi ke bumi tercinta itu lagi15 hari. Dan gue pikir, kapan sahaja Rasulullah saw itu merindui dan mencintai gue, kak?

_________________________________________________

Salam alayk


bibarakatillah.

Saya selalu sahaja percaya, bahawa Nabi itu menyayangi kita lebih dari kita dapat menyayangi dia. Saya juga selalu tahu bahawa Nabi itu dekat, lebih dekat dari sangkaan kita, meski dia telah wafat dan kita dipisahkan zaman. Jika tidak dekat, mengapa Nabi tetap mahu meninggalkan pesan dan wasiat, dalam bentuk sunnah dan azimat? Hanya sahaja kita tidak mendengar, dan menjadi pengikut yang setia, nah, kerana itu kita rasakan Nabi terlalu jauh.

Bahkan Nabi selalu mendendangkan doa-doa keselamatan. Menghubungkan kita dengan selawat. Dan doa ketika duduk di tahiyyat awal dan akhir, adalah bukti Nabi mengingat kita ummatnya yang lewat. Lewat kerana kita tidak dapat bersua muka, depan berdepan.
Bacaan solat kita,

Assalamualaina wa ala ibadillahissolehin.

Nabi mengucapkan salam itu kepada ummatnya yang beramal soleh, ketika dia bersolat lama dulu sewaktu 1400 tahun yang lampau. Kita dapat menyambut salam Nabi sekiranya kita tergolong dalam ummat yang beramal soleh. Soalnya, adakah kita tergolong dalam golongan yang mendapat ucapan salam dari Nabi?

Dengarlah Nur bicara Nabi. Nabi tetap berbicara meski zaman memisahkan kita. Seperti Nabi Ibrahim menyeru, dan ummatnya datang berbondong-bondong saban tahun untuk menunaikan haji di Makkah. Seruannya nyata, dan ummat mendengar serta menyahutnya.

Moga kita dapat mendengar juga Nur, hari ini, hari esok, hari-hari seterusnya. Dan kemudian Allah perkenan kita menyahut dengan talbiah,

'Labbaikallahumma labaik, labbaikallah syarika lakabaik'.

InsyaAllah, insyaAllah.



HIKAYAT FACEBOOK

Taken from here.


__________________________________________________________


Alkisah hiduplah seorang akhwat dengan nama sebut saja Milana. Milana seorang akhwat yang mempunyai banyak pengikut, pengaruhnya besar di beberapa kalangan akhwat, dan juga merupakan salah seorang pembesar (bukan karena badannya yang besar) di dunia per-dakwah-an.

Terdengar bunyi nada dering dari HP Milana. Sebuah SMS pun telah diterima. Isi dari SMS tersebut merupakan pemberitahuan tentang adanya sebuah aksi demonstrasimunashoroh Palestina pada esok hari yang diadakan rutin tiap tahun sekali yang dilakukan oleh sebuah Parpol yang cukup besar di Indonesia. Dengan semangat ketaatan yang begitu tinggi Milana pun bergegas pulang dan tak lupa ia men-jarkom kepada seluruh pengikutnya untuk turut serta dalam aksi tersebut.

Keesokan harinya Milana beserta rombongan yang berjumlah 7 orang telah sampai di tempat berkumpulnya massa. Milana, Erin, Rossa, Windy, Selvi, Rika, dan Putri dengan atribut lengkap jilbab panjang beserta terusannya lengkap dengan simbol partai, bendera Palestina, dan tak lupa slayer untuk menutupi wajah-wajah mereka. Melihat jumlah peserta aksi yang banyak, Rika bertanya pada Murobbi tercintanya “Kenapa ya Kak, kalo aksi-aksi semacam ini banyak yang ikut, tapi kalo ada tatsqif atau dauroh qur’an malah sepi ya?” “Mungkin gak sempet kali dek” jawab Milana. “Atau Mungkin pada sekalian refreshing kali?!” celetuk Rossa tak mau kalah.

Gema takbir bergemuruh dikumandangkan oleh para peserta aksi. Sebuah grup nasyid menghibur atau lebih tepatnya menyemangati para peserta aksi dengan hits-hits andalan mereka. Sambil mendengarkan nasyid tersebut, Milana sang Akhwat pun membuka HP canggihnya dan langsung memasuki menu web browsernya dengan alamat m.facebook.com. Sejurus kemudian masuklah ia didalam dunia Facebook. Beliau langsung menyasar kolom “Whats On Your Mind”. Dan terlihatlah sebuah kalimat indah yang berasal dari dalam pikiran Milana yang ia tuangkan dalam Facebook “Subhanallah lagi ikut munashoroh Palestina, banyak banget pesertanya. siap-siap uang untuk One Man One Dollar.”

Tanpa disangka beberapa menit kemudian terlihat tulisan dalam akunnya “one new notification”. Dengan penuh semangat beliau langsung membuka dan terlihat ada seorang pengikut yang tidak hadir dengan nama Noni mengkomentari statusnya tersebut dengan bunyi “semangat trus kak Mil, afwan aku gak bisa ikut”. Baru saja Milana ingin membalas komentar tersebut tiba-tiba muncul lagi sebuah tulisan “3 new notification”. Ternyata ada dua teman Milana yang me-“like this” status Milana, dan seorang lagi dengan nama akun “Sang penebar hati” yang merupakan seorang ikhwan mengomentari dengan bunyi “wah enak ya, bisa ikut acara. Semangat terus Ustazah Milana, hehe”. Dengan sigap Milana langsung membalas komentar dari para hadirin tersebut dengan lafazh “@all syukron y atas jempolnya”, “@ Noni gpp say mudah2n yg nanti bisa ikut InsyaAllah amiiin.”. “@Sang penebar hati amiin juga. kenapa gak ikut akh”. Balasan komentar pun datang dari Sang Penebar Hati “ana masih ada urusan kerjaan, infak nya tolong ditalangin y ustadzah?!! (melas.com)”. Milana pun kembali melesatkan balasan komentarnya “siipp, tinggal nanti digantinya 2 x lipatnya ye. (ngarep.com).” dialog pun bertambah seru ketika ada seorang dengan nama akun “Omnya Joko” turut meramaikan peristiwa bersejarah itu dengan bunyi “addduh pada berisik banget, udah nanti ana aja yang bayarin semuanya (becanda.com) btw ustzh Milana ada disebelah mananya nih?”. Milana pun membalas “hiks3x pada ngelucu aja nih, ana lagi di depan kedubes Amrik ust.”

Tanpa disadari acara pun telah usai seiring dengan usainya dialog Milana dengan teman-temannya di dunia Facebook. Milana beserta rombongan pun bersiap-siap untuk pulang. Tanpa dinyana Milana pun hendak mengabadikan moment tersebut dengan kamera yang baru saja ia pinjam dari tetangganya. Ketujuh akhwat itu mempersiapkan diri untuk mengabadikan moment tersebut dengan gaya atau pose yang 'atraktif', serta 'artistik'. Milana pun memilih pose dengan gaya mengepal tangan dan menutup wajahnya dengan slayer berharap agar ia dapat meng-upload gambar tersebut sebagai profil picture akun Facebook-nya. Erin berkata kepada Milana "Kak Mil nanti di tag ya fotonya." Setelah puas dengan aktivitas melelahkan tersebut Milana beserta rombongan pun akhirnya pulang kerumah masing-masing.

Milana yang tampak lelah mencoba untuk bersemangat kembali. Sang Akhwat tersebut mengambil laptop beserta modem miliknya. Milana berniat untuk meng-uploadgambar-gambar yang telah ia dapatkan untuk kemudian di-share ke teman-temannya. Sebelum ia meng-uploadterlebih dahulu Milana meng-update status dengan bunyi “Munashoroh yang begitu melelahkan”. Seperti biasanya status Milana dibalas komentar oleh teman-temannya. Kali ini Erin salah seorang pengikutnya yang mengkomentari status tersebut “istirahat aja yang cukup, btw tadi es cendol yang di depan monas enak ya Kak”. Milana adalah seorang akhwat yang terkenal akan keakrabannya. Maka tak perlu waktu yang lama lagi Milana pun segera membalas komentar tersebut “iya Alhamdulillah, kpn2 kita beli lagi y.” Sebuah akun bernama “Omnya Joko” seolah tak mau ketinggalan. Segenap dengan jurus yang dimiliki ia pun turut mengomentari status Milana “wah ustazah bagi-bagi dong kalo makan es cendol?!” Terlihat pula sebuah komentar dari akun yang bernama “Rojali Al Manak Don Koll” “to Omnya Joko, es cendol dimakan atw diminum? ada apa ini? ustzh Milana sekarang jualan es cendol ya?” Melihat tingkah lucu dari teman-teman Facebook-nya, Milana pun mengakhiri percakapan tersebut dengan sebuah kata “Hiks3x...” (sebenarnya dialog yang terjadi cukup panjang, tapi berhubung khawatir para pembaca bosan membacanya maka dialog via Facebook tersebut saya ringkas—penulis)

Setelah meladeni para komentator statusnya. Milana melanjutkan kembali aktivitasnya di Facebook. Milana hendak meng-upload gambar-gambar yang telah berhasil ia dapatkan. Memakan waktu yang cukup lama dikarenakan modemnya yang memang masih kelas bawah. Milana dengan penuh kesabaran menunggu proses tersebut. Proses upload telah selesai, Milana pun memberi nama album tersebut dengan judul 'AKHWAT ZONE'. Milana pun bukan main ketika melihat ada seorang ikhwan dengan nama akun “Pecinta Rasul” yang komentar di album tersebut “wiih ibu-ibu PKK pada demo dimana nih?” Milana bertanya-tanya dalam palung hatinya yang paling dalam “bisa-bisanya dia komentar, emang gak bisa baca apa kalo itu ada tulisannya AKHWAT ZONE?” Milana pun mengambil keputusan untuk membalas komentar tersebut “afwan akh antum gak bisa baca tulisan AKHWAT ZONE ya?” “kalo gak mau diliat jangan uplod di pesbuk dong” jawab “Pecinta Rasul” dalam komentar berikutnya. Tidak seperti biasanya Milana pun merasa kesal dan tiba-tiba menjadi malas untuk membalas komentar lawan bicaranya di dunia Facebook. Milana mengambil keputusan sulit yakni menutup akun Facebook miliknya. Dengan segera ia merapikan kamar untuk kemudian tidur dengan niat istirahat agar besok bisa memulai aktivitasnya yang memang sangat-sangat padat.

Aksi munashoroh yang dilangsungkan kemarin ternyata menguras fisik Milana. Milana pun jatuh sakit yang mengharuskan ia istirahat di rumah. Dokter yang memeriksa Milana mengatakan bahwa penyebab sakitnya Milana adalah dari es cendol seharga Rp 1.500 yang ia dan kawan-kawan minum di depan Monas. Dan dengan sangat amat terpaksa membatalkan beberapa acara yang telah ia rencanakan sebelumnya. Ditemani HP canggihnya Milana pun kembali dan lagi-lagi membuka akun Facebook miliknya sambil menulis “sedang menjalani terapi penghapusan dosa, ya Allah semoga sakit yang Kau berikan dapat menghapus dosa-dosaku.”

Seseorang yang memiliki akun “Sang Penebar hati” yang merasa iba dengan sakit yang diderita Milana mengomentari status tersebut “Syafakillah Ukhti, btw gara2 aksi kemaren y?” Lain lagi dengan seorang yang bernama akun Ibnu Ahmad, ia turut mengomentari status yang mengharukan itu “sakit koq masih bisa update status, apakh kalo kita update ttg sakit maka Allah akan menyembuhkan kita?” Milana dengan sisa-sisa tenaganya berupaya keras untuk menjawab teman-temannya itu “to Sang Penebar Hati, iy akh, kata dokter sih gara-gara es cendol yang didepan monas?!, to Ibnu Ahmad yang sakit kan badannya bukan tangannya ^_^.” Milana sudah tidak kuat lagi ia akhirnya memutuskan untuk log out dan kembali melanjutkan istirahatnya yang sempat tertunda.

Keesokan harinya Milana yang sudah merasa sehat bersiap untuk melaksanakan kembali agenda dakwahnya. Peralatan beserta perlengkapan telah disiapkan. Untuk menambah semangat maka Ukh Milana (lagi-lagi) kembali membuka akun Facebook-nya kemudian menulis “siap-siap, tuk raker dilanjutkan dengan ngisi 3 tmpat, Ya Allah berikanlah kemudahan, kesemangatan dan keselamatan pada hamba Mu ini.” Di dalam angkot ia kembali melihat statusnya tersebut dan terlihat ada sebanyak “10 pemberitahuan baru”. Kesemuanya me-“like this” status tersebut dan kebanyakan memberi komentar berupa “semangat, HAMASAH, cahyo, dsb...” Melihat hal tersebut Milana hanya tersenyum manis dan membalas kesemua hal tersebut dengan ucapan “@all Syukron y ^^”.

Malam harinya setelah mengakhiri agenda yang cukup padat. Milana kembali meng-update status-nya dengan sebuah tulisan yang seolah menggantung “Alhamdulillahirobbil ‘alamin”. Para komentator yang biasanya mengomentari status Milana pun ramai-ramai berlomba untuk mengomentari terlebih dahulu status sang Mahasiswi di salah satu PTN di Indonesia itu (nampaknya status-status milik Milana diposisikan seperti wahyu dari Allah yang sedang ditunggu-tunggu oleh para teman-temannya, seperti halnya para Shahabat Nabi SAW yang sangat menanti-nantikan turunnya wahyu dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW—penulis). “Abis ngapain ustzh?” sergah seseorang bernama Rojali Al Manak Don Kol. “Abis makan enak y, bagi-bagi dong?!” timpal Putri seolah tak mau ketinggalan momen indah tersebut. Windy yang salah seorang pengikutnya menimpali status itu “Yarhamkillah…^^” (Windy mengira bahwa guru tercintanya itu sedang bersin). “?????????” tulis Rossa dalam balasan komentarnya. Milana yang mengamati dengan serius percakapan tersebut malah menjawab dengan jawaban yang tidak begitu mengenakkan bagi para komentatornya “apa ajja boleh” tulis Milana dalam balasan komentarnya.

Pada malam hari yang sama namun di tempat yang berbeda Rika seorang remaja putri berusia 18 tahun juga tengah sibuk mengutak-atik akun Facebook miliknya. Rika tercatat sebagai seorang siswi di salah satu SMA Negri di Jakarta. Remaja ini menjabat sebagai ketua keputrian di SMA tempat ia menuntut ilmu. Sebagai seorang ketua keputrian maka ia dituntut untuk menjadi seorang teladan bagi jundi-jundinya (anak buah). Rika juga aktif di jagat Facebook. Berbeda dengan Milana. Aktivitas Rika yang sering terlihat adalah meng-update status yang berisi ayat qur’an, hadits Nabi SAW, ucapan para Salafus Sholih, serta nasihat dari para ulama. Ia menganggap dirinya tak pantas untuk selalu berkata-kata indah sementara ia tidak mengamalkan ucapannya tersebut. Menurutnya akan terasa lebih aman apabila ia mengutip perkataan orang lain yang lebih mulia dibandingkan dengan dirinya.

Rika merasa aneh dengan tingkah murobiyyah-nya Milana yang sering update status yang menurutnya tidak jelas. Dalam hatinya ia ingin sekali mengkoreksi tingkah laku ustdzahnya yang tercinta itu. Tapi tak urung sampai dikarenakan rasa tidak enaknya kepada Milana.

Melihat gelagat seniornya di Facebook, Rika khawatir hal ini akan menjadi preseden buruk bagi jundi-jundinya. Ia khawatir para teman-temannya di Rohis akan meniru para seniornya tersebut. Hal yang sangat wajar karena memang Rika sebagai seorang akhwat yang paham benar akan nilai-nilai tarbiyah. Sang Ketua Keputrian itu cemas melihat fenomena tersebut. Fenomena ketika ada ikhwan dan akhwat yang begitu “mesra” di Facebook. Fenomena bersenda gurau terhadap hal yang menurutnya tidak fundamental. Fenomena merajalelanya generasi yang suka berkeluh kesah. Dan fenomena terciptanya generasi Facebook dan memudarnya generasi robbani. Rika pun tak dapat berbuat banyak ia hanya bisa berdo’a kepada Allah semoga apa yang ia khawatirkan tidak pernah terjadi.

Dinar Zul Akbar
dinarzulakbar_mail@yahoo.com

mukminsehat.multiply.com

Memahami Makna Kaya

Salams,

Taken from here.
__________________________________________________________

Dalam ayat cinta-NYA menyebutkan, yang artinya “Wahai manusia! kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir [35] : 15)

Ingatanku melayang saat usia bocah, saat saya baru masuk sekolah SD. Sepulang sekolah masih pagi jam sepuluh, saya melihat seorang kakek sedang berjalan dalam satu arah denganku, beliau berpakaian lusuh, bertopi yang robek-robek di sana-sini seraya memikul plastik hitam (kantong kresek) yang dengan penampilan sedemikian, semua orang akan berpikiran sama : mungkin beliau adalah pemulung atau peminta-minta. Lalu kusapa dirinya, kuberikan koin uang jajanku yang jumlahnya tak seberapa, kakek itu hanya menunduk dan mengucapkan terima kasih. Ia terus saja berjalan sambil menunduk, sedangkan saya telah berbelok ke pekarangan rumah, disambut oleh ibu tercinta.

Ibuku sempat melihat kakek tersebut dari kejauhan, lalu ibu malah tertawa mendengar ceritaku yang telah memberikan koin sebagai uang infaq, “Kakek itu sedang bersandiwara... dia pasti mau mengunjungi panti asuhannya atau menyetor uangnya ke bank, dia selalu bawa kresek hitam, bukan pemulung, isinya tuh uang, sayang... dia tetangga kita beberapa blok dari sini, bapaknya mbak fulanah itu lho, yang pengusaha...”, ujar ibu, membuatku terbengong sesaat. Wow, pikiranku berkecamuk, hebat banget kakek itu, sempurna penyamarannya, tak goyah walaupun di depan sosok anak kecil sepertiku.

Di lain waktu ketika ibu melewati rumah si kakek, kakek itu mengembalikan koinku tersebut kepada ibu seraya saling sapa sebentar. Memang area dalam kompleks perumahan kami cukup terjaga keamanannya, dan sudah jadi rahasia umum, jika akan bepergian ke luar kompleks, harus meneliti penampilan, jangan sampai mencolok dan mengumbar harta benda agar tak menimbulkan niat jahat bagi mata-mata yang memandang, kota kami dulu digelari ‘kota preman’, mungkin sampai kini masih menyandang status mengerikan itu.

Dan banyak pula sosok-sosok lain teman-teman di luar negeri yang tetap menjaga kesederhanaan penampilan walaupun bukan dalam rangka sandiwara sebagaimana kakek tetangga kami tersebut, namun kesamaan sikap mereka sungguh membuat hati ikut luruh, sikap tawaduk justru membawa kemuliaan bagi seseorang, di mata Allah ta’ala, juga manusia seisi bumi. Bahkan para teman kita yang punya banyak investasi dunia tersebut, lebih memilih berjalan kaki atau naik sepeda dari pada sering-sering menghabiskan energi dengan mobil mewah, sebagaimana kebiasaan kaum borju.

Dahulu diriku punya guru renang semasa SD, ia adalah warga negara Jepang yang bekerja di kota kami, ia pun sejak awal pindah ke Indonesia, malah membeli sepeda untuk menemaninya ke kantor dan kemana-mana di area kompleks dan sekitarnya, meskipun sebenarnya ia disediakan mobil dan sopir pribadi. Sewaktu kami murid-murid renangnya datang ke appartementnya, ia mencicipi kami roti tawar diolesi saos sambal (baru kali pertama itulah, saya menikmati roti tawar berselai sambal), serta semangkuk salad yang berisikan tomat dan timun, katanya itu adalah menu makan siangnya. Kami waktu itu mengira makanan itu ‘hanyalah snacks kecil’ saja, kalau makan siang kebanyakan dari kita kan biasanya lengkap, sup, nasi dengan lauk-pauk dan buah-buahan atau tinggal order fast-food saja, dll. Dan ternyata, hidup bersahaja dengan tetap memperhatikan makanan dan kendaraan yang sehat seperti itu, menambah hikmah besar lain, disamping keridhoan Ilahi Robbi dunia dan akhirat, yaitu kondisi kesehatan akan terjaga, terbukti 20 tahun tak berjumpa sang guru, saat melihat berita tentangnya lintas website, penampilan fisiknya tak jauh berbeda dengan 20 tahun lalu! Yah, mungkin juga hal itu salah satu “bonus-NYA” sejak ia telah menjadi muallaf.

Kuingat pula 4 tahun lalu saat suamiku harus dinas ke Johannesburgh, south-africa, di masjid terbesar dengan ribuan hektar tanah sekitarnya tak perlu ada tanda-tanda palang atau tanda kepemilikan tanah, semua penduduk tau bahwa seluruh tanah luas yang mengelilingi masjid itu adalah kepunyaan Mr. Fulan. Beliau ini kerjanya hanya tinggal mengamati perputaran uang saja, bisa bebas saja 24 jam beliau berdiam di masjid itu, karena memang sudah sangat kaya raya. Semua gedung, bangunan milik pemerintah atau swasta di sekitar masjid harus membayar sewa tanah kepadanya, kontraknya berlaku 20 tahun hingga ratusan tahun! Bayangkan, riwayat turun-temurun pewaris keluarga Mr. Fulan tidak mau menjual sejengkal pun tanah tersebut sebagai usaha menjaga kemuliaan Islam di tanah itu.

Nasib yang berbeda dengan para penduduk di sekitar jalan Sudirman Jakarta puluhan tahun lalu, kan rumah-rumah mereka sudah digusur tuh, lalu Jakarta jadi beken dengan kemegahan gedung-gedungnya. Siapapun tak menduga, seorang Mr. Fulan sangat sederhana, jubahnya biasa-biasa saja, malah di rumahnya tak ada televisi, menyapu halaman masjid Johannesburgh sesekali, tidak mau disorot kamera (apalagi kamera wartawan), tidak suka ke restoran mewah, ternyata beliau adalah pemilik ribuan hektar tanah tersebut, kekayaan nominalnya ratusan juta dollar.

“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Subhanalloh, anak-anak cucu setiap generasinya diajarkan menikmati kekayaan sejati : alam yang luas yang harus disyukuri, bukan diukur dari lembaran uang dan luasnya tanah yang beliau miliki. Pastilah semua orang penasaran pada sikap tawaduknya, menjadi seorang yang dimuliakan orang banyak tanpa perlu mengumbar-ngumbar harta kekayaan yang sebanyak itu (insya Allah kalah deh jumlah harta haram koruptor-koruptor dengan harta halal kepunyaan beliau), namun ternyata beliau sadar betul, Rasulullah SAW serta para sahabat sudah memberikan banyak keteladanan buat kita, bahwa “Segalanya hanya titipan Allah SWT saja...”

Allah SWT berfirman, "Hai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al A'raf [7] :31)

Begitu pula beberapa tahun lalu, diriku mengenal Ummu ‘aisyah, wajahnya cantik dan masih tampak polos seperti anak remaja, padahal anak-anaknya sudah banyak. Penampilan Ummu ‘aisyah sederhana sekali, kerudungnya cuma beberapa buah, semua teman pasti hafal warna kerudung Ummu ‘aisyah, bajunya yang dipakai hanya berganti yang itu-itu saja. Saya sangat menyayangi dan menghormati beliau, ilmu agamanya sangat banyak, asyik diajak diskusi tentang anak-anak pula.

Suatu hari ada acara pengumpulan dana untuk saudara kita di Gaza, tanpa canggung Ummu ‘aisyah menyerahkan beberapa perhiasan serta segepok uang (karena kebetulan saya jadi bendahara, maka ia serahkan untuk segera saya catat saat itu), Subhanalloh... Uang tersebut kalau dihitung, malah bisa cukup buat modal memulai bisnis kerudung plus sewa lokasinya.

Dalam nurani ini, sungguh ‘kaya’ hati yaa Ummu ‘aisyah, padahal tas tanganmu pun kulihat robek di beberapa sudutnya, kaos kakimu juga sudah luntur warnanya, kerudungmu yang itu-itu saja—nampak kumal karena pudar warnanya.

Ummu ‘aisyah jauh lebih peduli dengan tabungan akhirat, tak mudah baginya berbelanja urusan dunia, dianggapnya hal yang kurang penting. Keperluan pribadinya dikesampingkan, beliau lebih mengutamakan membantu sesama, juga banyak keperluan anak-anak yang harus didahulukan.

Memang kita sering tak sadar, bisa jadi teman-teman atau saudara sekitar selalu dekat dan akrab karena pengaruh keduniaan, ‘kepentingan sejati’ menjadikan diri seseorang dimuliakan oleh orang lain.

Namun jika pergaulan mukmin sejati yang dilandasi ikatan cinta nan kuat karena Allah SWT, insya Allah tak memandang bagaimana penampilan saudara/saudarinya. Walaupun Ummu ‘aisyah mudah saja mengeluarkan infaq dan sedekah bagi teman yang memerlukan, beliau juga keras dan tegas menolak system ‘sogok-menyogok’ yang sering diganti nama “sedekah pelicin” itu. Makanya semua orang mengagumi dan sangat menghargai beliau, makna kaya dalam sudut pandangnya ialah hati ikhlas, selalu bersikap mudah melaksanakan infaq sedekah, dan menolong orang lain. Jadi jika kita menemukan orang yang susah mengeluarkan zakat, infaq, sedekah, namun mengaku-ngaku sebagai orang kaya, berarti orang itu bohong donk, kekayaan sejati adalah banyak memberi. Kekayaan sesungguhnya adalah kontribusi yang diberikan kepada sesama, bekal yang diharapkan dapat menyelamatkan diri di yaumil hisab kelak.

“Bukanlah yang dinamakan kaya itu karena banyak hartanya, tetapi yang dinamakan kaya sebenarnya adalah kekayaan jiwa.” (HR. Al-Bukhari & Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Sungguh beruntung hamba-hamba-Nya yang senantiasa kaya dalam keimanan dan sikap istiqomah di jalan Ilahi. Dan diri ini amat beruntung melihat pelajaran nyata dari mereka yang kaya raya tersebut, mereka yang senantiasa mengingatkan bahwa Allah ta’ala Sang Pemilik segala, apapun yang ada hanyalah amanah sementara. Serta mengingatkan akan contoh teladan kita, Rasulullahsholallohu ‘alaihi wa sallam yang mencontohkan kehidupan paling ideal dalam mencari perbekalan agar selamat di kampung akhirat.

“Barangsiapa yang menjadikan Akhirat sebagai harapannya, maka Allah akan memberikan kepuasan dalam hatinya, menghimpun segala impiannya, dan dunia pun akan mendatanginya dengan merunduk. Barang siapa yang menjadikan Dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kemiskinan di depan matanya, membuyarkan segala impiannya, dan dunia pun tidak akan mendatanginya melainkan apa yang telah ditentukan baginya.” (HR. Tirmidzi)

“Duhai Allah, Bimbinglah kami selalu, Letakkan dunia di tanganku, bukan di hatiku...”

Wallohu ‘alam bisshowab.

by : bidadari_Azzam
(bidadariazzam.blogspot.com @Krakow, 22 maret 2011)

Bersabarkah Terhadap Cobaan Dunia

Taken from here:

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salah satu dari bentuk sabar adalah sabar atas cobaan dunia dan bencana zaman. Menyangkut hal ini, tak seorangpun yang luput darinya. Baik Muslim atau pun kafir, yang miskin atau pun yang kaya, penguasa ataupn rakyat biasa. Sebab hal ini merupakan tabiat kehidupan dan manusia.

Tidak ada seorangpun yang terbebas dari keresahan bathin, penyakit pisik, kehilangan orang yang dicintai, kerugian harta benda, gangguan orang, kesengseraan kehidupan dan peristiwa yang tiba-tiba terjadi yang tidak dapat diduga, seperti gempa dan tsunami.

Inilah yang pernah disumpahkan Allah tentang kepastian terjadinya, dalam firman-Nya :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ ﴿١٥٦﴾
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sab ar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dn rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah yang mendapatkan petunjuk. (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157)

Bentuk sabarlah inilah yang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Dalam al-Qur’an, sabar ini dicontohkan oleh sabarnya Nabi Ayyub AS atas penyakit da kematian kelaurganya, sabarnya Nabi Ya’kub AS atas kepergian anaknya, Yusuf AS, dan tipu daya anak-anaknya terhadapnya.

Sabar Terhadap Kinginan Nafsu

Ini merupakan salah satu medan kesabaran, yaitu sabar dari keinginan nafsu dan kecenderungan naluri, seperti kemewahan dunia, kesenangan dan pehiasannya yang selalu dicenderungi oleh hawa nafsu dan di dorong serta dihiasi oleh setan.

Pertama, apabila seseorang, sedang mendapatkan kemewahan dan kesenangan kehidupan dunia, maka sangat diperlukan kesabaran dari memperturutkan kesenangan dan kemewahan kehidupan dunia tersebut, sebab ini merupakan salah satu bentuk lain dari ibtila (cobaan), cobaan dengan kesenangan dan kemewahan, bukan dengan kesedihan dan kemiskinan. Firman Allah Ta’ala :

ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ

Kami akan menguji kamu dengna keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. (QS. Al-Anbiya [21] : 35)

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ﴿١٦﴾

Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : “Rabbku telah memuliakanku.” Tetapi bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizki , maka dia berkata : “Rabbku menghinakanku”. (QS. Al-Fajr [89] : 15-16)

Di sini Allah menjadikan kesenangan dan kemewahan sebagai ibtila (cobaan) seprti halnya kemiskinan dan kemewahan.

Setiap mukmin memerlukan kesabaran dari kesenangan dunia, agar tidak terlepas nafsunya mengikuti syahwat, syahwat kepada wanita, anak, kemewahan, kedudukan, dan seb againya. Sebab jjika dia idak dapat mengendalikan nafsunya maka pasti akan terseret kepada sikap sombong, menolak kebenaran dan melampui batas.

Oleh karena itu, sebagian kaum bijak bestari mengatakan, bala (kesengsaraan) itu masih bisa disabari oleh setiap Mukmin, tetapi kesenangan itu jarang sekali dapat disabari kecuali oleh orang yagn mempunyai tingkat shiddiq.

Bahkan dikatakan, sabar terhadap kesenangan itu lebih berat daripada sabar terhadap bala (kesengsaraan). Ketika pintu-pintu dunia dibubakan kepada para sahabat, sebagian mereka berkata, “Kami sudah dicoba dengan kesengsaraan lalu kami-pun bersabar, tetapi ketika kami dicoba dengna kesenangan dan kemewahan, maka kami tidak dapat bersabar”.

Imam al-Gazali berkata, “Sabar terhadap kesenangan itu lebih berat, karena disertai adanya kemampuan. Orang yang lapar ketika tidak ada makanan, lebih dapat bersabar ketimbang ketika terhidang dihadapannya makanan-makanan lezat dan mampu melakukannya. Oleh karena itu, cobaan kesenangan lebih berat”.

Karena nya Allah memperingatkan para hamba-Nya dari cobaan harta, anak, istri, dan semua kesenangan duna, seperti dalam firman-Nya:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). (QS. At-Taghabun [64] : 15)

Demikianlah manusia harus dapat bersabar macam bentuk cobaan, baik itu berupa kesenangan maupun kesulitan yang dihadapinya. Wallahu’alam.