Monday, 2 May 2011

Kewajipan Mengingati Allah, Bersyukur, Bertasbih, Bertakbir dan MemujiNya


Salams,

Taken from:
________________________________________________________
Mengingati Allah selalu akan menghilangkan rasa cemas, ragu-ragu dan tidak percaya diri. Mengingati Allah dapat melindungi hati dari kesesatan. Mengingati Allah merupakan ubat yang mujarab, makanan yang diberkati, ubat yang bermanfaat dan makanan yang baik.

Dengan mengingati Allah bererti mengesakanNya dari sekutu-sekutuNya, menjadikan orang-orang yang ditimpa musibah menjadi sabar, dan menyejukkan hati mereka yang gundah gulana. Mengingati Allah dapat memberikan ketenteraman pada saat-saat yang menggoncangkan dan pada saat-saat terjadinya fitnah.

Allah telah Menyuruh ummah-Nya agar selalu mengingati-Nya dan bersyukur kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala telah mengkhabarkan segala makhluk telah bertasbih kepada-Nya dan mereka semua tunduk patuh kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:

"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."
(surah al-Israa', ayat 44)

"Lelaki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah."
(surah al-Ahzaab, ayat 35)

"Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam Penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).
(surah at-Tuur, ayat 48-49)

Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam telah bersabda mengenai anjuran untuk mengingat dan bertasbih kepada Allah:

"Perumpamaan bagi orang yang mengingati Tuhannya dan orang-orang yang tidak mengingat adalah seperti orang hidup dan orang yang mati."
(sohih Bukhari wa Muslim)

"Perkataan subhanallah, walhamdulillah, wa Lailaha illallah, wallahu akbar lebih aku sukai daripada terbitnya matahari."
(hadith riwayat Abu Hurairah)

Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam bersabda kepada salah seorang sahabatnya yang bermaksud:
"Mahukah kamu akau tunjukkan tentang perkataan yang berasal dari gudang syurga, iaitu kamu berkata: La haula wa laa quwwata illa billah."
(sohih Bukhari wa Muslim)

Orang yang suka mengingati Allah, dialah yang paling bahagia. Dialah yang paling banyak bertasbih, bertakbir, bertahmid dan bertahlil. Sesiapa yang menyibukkan diri dengan mengingati Allah maka Allah akan menjadikan hati orang tersebut hanya sibuk dengan ketaatan kepada-Nya. Dan sesiapa yang menyibukkan diri dengan perkara selain Allah maka Allah akan membuat orang tersebut menjadi sibuk dengan dirinya sendiri dan memenuhi hatinya dengan kesibukan serta mengekalkan kefakirannya dan menyia-nyiakan umurnya. Allah juga akan membuat orang tersebut kesukaran untuk mencapai apa yang diingininya dan Allah akan menutup pintu kebaikan dan pintu rahmat kepada orang tersebut.

Oleh kerana itu, sebaiknya kita selalu ingat kepada Allah. Ini disebabkan kerana Allah adalah pemilik nikmat, kebaikan dan keutamaan. Allah subhanahu wa ta`ala adalah Zat yang paling berhak untuk disembah, ditaati, diingati dan disyukuri. Allah Maha Agung dan Maha Tinggi.

- petikan dari buku Al-`Azhamah: KEAGUNGAN - Kebesaran Ilahi Pada Tiap Sesuatu
karangan Dr `Aidh Abdullah Al-Qarni

Rumi: Setelah Pahat-pahat Itu Selesai Menatahmu, Mi’raj lah

Salams,

I love this poem. Taken from here:


__________________________________


.

Sebuah panggilan setiap saat berkumandang dari langit: “Dan sungguh, Kami benar-benar meluaskannya.” (*1)

Yang mendengarnya setiap saat, namun bukan dengan telinga? “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang mengabdi, yang bertahmid, yang berjalan (karena Allah), yang ruku’, yang sujud.” (*2)

Carilah tangga “dari Allah, pemilik Al-Ma’arij (tempat mi’raj) ” (*3), lalu naiklah! Tangga yang “Al-Malaa’ikat dan Ar-Ruuh naik (kepada-Nya) dalam satu hari. ” (*4)

Siapakah yang sanggup, dari bahan khayalanmu, mampu membuat nyata tangga ke langit itu?

Tangan “Kepada Kami segala sesuatu akan kembali.” -lah yang membuat mereka mi’raj. (*5)

Ketika pahat sabar dan syukur telah selesai menatahmu , mi’raj-lah,
dan ucapkan, “dan itu tak akan diperoleh, kecuali oleh Ash-Shaabiruun.” (*6)

Saksikan, siapa sesungguhnya yang memegang pahat-pahat itu. Lalu pasrahkan dirimu dengan gembira!

Jangan kau lawan pahat itu, seperti tali para penyihir Fir’aun (yang menjadi ular), ingatlah nasib mereka yang mengatakan, “dengan kuasa Fir’aun, sungguh kami benar-benar akan menang.” (*7)

Majulah beberapa langkah lagi, maka kau akan menjadi “Ashabul Yamin (golongan kanan)” (*8)

Dan jika kau telah sampai pada batas tertinggimu, engkau adalah “As-Saabiquunas-Saabiquun (yang paling utama dari golongan yang utama) ” (*9)

Jika engkau berasal dari tempat para kekasih-Nya di langit, maka datanglah!

Dan masuklah ke dalam shaf “Sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf” (*10)

Jika engkau miskin, tabuhlah genderang “Kemiskinan adalah jubahku” (*11)

Jika engkau seorang faqih, jagalah agar engkau tidak termasuk kedalam “mereka adalah kaum yang la-yafqihuun (tidak memahami)” (*12)

Jika engkau telah menjadi nun yang bertekuk lutut seperti qalam yang bersujud, Maka engkau termasuk ke dalam “apa yang mereka tulis” dalam “Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis.” (*13)

Jadilah mata yang melihat dalam “kelak kamu akan melihat” , kepada mereka yang ada dalam “mereka pun akan melihat.” (*14)

Bahkan jika engkau “bersikap lunak” bagai penjilat, namun apa artinya itu bagi “mereka yang bersikap lunak (pula kepadamu)?” (*15)

Hunjamkan akarmu kuat-kuat, seperti pohon Sidrah yang “tiada keraguan di dalamnya.” (*16)

Jagalah dedaunan dan batangmu dari goyah karena tiupan nafas “yang kami tunggu-tunggu hingga kecelakaan menimpanya.” (*17)

Lihatlah kebun yang menjadi arang dalam “malapetaka (yang datang) dari Rabb-mu” , tipu dayanya menghanguskan kebun mereka “ketika mereka sedang tidur.” (*18)

Dikutip dari Rumi, dalam Nargis Virani: “I am the Nightingale of the Merciful”: Rumi’s Use of the Qur’an and Hadith. Terjemahan dan catatan oleh Herry Mardian.

Catatan

(*1) Q. S.[ 51] : 47
(*2) Q. S. [9] : 112
(*3) Q. S. [70] : 3
(*4) Q. S. [70] : 4
(*5) Q. S. [21] : 93
(*6) Q. S. 28 : 80
(*7) Q. S. [26] : 44
(*8) Q. S. [56] : 27.
(*9) Q. S. [56] : 10
(*10) Q. S. [37] : 165
(*11) (Al-Hadits)
(*12) Q. S. [8] : 65
(*13) Q. S. 68 : 1
(*14) Q. S. [68] : 5, “Maka kelak kamu akan melihat, dan mereka pun akan melihat.”
(*15) Q. S. [68] : 9 “Maka mereka ingin agar kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).”
(*16) Q. S. [2] : 2
(*17) Q. S. [52] : 30
(*18) Q. S. [68] : 19