Monday, 16 May 2011

HAPPY

Amsterdam in Spring


Amsterdam in Winter






Salams,


1
Most of my friends have i-phones, blackberry, or any other androids. Me? I was and am tempting of having one. Just because I do feel inferior when my handphone is placed beside theirs. Nevertheless, I just use it for calls and sms. I'm not even interested in listening to the songs stored, nor do I incline to read al-quran through it. Or taking pictures. Yes, I'm that primitive. Or traditional. Why should I buy one then? But....I do want to have one.



2
Suddenly I remember my memories in Amsterdam. Even though the city is less glamorous in comparison with any Italian cities, it holds a very special meaning to me. I have visited the city for four times, and in different seasons. In the Summer, in the Winter, and in the Spring. But I never have a chance to visit the city during the graceful Autumn, simply that autumn is the busiest time for studying, where our SV will demand to see us for every fortnightly. Let me tell you, two weeks are not enough for thinking stuff, let alone writing . I'm a very slow learner, and a slow reader.



3
Teacher's Day. Happy Teacher's Day to Mum and Dad. And to you, my fellow friends. We are, at some points of our lives, a teacher. I doubt it if you claim that you never teach. Perhaps not in a formal way, but in an informal way. I love teaching, simplifying a difficult concept. Showing how wonderful a knowledge is. Implementing it in our lives. Influencing it. Moulding it.

I couldn't remember all of my teachers' names, as I am very very bad at remembering names. But insyaAllah, I always remember them in my du'a. The most influential teacher that I have ever had is Mr. Brian Silverstone, who teaches me Macroeconomics II, and my goodness he does have a quirky side, as every other teachers. As he is a part of policy-making team in the Reserve Bank, he teaches us as we are the members of the Reserve Bank, so fast, with a little explanation. But I love, love him, as he has taught me that the highest standard doesn't come cheap. I memorize every single word in the notes that he has given us, including the crazy mathematical theories. I am that diligent, at that time.


Well, for those who are teachers, or plan to be a teacher, or just plainly love teaching: Happy Teacher's Day!

SEJUTA

Salams,

Kita kira kita mencintai Rasulullah saw. Buktinya perlulah kita sentiasa mengulang-ulang selawat. Dan mengikuti segala sunnahnya.

Walaupun jalannya sangat payah, kita sangat perlu untuk memaksa diri kita supaya tetap tunduk dan mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Rasulullah saw. Dan jalan ini yang telah dilorongkan dengan mudahnya oleh ulama'-ulama' terdahulu. Idok la payah kita pulak nak cipta jalan sendiri untuk menemui Tuhan, bahkan ilmu yang kurang dari setitis air laut ini tidak akan mampu.

Bersihkan hati dengan istigfar, dan gapailah maqam yang lebih tinggi dengan selawat. Peringatan ini ditujukan terutamanya kepada penulis blog yang kadang-kadang sangat malas dan tidak istiqomah. Doakan saya, sahabat, kerana doa-doamu, tidak ada hijab, terbang menuju ke langit ke tujuh.



Salam sayang.
________________________________________


Sejuta Fadhilah Shalawat

Submitted by forsan salaf on Wednesday, 26 January 201115 Comments

sholawat

Kalam Habib Ahmad Bin Zein Al-Habsyi

Al-Mushtafa SAW. Sebingkai mozaik nan indah. Kontruksi cita rasa Sang Kuasa yang sempurna. Cahaya yang bertahta megah di atas cahaya-cahaya. Makhluk terindah, termulia, tersantun, yang tiada duanya.

“Dialah yang di langit dikenal sebagai Ahmad, sedang di bumi dikenal sebagai Muhammad.” begitulah Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi melukiskan sosok Rasulullah SAW dalam kata-kata. “Dialah penguasa maqam mahmud. Bendera puja dan puji tegak dalam genggamannya.”

“Tidaklah ia dikenal sebagai Muhammad sebelum diseru sebagai Ahmad. Sebab (di langit) ar-Robb SWT telah memuji sosoknya jauh sebelum seluruh makhluk mengenalnya. Ia mengagul-agulkannya jauh sebelum manusia menyanjung-nyanjungnya. Engkau bakal menjumpai nama Ahmad pada kitab-kitab suci terdahulu. Sedang dalam al-Qur’anul Karim, termaktub nama Muhammad. Dialah yang terlayak menuai pujian-pujian. Dialah yang teragung diantara insan-insan yang layak dipuji.”

“Hanya untuknya, kelak maqam mahmud disingkap diiringi pujian-pujian. Tak pernah tersingkap untuk selain dirinya. Dengan maqam mahmud itu, Sang Kuasa senantiasa memujinya. Berbekal maqam mahmud itu, ia menjelma sebagai pemberi syafaat tertinggi. Bendera puja dan puji terajut hanya untuknya, seorang. Umatnya disebut-sebut sebagai al-Hamidun (Orang-orang yang gemar memuji) dalam kitab-kitab terdahulu. Dan tatkala kakeknya, Abdul Muthalib, menyematkan nama Muhammad, ia mengunjuk doa, “Aku berharap kelak seluruh penghuni langit dan bumi akan senantiasa memujinya.”

Tidak terpungkiri, Rasulullah SAW memang sempurna. Tiada celah untuk mencela, kecuali hati yang buta oleh kabut kemusyrikan. Begitu sempurnanya sang nabi. Hingga lisan mukminin tak lelah memadahkan puja dan puji, dari dulu hingga kini.

SALAWAT

Puncak kekaguman Sang Pencipta terhadap mahakarya yang satu ini adalah salawat. Habib Ahmad mengurai, “Salawat Allah SWT kepada Nabi SAW adalah cucuran kebaikan-kebaikan, sifat-sifat luhur, karakter yang elok, nikmat-nikmat, penghargaan, penghormatan, dan anugerah-anugerah yang meruah. Sedang salam-Nya adalah penjagaan-Nya dari pelbagai aib dan mala, karunia yang berupa ketentraman, kesempurnaan, dan kemegahan. Sebentuk penghormatan yang indah dan penuh berkah dari-Nya.”

Mari kita bersalawat kepada Nabi SAW. Mari kita haturkan salam kepada Rasul SAW.

“Dalam sepenggal ayat, ar-Rahman ar-Rahim menfirmankan,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Rasulullah SAW sendiri bersabda, “Manusia yang paling dekat denganku pada hari akhir adalah orang yang paling banyak bersalawat kepadaku.”

Sabda beliau yang lain menyebutkan, “Tidaklah seseorang bersalam kepadaku, kecuali Allah SWT pasti mengembalikan ruhku. Hingga aku pun bisa membalas salamnya.” Kata ruh dalam hadis ini bisa bermakna bicara, atau sesuatu hal yang berkenaan dengan “aktifitas” ruh. Sebab, senyatanya, ruh Beliau SAW senantiasa hidup.”

“Masih banyak lagi hadis-hadis nabawiy yang mengulas faedah salawat. Tercatat lebih dari 40 sahabat terkemuka yang meriwayatkan hadis ragam ini.”

Habib Ahmad meneruskan, “Dalam satu salawat, terpendam 40 faedah. Diantaranya; menghapus dosa-dosa, mengusir kesumpekan, menuntaskan cita-cita, memercik kabar gembira akan surga sebelum ajal tiba, membersihkan diri, menanggung keselamatan dari kecamuk hari kiamat, mengharumkan majelis-majelis, menafikan kefakiran dan sifat kikir, mengukuhkan langkah kala di atas sirath, mengenyahkan kekeringan, menabur berkah pada raga, umur, dan amal, memantik rahmat Allah dan rasa cinta dari nabi SAW, menghidupkan nurani, dan memancing hidayah ilahi.”

“Walhasil, faedah salawat tak terbilang, duniawi maupun ukhrawi. Tak terhitung, betapa sering Allah membukakan pintu hajat, melonggarkan keruwetan, dan melipatkan anugerah dengan salawat. Salawat adalah amalan istimewa dan penuh berkah. Ia adalah penjamin rasa aman dari murka Allah dan neraka-Nya. Ia adalah pelantar kesucian amal dan ketinggian derajat. Ia adalah perniagaan yang takkan pernah merugi.”

Alangkah istimewanya salawat. Hanya dengan sebaris kalimat itu, kita bisa meraup pahala-pahala semegah gunung. Tanpa terlalu berpayah-payah, kita bisa melampaui amalan-amalan umat terdahulu. Semua berkat salawat kepada sang Nabi SAW.

Akan tetapi, perlu dicatat, ada adab yang mesti diperhatikan dalam salawat. “Salawat adalah Zikir. Karena itu disyaratkan khusuk dan hudlur, serta takzim kepada Nabi SAW saat bersalawat. Dianjurkan pula menghadirkan zat Nabi SAW kala berdoa dalam salawat, dengan harapan agar curahan anugerah kepada beliau senantiasa lestari. Dengan adab inilah, segala faedah salawat niscaya tergapai. Bahkan bisa lebih dari itu. Salawat tak hanya berarti zikir, salawat juga bermakna doa, bahkan ia adalah esensi doa itu sendiri”

Begitu gamblang paparan Habib Ahmad bin Zein mengenai fadilah salawat di atas. Tunggu apa lagi, marilah kita-sedari sekarang- menggemari salawat, demi kita, demi keluarga, demi umat, dan demi pertiwi yang telah lama dirundung sedih ini….!