A kind soul (may Allah bless this person) shared something a noble Moroccan Shaykh (may Allah bless and preserve him) said:
‘Weeping is a prayer that will surely be answered.’
SubhanAllah! When I read this statement, I was really moved and thought to myself that this again shows the Mercy of our Lord and how He has created so many different ways for our supplications to be answered. Alhumdulilah.
I was further reminded of the famous story of the passing away of the Prophet sallaAllahu ‘alayhi wasalam’s son Ibrahim, when the Prophet sallaAllahu ‘alayhi wasalam wept, and said to the Companions when they were surprised by this:
‘Not this do I forbid. These are the promptings of tenderness and mercy, and he that is not merciful; unto him shall no mercy be shown. O Ibrahim, if it were not that the promise of reunion is sure, and that this is a path which all must tread, and that the last of us shall overtake the first, verily we should grieve for you with a yet greater sorrow. Yet, we are stricken indeed with sorrow for you, O Ibrahim. The eye weeps, and the heart grieves, nor say we anything that would offend the Lord.’ (Martin Lings, Muhammad, p. 325)
So next time when we are overwhelmed by tears, we should remember that they are a form of prayer, and the All-Compassionate, All-Loving, All-Hearing is listening. He understands our tears, and the pain/distress/hurt/sadness/anguish they express. There really is no other comfort other than knowing He knows how we feel, and whether we express that through tears, words or deeds, He is aware. Just like silence can sometimes be the most powerful expression of one’s feelings, so can crying- especially if it means one’s prayer is to be answered through that.
This is dedicated to all my brothers and sisters around the world who are facing tribulation and hardships. May the Most-Loving, Most-Merciful, Most Gentle be with you, ease your pain, remove your hardships and answer your prayers. Amin ya Rabb!
Surah al-Fatihah adalah surah yang kita baca pada setiap rakaat dalam setiap solat – lebih 17 kali sehari. Oleh itu adalah penting untuk kita mengetahui makna secara terperinci tentang setiap ayat supaya kita boleh menghayati apa yang dibaca.
Hari ini kita akan memulakan satu usaha yang unik untuk menyemai dalam diri kita rasa kagum terhadap Tuhan, dan yang menariknya, jalan ke arah usaha ini hanya sedikit yang menjejaknya.
Allah berfirman:
“Katakanlah: perhatikanlah apa-apa yang di langit dan di bumi…” (Qur’an, 10:101).
Allah telah memerintahkan kita untuk memerhati dan fikir. Video berikut membawa kita ke suatu perjalanan yang hebat:
Betapa hebatnya perbandingan kita yang kecil ini dengan ciptaan yang lagi hebat. Pernahkah kita terfikir tentang jarak di antara kita dan syurga? Allah berfirman:
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah, yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arasy” (Qur’an, 7:54).
Pastinya kita tidak mengetahui maksud sebenar bagaimana Allah bersemayam di atas Arasy, seperti Allah juga mengatakan ‘tidak ada sesuatu apa pun sepertiNya” (Qur’an, 42:11). Bagaimana pun, ini bukanlah topik perbincangan kita hari ini. Jika apa yang kita lihat di dalam video itu sekadar samaa ad-dunya (syurga terendah), bolehkah kita bayangkan terdapat tujuh tingkat syurga, dan akhirnya di atas syurga teratas itu, adalah Kursi dan ‘Arasy Allah?
Bolehkah kita bayangkan Kursi itu? Rasulullah ﷺ memberitahu kita:
ما السماوات السبع في الكرسي ، إلا كحلقة ملقاة بأرض فلاة
“Tujuh syurga itu tidak dapat dibandingkan dengan Kursi umpama sebentuk cincin yang dicampak ke padang pasir.” (Ibn Hajar)
Jika begitulah Kursi, bagaimana pula dengan ‘Arasy?
Baginda kemudian berkata:
فضل العرش على الكرسي ، كفضل تلك الفلاة على تلك الحلقة
“Dan kehebatan ‘Arasy itu dibandingkan dengan Kursi adalah seperti padang pasir itu dibandingkan dengan cincin itu.”
Bolehkah kita mula membayangkannya? Bagaimana kita boleh terlalu angkuh? Bagaimana kita boleh berdiri di hadapan Allah dan tidak merasa kemurahanNya dengan situasi kita? Kadang-kadang kita kagum dengan kehebatan manusia seperti menara tertinggi, terbang dalam pesawat mahupun teknologi pengklonan, tetapi bila kita menyelusuri kehebatan alam semulajadi ciptaan Allah (seperti dalam video di atas) dan kita akan merasa sangat terpesona. Setelah merenung semua ini, baca hadis Rasulullah ini:
فإذا صليتم فلا تلتفتوا فإن الله ينصب وجهه لوجه عبده في صلاته ما لم يلتفت
“Apabila kamu bersolat, jangan pandang sini atau sana kerana Allah menghadapkan wajahNya ke wajah hambaNya, selagi mana dia tidak berpaling.” (Tirmidhi)
Jadi bagaiman boleh kita berpaling? Bandingkan dengan apa yang kita lihat dalam artikel sebelumnya tentang sel. Semuanya bekerja tanpa perlukan tindakan kita, dan apabila kita meneruskan hari-hari kita Allah menggerakkan mereka dan memastikan mereka berfungsi. Kita hanya perlu berkata “Al-hamdu lilahi Rabb al-`alameen” (segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam).
Solat adalah suatu perbualan
Allah telah menyatakan dalam sebuah hadis qudsi tentang surah al-Fatihah:
“Aku telah membahagikan solat di antara Aku dan hambaKu, kepada dua bahagian, dan hambaKu akan mendapat apa yang dimintanya. Apabila hamba itu berkata, “Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,” Allah berkata, “hambaKu telah memujiKu.”
Apabila hamba itu berkata “yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” Allah berkata, “hambaKu telah menyanjungKu.”
Apabila hamba itu berkata “ Yang Menguasai Hari Pembalasan,” Allah berkata, “hambaKu telah memuliakanKu.”
Apabila hamba itu berkata “kepada Engkau kami sembah dan kepada Engkau kami meminta pertolongan,” Allah berkata, “ini adalah antara Aku dan hambaKu, dan hambaKu akan mendapat apa yang dipintanya.”
Apabila hamba itu berkata “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, iaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat,” Allah berkata, “semua ini adalah untuk hambaKu, dan hambaKu akan mendapat apa yang dipintanya.” (Muslim)
Indahnya perbualan dengan Tuhan. Ibn Al-Qayyim mengatakan yang paling indah adalah ketika Tuhan mengatakan kita sebagai hambaNya. Kenang kembali ketika Allah mengangkat Rasulullah ﷺ semasa Israk dan Mikraj, Dia berfirman:
“Maha Suci Tuhan yang memperjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari, dari masjidil haram ke masjid yang amat jauh (baitulmaqdis), yang telah Kami berkati sekelilingnya, supaya Kami perlihatkan kepadanya sebahagian ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.” (Qur’an, 17:1)
Menghambakan diri pada manusia membawa kepada penghinaan, namun menghambakan diri kepada Allah, disertai dengan cinta, adalah penghormatan yang tertinggi.
Semoga kita semua mengerjakan solat dengan rasa kagum kepada Pencipta
Subhanallaah…sungguh kagum aku pada seorang nenek tua yang umurnya mungkin sudah mencapai angka 80 atau 90 itu. Benar-benar mengagumkan.
Semua ini kemudian mengajarkanku tentang kebiasaan dan kita sebagai manusia yang menjadi ‘budak’ dari kebiasaan tersebut.
Setelah lebih dari tiga hari membersamai beliau, aku menjadi semakin mengenali sosok itu. Nenek tua itu berwajah bersih. Memiliki kebiasaan yang selalu rapi, dan sangat rajin.
Ia sangat mencintai mesjid dan selalu tepat waktu dalam sholatnya. Jika saja sudah terdengar adzan berkumandang, ia bersegera untuk melaksanakan sholat. Sering kali ia menunaikan sholat ke mesjid.
Tapi, belakangan anak dan cucunya sudah melarang karena ketuaannya itu. Dikhawatirkan beliau akan terjatuh jika berjalan sendirian ke mesjid. Osteoporosis telah merenggut kebebasannya untuk melangkah. Tapi, meski dengan punggung yang bungkuk begitu, ia selalu berupaya untuk ke mesjid. Ia selalu menjadi yang pertama di seantero penghuni rumah itu untuk berwudhu’ dan sholat jika saja adzan telah berkumandang.
Dan ia pula yang menjadi orang yang paling berlama-lama bersama Al Qur’an dan melafadzkan huruf demi hurufnya. Ia juga masih turun ke dapur dan ikut memasak sesuatu meski hanya sayur bening, walaupun anak cucunya sudah mencegat.
Ia pun masih senantiasa bersih dan rapi dengan kamarnya yang tak terlihat berantakkan sedikitpun, di saat orang-orang seusianya banyak yang mengabaikan hal ini.
Kemudian aku bertanya pada anak dari nenek itu. Bagaimana bisa nenek itu melaksanakannya di saat orang-orang seumuran beliau mungkin tak banyak yang bisa seperti itu?
Anaknya menjawab, bahwa beliau telah melakoni ini semua semenjak ia kecil dulunya. Semenjak ia mulai mengerti tentang kehidupan. Masya Allah…
Semua ini mengajarkan kepada kita, bahwa kita memang menjadi ‘budak’ dari kebiasaan kita. Ketika kita membiasakan suatu keburukan, maka, kita akan menjadi budak dari keburukkan tersebut.
Kita akan senantiasa melakoninya. Pun sebaliknya, ketika kita terbiasa melakoni sesuatu kebaikan. Kita pun menjadi ‘budak’ dari kebiasaan tersebut yang akan senantiasa pula kita lakukan.
Seperti kata sebuah pepatah Minang, “Ketek taraja-raja, gadang tabawo-bawo, lah tuo tarubah tido.” (Di waktu kecil mulai belajar untuk melakukannya, ketika dewasa mulai menjadi kebiasaan, ketika tua tidak dapat diubah lagi.)
Sebuah penelitian membuktikan bahwa otak kita akan mereduksi segala sesuatu yang sangat jarang digunakan, diulang maupun dibiasakan. Itu sebabnya, jika kita sudah lama tidak mengulangi sesuatu semisal pelajaran maka kita akan melupakannya.
Apalagi hafalan Al Qur’an, yang ketika sudah lama tidak diulang, ia-nya begitu cepat lenyap dari ingatan, bahkan lebih cepat dari kuda yang lepas dari tali kekangannya. Astaghfirullaah… astaghfirullaah…
Maka sebab itu pulalah, Rasulullaah perintahkan kepada kita untuk menjaga kebiasaan baik ini. Tentang menjaga amalan baik kita. Sungguh Allah menyukai amalan yang istimror. Berkelanjutan. Dari Aisyah ra., Rasulullah bersabda : “Amal perbuatan agama yang paling disukai Allah yaitu amal perbuatan yang terus dikerjakan oleh orang yang mengerjakannya.” (Al Hadits)
Ini semua menjadi ‘reminder’ bagi kita, bagi diriku terutama. Sebab, aku pun sesungguhnya masih sangat jauh dari ini semua. Aku pun masih belum bisa melaksanakan yang demikian itu.
Semoga ini semua menjadi pengingat bagi diri kita tentang ke-istimror-an amalan-amalan yang kita kerjakan. Astaghfirullaah lii wa lakum ajma’in.
Puasa pertengahan bulan itu sering disebut dengan AYYAMUL BIDH. Rasulullah selalu melaksanakan Ayyamul Bidh setiap 3 hari pada tengah bulan, yaitu setiap tanggal 13, 14, dan 15 (pada bulan Hijriyah).
Dalam sebuah riwayat disebutkan: Ibnu Abbas ra. berkata :
“Adalah Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan berpuasa pada hari putih (tanggal 13, 14, dan 15) baik dalam bepergian atau di rumah.” (HR. Thabrani)
Dalam riwayat lain disebutkan pula, Dari Abu Dzar ra. berkata, Rasulullah bersabda :
“Jika kamu berpuasa tiga hari dari satu bulan maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15.” (HR. Nasa’, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Apakah rahasia dari Ayyamul Bidh ini sehingga Rasulullah tak pernah luput dari mengerjakannya? Dan mengapa pula dianjurkan pada tanggal-tanggal itu?
Sudah kita ketahui bahwa pertengahan Bulan Hijriah adalah waktu munculnya bulan purnama. Nah, saat bulan purnama bersinar , terjadilah yang namanya pasang air laut. Letak bulan yang dekat dengan bumi menyebabkan gaya gravitasi bulan mempengaruhi ketinggian air laut dimuka bumi, dan terjadilah pasang air laut. Ternyata, gravitasi dari bulan ini tak hanya mempengaruhi kondisi bumi (benda mati) tetapi juga benda hidup. Terutama manusia. Seorang peneliti berkebangsaan Amerika pernah mengadakan penelitian mengenai kondisi kejiwaan manusia ketika terjadi bulan purnama. Penelitian itu menyimpulkan bahwa kondisi kejiwaan manusia saat bulan purnama cenderung lebih labil, emosional, dan tidak terkendali. Semua perasaan menjadi mudah membuncah dari dalam diri. Mudah marah, mudah tersinggung, mudah senang, mudah sedih, pokoknya semua sifat yang ada pada dirinya menjadi lebih mudah ter‘upload’ dari dirinya. Mungkin inilah salah satu penyebab banyak mitos dan film yang mengaitkan antara monster atau hantu dengan bulan purnama
Coba kita perhatikan dua fenomena ini. Puasa, pada dasarnya menuntun kita agar menundukkan nafsu kita. Ketika kita berpuasa, kita dituntut untuk dapat mengendalikan emosi kita dan menjaga syahwat kita. Ketika ilmu sains modern mengungkapkan adanya kelabilan emosi manusia saat bulan purnama, Islam telah menganjurkan untuk melaksanakan puasa tepat saat munculnya sang bulan purnama. Islam telah memberi jalan pada umatnya agar tidak terkena pengaruh kelabilan emosi yang terjadi pada tanggal tersebut. Rasulullah menganjurkan kita berpuasa, agar hati kita selalu terjaga dari amarah, nafsu, dan segala sifat buruk lain yang cenderung lebih meluap pada saat itu dibanding saat-saat lainnya.
Subhanallah… Inilah hikmah di balik sunnah. Tak heran jika Rasul tak pernah meninggalkan Ayyamul bidh. Tak heran pula jika Rasulullah menganjurkan kita untuk berpuasa 3 hari setiap bulan, terutama pada pertengahan bulan. Ternyata anjuran tersebut memiliki rahasia yang tak disangka-sangka. Memang segala amalan yang dianjurkan dalam Islam ini selalu memiliki hikmah yang tersembunyi yang luar biasa dahsyatnya. Lalu, masihkah kita ragu dan malas-malasan melaksanakan perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah?
Love is a powerful, compelling emotion. It can make you laugh and it can make you cry. It can lift you up to the clouds and it can hurl you into an abyss. One of the dilemmas Muslims face, especially Muslim sisters, is the situation in which they get to know a prospective spouse and for some reason it does not work out.
This article is not discussing the fiqh behind getting to know your prospective spouse, as it is common for a couple to have a few “halaal” meetings and still fall deeply in love. Rather, this article deals with how to get over someone and moving on after the falling in love stage. After you have decided that this person is the one for you and then due to circumstances - be it parents, finances, etc., the two of you cannot get married. Insha Allah this article will be a guide on how to get over that person and move on with your life.
Step 1: Accepting Allah’s Qadr
This has got to be one of the toughest tests of qadr. Love muddles your mind and when all you see are the good characteristics of someone it is difficult to see why it is not working out, especially if this is your first real love. How can this brother who is practicing his deen, has a nice beard, soft and caring be wrong for me? How can this sister who is attractive, fun and religious not be my perfect partner?
The key concept to remember here is: you do not know someone until you have lived with them for a substantial time. Even that person does not know what they are like and how they will react in certain situations. Just because you have these elated feelings of love does not necessarily mean this is the right person. Marriage is a struggle and people develop themselves and change with the experience. Only Allah knows your compatibility, only Allah knows what situations you will face and your reactions. Only Allah knows whether or not this marriage will bring you closer to Him or distract you from the real purpose in life. It is only Allah who knows. Have trust in Allah that He has made the right choice for you. For no matter how much this person claims their love for you or vice versa, know that no one can love you as much as Allah.
So firstly, make dua to Allah to ease your pain and help you be content with His qadr. The following is my favorite Hadith regarding qadr as it really fills you with the awe of Allah and His infinite wisdom.
“Allah `azza wa jall said: ‘Verily, from amongst My slaves is he whose faith cannot be rectified except by being inflicted with poverty, and were I to enrich him, it would surely corrupt him. Verily, from amongst My slaves is he whose faith cannot be rectified except by wealth and affluence, and were I to deprive him, it would surely corrupt him. Verily, from amongst My slaves is he whose faith cannot be rectified except by good health, and were I to make him sick, it would surely corrupt him. Verily, from amongst My slaves is he whose faith cannot be rectified except by disease and illness, and were I to make him healthy, it would surely corrupt him. Verily, from amongst My slaves is he who seeks worship by a certain act but I prevent that from him so that self-amazement does not enter his heart. Certainly, I run the affairs of My slaves by My Knowledge of what is in their hearts. Certainly, I am the All-Knower, All-Aware’.” [Tabarani]
Step 2: Awareness of the love-drug syndrome
An interesting study was conducted comparing drug users to people who claimed to be “madly in love”. They found that brain scans showed people who are in the first stages of love and people who are high on cocaine have the same areas of the brain stimulated while looking at a picture of their “beloved”. In other words, being in the first stage of love is similar to being high on drugs! With drugs, you are not in love with the powder itself – you are in love with the feelings that it gives you.
Similarly, the thing that we love is the special attention, the butterflies in the stomach, the acknowledgment that someone cares about us in a special way, looks at us in a special way, thinks about us in a special way – the constant day dreaming about the future and daily scenarios. So it is not that this person is perfect, it is that this person allows us to feel all these emotions which are addictive. In reality we are not in love with the person, we are in love with Love itself.
Being in love with Love explains how some people overlook major faults in their prospective spouse. I knew a practicing sister who wanted to marry someone who had a drug and alcohol problem. This was because in both cases these “faults” were discovered during the first butterfly phase of love and not before. Alhamdulilah, by the qadr of Allah the marriage did not take place, but it was due to circumstances, not because the sister had realised that they were not a suited match.
Awareness of this love-drug syndrome has two major benefits. Firstly, awareness is power and it breeds hope. Once you are aware that it is the feelings you are attached to, realise you can actually get them elsewhere.
These feelings are not specific to this one person; you will get these feelings with your new, more suitable prospective partner – the one that Allah will put into your life at the right time insha Allah. Love clouds your mind and makes you think that you will not find this strong love and passion with anyone else. But this is simply not true. You will find this love to be even stronger and more passionate with the right person (the one that is written for you in the Lahw al Mahfooz).
The second benefit is knowing that just like a drug-user naturally has withdrawal symptoms when they stop, you too will naturally have withdrawal symptoms, and it will be difficult. Getting over someone is emotionally painful so don’t be too hard on yourself, validate your feelings and allow yourself time to heal. Know that this is common – nearly everyone goes through heartache at some point in their lives, and eventually recover with time.
As a side point: It is not a sin to fall in love; it is a natural emotion which the human species depends on! If you did sin in the process then repent to Allah, He is the Most Forgiving, Most Merciful. Love is a powerful emotion, which is why there are boundaries in Islam. If you have fallen outside those boundaries, repent and move on.
Step 3:Be proactive
Allow yourself time but also get proactive! Marriage is just one of the many aspects of your life; it is not the be all and end all of things. What are your aspirations? What do you want to achieve in your life? Write down a list of goals you want to achieve by the end of the month and get started on them right away. As Muslims, our continuous goal is striving to get closer to Allah, so working on your eman and your relationship with Allah must be included in some way. Focus your attention on moving forward rather than wasting time with something that “could have been”.
Step 4: Move on
In the spirit of being proactive, the last stage is to actively open your heart and mind to someone else. This could be difficult, as naturally comparisons will creep in, but again realise the fact that it has not worked out means that Allah has someone better suited for you. As illustrated in the famous Hadith of the birds:
“If you depend on Allah with due reliance, He would certainly give you provision as He gives it the birds who go forth hungry in the morning and return with a full belly at dusk.” [Tirmidhi]
Allah will provide for you but you have to get up and get moving again. Just like the birds, go out and seek. Make the effort on your part and leave the rest to Allah and His infinite wisdom.