Wednesday, 4 May 2011

KERANA BIMBINGAN-MU

Salams,

Take care, as I care.


____________________________________________________________


Karena Bimbingan-Mu

Rabu, 04/05/2011 13:43 WIB | email | print

Oleh bidadari_Azzam

Di tengah perjalanan nafas kehidupan nan harus selalu kita syukuri, sering kali kita memiliki hati yang lapang dengan kesyukuran yang selalu bertambah saat berjumpa dengan saudara-saudari lain yang sudah merasakan ujian nan lebih dahsyat dari pada yang kita rasakan. Begitulah dengan diri ini, ketika atas kelalaianku sendiri terpeleset di lantai, serta seabrek problema jangka pendek yang harus segera diselesaikan, sungguh beruntung masih dapat menyempatkan diri mendengar keluh kesah dari sahabat dan teman-teman yang jauh.

Tak kusangka Ibu Tika yang penyabar dan selalu berprilaku lemah lembut serta penuh keyakinan diri, saat ini sedang kalut dan merasa ‘hancur’ hidupnya, permasalahan yang menyangkut hubungan antar-keluarga besarnya telah membuatnya sedemikian rapuh. Kala beliau telah begitu banyak menghabiskan energi, waktu, harta dan curahan kasih sayang buat keluarga besar serta para tetangga, ternyata balasan dari ‘yang dibantu’ malah kedengkian dan fitnah yang keji buatnya. Bu Tika merasakan amat terpukul, sebab fitnah memang biasanya lebih kejam dari pembunuhan.

Prihal kecewa juga pernah diungkapkan Bang Sato, selama ini ia merasa telah berbuat kebaikan yang amat banyak, siapa saja yang membutuhkan selalu ia bantu dengan segera. Namun tatkala bisnisnya mampet, kemudian ia harus gulung tikar dan memulai bisnis kecil-kecilan yang baru, ia merasa gemas dan kesal melihat orang-orang yang biasa menikmati bantuannya malah saat itu tak peduli akan kesulitannya. Bang Sato merasa bahwa ketika ia membantu seseorang, selalu penuh pengorbanan dan memaksimalkan bantuannya. Sedangkan di saat ia berhadapan dengan kesulitan dan perlu bantuan seperti masa ini, maka yang ia lihat, teman-teman atau saudara dekat yang dimintai bantuan seolah dengan mudah mengatakan ‘tak bisa’ tanpa mengoptimalkan usaha membantunya. Mungkin perasaan nurani Bang Sato itu pernah pula terjadi pada diri kita semua.

Demikian pula seorang Fulan, yang terbiasa ringan tangan menolong teman-temannya, selalu jadi orang pertama yang turun tangan ketika diperlukan siapapun orang di sekitarnya, lalu di suatu ketika ia yang sedang urgen membutuhkan pertolongan, malah merasa ‘dicuekin’ teman-temannya, duh sungguh perih hatinya, Fulan merasa amat bersedih.

Dan beruntung ketika berjumpa Ummu Izzah, seorang wanita berdarah Palestina, seolah bab tentang keikhlasan dalam menyandarkan hidup pada-NYA, kembali diajarkan oleh sister yang satu ini. Ummu Izzah amat jarang keluar rumah, suaminya adalah student, dari daerah tepi-barat, mereka berhasil merantau ke old-town Krakow, karena sang suami memperoleh bea siswa untuk melanjutkan pelajarannya. Kita sudah tau bagaimana ‘panasnya’ situasi di tanah Palestina, dan ternyata hal itu tidak menyurutkan secuil pun langkah kaki untuk maju dan berprestasi bagi muslimin di sana.

Belajar, dan selalu belajar, itulah komitmen Ummu Izzah dan keluarganya. Semua alur hidup yang dilalui adalah pelajaran, langsung dibimbing-NYA, Sang Maha Pencipta kita semua. Kalau ada sosok-sosok yang terbiasa hanya melakukan penilaian dengan sejumlah harta benda, maka dipastikan ia menilai segala pengabdian Ummu Izzah adalah hal bodoh dan sia-sia. Menunaikan tugas dan amanah dari seorang suami yang ‘hanya student’, di tempat yang merupakan kota kecil, jauh dari keluarga yang masih terus berjuang membela tanah air, sebagai kaum minoritas dengan keterbatasan finansial pula. Lengkap sudah tangisan kepedihan itu.

Tapi kenyataannya, tidak demikian, Ummu Izzah tak bersedih hati. Ia mengingatkan, "wanita dikatakan sebagai golongan yang paling mudah mendapatkan surga sekaligus paling mudah mendapatkan bagian neraka",dikarenakan buah ketaatan atau pengabdian kepada suami. Ia berujar bahwa kita sebagai wanita, merupakan ratu yang membina kerajaan kecil rumah tangga, dan sama dengan perjuangan para mujahid terdahulu, pastilah banyak peristiwa pahit dan pengalaman menyakitkan yang kita temui selain kesenangan dan kegembiraan. Hanya kepada Allah SWT kita mengharapkan balasan terbaik, keridhoan dan rahmat-NYA hingga di hari perhitungan kelak.

Duhai Robbi, karena bimbingan-Mu diri ini masih dapat melalui hari-hari dengan bernafas lega, dengan senyum optimis, dengan asa dan cita yang masih bertumpuk.
Hal pertama, sesungguhnya Allah ta’ala telah memberitakan kabar baik dalam ayat-NYA, ”Dia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan barang siapa yang diberi hikmah itu, sesungguhnya ia benar-benar telah dianugerahi karunia (kebaikan) yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal sehat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 269)

Sobatku, berarti betapa beruntungnya kita ketika hanya mengharap ridho Allah SWT dan memetik pelajaran atas segala yang terjadi, berarti kesehatan kita masih terjaga, sehat raga, akal dan nurani. Usah risaukan ‘mengapa’, alasan apa orang lain tak memiliki balasan ‘budi baik’ yang sama dengan apa yang kita kerjakan, karena disitulah letak proses didikan Allah ta’ala kepada kita. Tak perlu gundah di kala air susu berbalas tuba, sebab matematika skenario Allah selalu adil buat semua hamba-Nya.

Ada banyak peristiwa yang kita temui, ternyata pertolongan Allah ta’ala datang tanpa kita sangka, mungkin bukan melalui orang-orang yang kita harapkan. Jadi jika permasalahan seperti yang diungkapkan bu Tika, Fulan, atau Bang Sato menimpa diri kita, maka coba tersenyumlah dan yakinkan dalam hati, "Saya mampu melalui peristiwa ini, karena Ada Allah yang membimbing senantiasa..." Itu pun telah dilakukan Ummu Izzah dan saudara-saudari kita nan tangguh lainnya. Bahkan para pejuang pendahulu kita telah ‘terbiasa’ jatuh dan terluka, namun kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya membuat mereka telah ‘kebal’ menghadapi problema hidup, hingga Allah telah mendirikan istana-istana bagi mereka di jannah-NYA.

Hal kedua, ketika nurani kesal dan gundah, berwudhu dan memperbanyak istighfar adalah solusi yang amat menentramkan. Sungguh berbeda suasana hati orang-orang yang usai berwudhu dan memperbanyak dzikrulloh, tatkala kita merasakan getaran di dada, bahwa semua permasalahan dan detik-detik kesulitan yang dihadapi adalah buah manis penggugur dosa-dosa.

Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu’anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”

Dalam hadits lain beliau SAW bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” Subhanalloh, duhai Robbi, betapa indah semua didikan-Mu.

Hal ketiga, nuansa hati akan menjadi lapang serta tenang jika mata kita menebar pandang ke biru-langitNya, cahya jingga mentari-NYA, serta sejuk hembusan angin-NYA. Jua lihat jiwa-jiwa yang masih suci : anak-anak. Tataplah anak-anak, bayi-bayi kita, senyum mungil mereka yang tulus. Adalah keistimewaan saat ini di appartemenku yang baru telah ada pemandangan baru pula, rata-rata tetangga punya bayi, jadi saya selalu melihat kereta bayi berlalu-lalang di trotoar, melalui jendela atau balkon. Ada anak-anak yang digandeng orang tuanya usai bermain di taman, ada puluhan kereta bayi berlalu lalang, para orang tua ‘memanfaatkan’ menit-menit matahari bersinar karena di musim semi masih sering hujan. Pemandangan yang teramat indah, duhai Ilahi, mohon tetaplah bimbing diri ini agar senantiasa bersyukur setiap waktu.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah [94] : 5-8)

Teringat nasehat ustadzahku di Bangkok beberapa tahun lalu, “Setiap hari pasti ada hikmah-NYA, didikan dan bimbingan Allah ta’ala menjadikan kita pribadi yang makin tegar…”

Dan sobat-sobat, ternyata bukanlah kanker atau tumor ganas, atau HIV dan berbagai virus mematikan yang merupakan musibah terbesar. Bukan pula karena kecelakaan raga, patah tangan atau kaki, menurunnya daya tahan tubuh, atau kesulitan finansial, gempa dahsyat dan tsunami yang menjadi derita terberat. Melainkan, musibah atau penderitaan itu hadir jika kita sudah kehilang kesyukuran pada-NYA, tatkala ‘pegangan erat’ karena bimbingan-NYA telah terlepas dari jiwa raga kita. Naudzubillahi minzaliik.

Ya Robbi, semoga kami semua yang berada dalam untaian ukhuwah melalui oase iman ini, merupakan golongan hamba-hamba yang Engkau cintai, berada dalam limpahan hidayah-MU dan selalu optimis dan termotivasi pada semua skenario terbaik-Mu, berdekap erat keridhoan sepanjang waktu karena didikan & bimbingan-Mu, amiin.

(bidadari_Azzam, Salam ukhuwah dari Krakow, malam 4 mei 2011)

Kisah Menarik dan Lucu Pengislaman Yusuf Estes

Salams,


Moga bermanafaat untuk menguatkan iman kita. Huda, Amalina, thanks...:)

Taken from:
____________________________________________________________



Kisah Menarik dan Lucu Pengislaman Yusuf Estes

>> FRIDAY, OCTOBER 16, 2009




SHEIKH Yusuf Estes ialah seorang cendekiawan terkenal yang tidak pernah jemu mengembangkan syiar Islam ke seantero dunia serta mengedarkan bahan-bahan ceramah dalam pelbagai medium kepada umat manusia.

Ikuti autobiografi penghijrahan akidah beliau dari seorang pengkhutbah Kristian kepada pendakwah Muslim yang aktif dan disegani.

Midwest, tempat kelahiran Yusuf Estes

Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang berpegang kuat kepada agama Kristian di Midwest, Amerika Syarikat. Hakikatnya, nenek moyang kami bukan sahaja membina gereja-gereja dan sekolah-sekolah di Midwest ini tetapi keturunan kami juga merupakan orang yang paling awal datang ke situ.

Semasa di sekolah rendah, kami sekeluarga ditempatkan semula di Houston, Texas pada 1949. Kami selalu menghadiri gereja dan saya telah dibaptiskan pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas.

Pada zaman remaja, saya teringin melawat ke gereja-gereja lain untuk mempelajari Baptist, Methodist, Episcopalian, Charismatic movement, Nazarene, Church of Christ, Church of God, Church of God ini Christ, Full Gospel, Agape, Chatolic, Presbyterian dan banyak lagi.

Namun, pengkajian saya tidak terhenti kepada agama Kristian. Agama Hindu, Yahudi, Buddha, Metaphysics dan kepercayaan tradisi orang Amerika turut saya kaji. Sayangnya agama Islam tidak menjadi pilihan.

Bagaimanapun, saya tertarik dengan perbezaan jenis muzik terutamanya Gospel dan Klasikal. Memandangkan keluarga saya ramai yang kuat agamanya dan muzikal, ia secara tidak langsung menjadikan dua bidang ini sebagai pengajian permulaan. Semua ini membawa saya kepada jawatan Paderi Muzik di beberapa gereja di mana saya menjadi ahli gabungan selama lebih setahun. Saya mula mengajar keyboard pada 1960 dan sehingga 1963, saya berjaya memiliki studio sendiri di Laurel, Maryland yang diberi nama Estes Music Studios.

Muzik amat sinonim dengan institusi gereja

Sepanjang 30 tahun, saya dan bapa banyak bekerjasama mengendalikan pelbagai program hiburan. Kami juga membuka kedai piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga ke Florida. Meskipun memperoleh kekayaan namun sukar untuk mendapat ketenangan fikiran.

Persoalan seperti; "Mengapa kita diciptakan Tuhan?", "Apakah yang Tuhan mahu kita lakukan?", "Siapa Tuhan sebenarnya?" dan "Kenapa kita percaya dengan dosa sebenar?" sering menghantui diri. Namun semua persoalan ini dibidas keras malah menyuruh anda menerima tanpa mempersoalkannya atau itulah 'misteri' dan anda tidak perlu mempersoalkan hal itu.

Suatu hari tahun 1991, saya terkejut apabila diberitahu bahawa orang Islam mempercayai kitab Bible. Malah lebih memeranjatkan, mereka juga mempercayai bahawa Nabi Isa itu utusan Allah, Rasul, dilahirkan luar biasa tanpa berbapa, Nabi Isa akan kembali pada akhir zaman. Memang ia sesuatu yang sukar dipercayai, apatah lagi fikiran saya tentang Islam agak negatif.

"Prayer Tower" di Tulsa, Oklahoma

Ayah saya sangat aktif menyokong kerja-kerja gereja, terutamanya dalam program sekolah sehingga beliau ditahbiskan (dipersucikan) pada 1970. Dia dan ibu tiri saya mengenali ramai mubaligh Kristian dan pendakwah sehingga pernah membantu pembinaan "Prayer Tower" di Tulsa, Oklahoma. Mereka berdua juga terlibat mengedarkan kaset-kaset ceramah di rumah-rumah orang tua, hospital dan rumah pesara.

Namun pada 1991, ayah mula berurusniaga dengan seorang lelaki dari Mesir dan menyuruh saya menemui lelaki beragama Islam itu. Pada awalnya saya agak keberatan apa lagi mengetahui bahawa mereka adalah pengganas, perampas, penculik dan pengebom. Bukan itu sahaja, mereka juga bukannya mempercayai Tuhan, yang mereka tahu hanya mencium tanah lima kali sehari dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir.

Tidak! saya tidak akan berjumpa dengannya. Berkali-kali juga ayah mendesak dengan mengatakan dia seorang yang baik. Kerana tidak tahan dengan permintaannya, akhirnya saya bersetuju dengan syarat; pada hari Ahad, selepas ke gereja, membawa kitab Bible, seutas salib dan memakai kep yang tertulis 'Nabi Isa adalah Raja'. Isteri dan dua anak perempuan saya ikut serta dalam pertemuan itu.

Saya terkejut kerana saya menantikan seorang yang bertubuh sasa dengan jubah, serban, berjanggut paras dada dan bulu kening bercantum di dahi. Tetapi lelaki ini jauh berbeza, tiada janggut dan kepalanya hampir botak. Yang pasti, orangnya menyenangkan dan mesra. Semua ini jauh daripada sangkaan awal saya. Pun begitu, matlamat saya pada masa itu hanya satu iaitu, 'menyelamatkannya' .

Ketuhanan

Saya banyak bertanyakan soalan kepadanya, terutamanya yang berkaitan dengan ketuhanan dan perihal nabi-nabi. Dia banyak mengiyakan. Kami semakin rancak berbual dan semenjak itu hubungan kami semakin rapat. Saya dapat rasakan yang dia seorang yang baik, pendiam dan sedikit pemalu. Banyak topik yang kami bualkan acap kali bertemu dan ada ketikanya saya cuba selitkan beberapa mesej tentang agama kami.

Pada suatu hari saya dapat tahu bahawa teman Islam saya, Mohamed terpaksa berpindah dan tinggal sementara waktu di masjid. Kami bersetuju menumpangkan Mohamed di rumah besar kami.

Pengenalan pendek dengan seorang lelaki yang mengakui paderi Kristian yang telah melakukan kerja-kerja mubaligh untuk gereja lebih 12 tahun di selatan dan tengah Amerika Syarikat dan Mexico serta di New York membawanya tinggal bersama kami dan Mohamed. Kami berbual tentang konsep kepercayaan dalam agama Islam.

Mengejutkan saya apabila diberitahu bahawa setiap paderi Katolik, mereka belajar agama Islam dan ada di antaranya yang memiliki doktor falsafah dalam subjek itu . Ini satu yang baru bagi saya.

Semenjak itu kami sentiasa berbincang tentang agama masing-masing. Kami pernah bertanyakan perubahan versi kitab masing-masing. Pernah sekali saya bertanyakan kepada Mohamed sejak 1,400 tahun sudah ada berapa versi al-Quran. Pendek jawapannya hanya ada satu iaitu al-Quran malah ia telah dihafal oleh jutaan manusia. Bagi saya ini sesuatu yang mustahil. Bagaimana kitab saya boleh berubah-ubah sedangkan al-Quran tetap terpelihara.

Pada suatu hari teman paderi saya bertanyakan Mohamed keinginannya untuk mengikutnya ke masjid untuk mengetahui keadaan di sana. Sekembalinya mereka, saya bertanya kepada paderi itu apa yang dilakukan oleh orang Islam? Dia memberitahu, tidak ada apa yang dilakukan hanya sembahyang dan pulang. Pelik, tidak ada ceramah ataupun nyanyian.

Beberapa hari kemudian, sekali lagi paderi itu mahu mengikut Mohamed ke masjid. Kali ini mereka pergi agak lama sehingga hari sudah gelap. Bila pulang saya dapati, Peter (paderi) sudah melakukan syahadah. Saya terkejut dan semalaman memikirkan hal itu, lalu menceritakan kepada isteri. Tambah mengejutkan, apabila isteri saya juga menyuarakan hasratnya untuk bergelar Muslim kerana mengakui kebenaran Islam.

Saya terus memanggil Mohamed dan kami berbincang sepanjang malam sehingga masuk waktu solat Subuh, Mohamad meminta izin untuk melaksanakan kewajipannya. Pada detik itu, saya menyedari erti kebenaran dan sudah tiba masanya untuk saya membuat pilihan yang bakal menyelamatkan saya sama ada di dunia mahupun akhirat.

Saya ke belakang rumah, ambil sekeping papan lapis dan di situlah saya sujud mengadap kiblat. Saya meminta, kepada-Nya petunjuk dan bimbingan. Selepas dari itu, saya benar-benar dapat merasakan perubahan di dalam diri. Saya terus naik ke atas dan mandi dengan harapan ia akan membersihkan dosa-dosa. Saya kini seorang yang baru dan berazam membina kehidupan atas dasar kebenaran.

Pukul 11 pagi hari itu, saya mengucap syahadah bersama dua saksi iaitu sebelum ini Father Peter Jacob dan Mohamed Abel Rehman. Kemudian diikuti isteri dan beberapa bulan selepas itu, bapa pula melafazkan syahadah. Anak-anak saya dipindahkan dari sekolah Kristian kepada sekolah Muslim. Sepuluh tahun kemudian mereka berjaya menghafal al-Quran. Akhir sekali, ibu tiri saya pula mengakui kebenaran Islam."

NENEK

Salams,

Nenek saya meninggal dunia Ahad lepas, setepatnya selepas azan maghrib berkumandang. Innalillah wa'inna ilaihirojiun. Mohon pembaca yang dimuliakan sudi menyedekahkan sekalung Al-Fatihah untuk nenda tercinta saya.

Kalau diikutkan hati, mahu sahaja saya meraung. Tetapi kerana malu, hanya air mata sahaja yang tumpah. Nenek, kita akan ketemu jua insyaAllah suatu hari nanti.

Nenek, yang menjaga saya beberapa bulan selepas saya lahir.

Nenek, yang sentiasa memasak gulai lemak cili padi kegemaran Mak.

Nenek, yang sentiasa menyuapi kami nasi lauk kicap digaul dengan ikan goreng.

Nenek, yang sentiasa menunggu saya menaiki bas dipondok bas semasa mahu ke kelas Bahasa Inggeris.

Nenek, yang menemani kami mengutip buah jambu air di rumah Nenek Yat, jiran Nenek.

Nenek, yang menjaga kami terkena demam campak semasa Mak dan Abah menunaikan haji.

Nenek, yang sentiasa menemani kami ke kedai Ah-Chong untuk membeli janjan.

Nenek, yang memimpin tangan kami ke masjid untuk jamuan hari raya Aidilfitri.

Nenek.

Saya sentiasa tiada ruang dan waktu untuk menjaga Nenek yang uzur tua. Sentiasa tiada. Maafkan saya Nek. Hanya Al-fatihah, selawat dan bacaan Al-Quran yang mampu saya hadiahkan.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Nenekku, lindungilah dia daripada azab kubur, dan luaskanlah alam kubur untuknya. Semoga rohnya dicucuri rahmat-Mu yang tiada batasannya. Sesuai dengan sifat-Mu Ar-Rahman dan Ar-Rahim, aku memohon atas Asma'-Mu, kau peliharalah dia semasa di alam barzah, dan alam akhirat kelak. Masukkanlah Nenek ke dalam syurga tanpa dihitung-hitung.

Amin, amin ya Rabbal 'Alamin.