Salams,
Taken from here. Please take care.
____________________________________
Nikmat Mengenal Allah s.w.t
Wahai Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala ilmu, Yang Maha Menciptakan Dinul haq, sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu, tuntunlah kemampuan hamba-Mu ini untuk mengutarakan kebenaran-Mu.
Jadikan siapa pun yang ikut menyimak kebenaran-Mu ini, Kau bersihkan hatinya dengan sebersih-bersihnya, sehingga tidak ada satu niat pun, kecuali ingin mencari kebenaran-Mu dan bertemu dengan-Mu.
Tidak ada kenikmatan yang lebih besar di dunia ini daripada nikmat mengenal Allah. Bahkan bagi orang yang sudah mengenal-Nya, nikmat dunia dan seisinya ini tidak akan mampu menandinginya. Alam semesta ini hanya sebahagian kecil saja dari nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Seseorang tidak akan dapat mengukur nikmat Allah dengan dunia yang ada di tangannya. Bahkan, alam semesta berikut isinya pun tidak akan mampu mendatangkan kenikmatan Allah yang tiada tandingannya. Bagi orang yang mengenal Allah, segala sesuatu kejadian yang menimpa dirinya hanyalah nikmat yang diberikan oleh-Nya semata.
Kurang wang adalah nikmat karena ia akan selalu berikhtiar di jalan Allah, sehingga menambah pahala ikhtiar dan kesabaran jika dirinya tawakkal kepada-Nya. Banyak wang pun merupakan nikmat, karena dapat lebih banyak mempunyai kesempatan untuk beramal di jalan Allah.
Badan sihat adalah nikmat, karena ia lebih mampu untuk melakukan ibadah, beramal, dan berjihad di jalan Allah. Sakit pun merupakan nikmat, karena akan melebur segala dosa jika dirinya tabah dan sabar menerimanya dengan tidak meninggalkan ikhtiar zahir; mencari obat penyembuh.
Dipuji adalah nikmat, karena dapat mendengarkan kebesaran Allah dan merasakan bagaimana hebatnya Allah menutupi aibnya. Dihina pun merupakan nikmat karena dapat melihat keaiban-keaiban diri sendiri di samping dapat menjadi ladang pahala sabar bagi dirinya sendiri.
Bagi orang yang mengenal Allah, semua kejadian adalah nikmat semata. Subhanallah! Mudah-mudahan kita semua digolongkan oleh-Nya menjadi ahli makrifat seperti itu. Namun sayang, ternyata hanya sedikit sekali orang yang mengenal Allah (arifbillah). Kebanyakan hanya tahu nama saja, tidak merasakan kelazatan nikmat bersama-Nya.
Padahal, barangsiapa sudah merasa bersama-Nya, tidak mungkin merasa kesepian karena Allah 'Azza wa Jallaa senantiasa bersama hamba-Nya, bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri. Bagi orang yang sudah mengenal Allah, tidak mungkin lupa barang sedetik pun kepada-Nya!
Bagaimana akan lupa, kalau setiap mata memandang segala sesuatu, yang terbayang dalam benaknya adalah hasil pekerjaan-Nya. Kalau setiap telinga mendengarkan sesuatu, niscaya segala yang berbunyi itu buah tangan-Nya. Kalau setiap mulut memakan dan meminum sesuatu, mutlak segala makanan dan air itu ciptaan-Nya.
Tidak akan merasa kesepian di kala sepi dan terlena di kala ramai bagi orang yang sudah makrifat kepada-Nya. Karena, Allah-lah Dzat yang selalu memelihara dan mengawasi setiap makhluk-Nya dengan tanpa mengenal lupa. Di tengah orang banyak, di tengah pertempuran, di mana saja, mesti ingat kepada-Nya!
Allah pun pasti akan mencabut rasa takut dari hati orang yang telah makrifat kepada-Nya. Bagaimana akan takut, sedang segala yang ditakuti juga diurus oleh-Nya dan pasti akan musnah. Tiada daya dan kekuatan, kecuali atas izin dan inayah-Nya. Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah!
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. At Taghabun (64): 11]
Lantas, adakah ahli makrifat atau arifbillah takut miskin? Pasti tidak! Karena, Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya. Bukankah jagad raya dan alam semesta ini semuanya milik Allah? Bagaimana mungkin takut miskin kalau sudah kenal dengan Dzat Yang Menguasai segalanya? Makhluk, sedikit pun tidak memiliki kekuasaaan untuk mempunyai apa-apa, bahkan tubuhnya sendiri pun mutlak milik-Nya.
Takut miskin itu karena kita belum kenal akan kehebatan dan kekayaan Allah, ragu terhadap pembahagian kekayaan dari-Nya. Allah-lah Yang Maha Berkehendak dan Maha Bijaksana. Tiada sedikit pun tandingan bagi-Nya. Allahu Akbar...!
Sungguh, dunia ini tiada ertinya. Karena yang hebat dan indah itu hanyalah Allah semata. Oleh sebab itu, tatkala mata terpesona kepada dunia, sebenarnya bukanlah kepada dunianya, melainkan kepada kehebatan perbuatan-Nya. Dengan demikian, tidak ada sedikit pun kekurangan dan keburukan di dunia ini jika dikaitkan kepada Allah.
Kendati mata melihat binatang yang menjijikkan penuh kuman penyakit sekalipun, pandangannya akan tetap penuh syukur kepada-Nya. Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah mentakdirkan kami sebagai makhluk ciptaan-Mu yang sempurna.
Itulah golongan orang yang sudah merasakan kelezatan dunia. Ternyata kebahagiaan di dunia ini tidak semata dilihat dari bentuk duniawinya. Karena, kalau cuma itu yang dijadikan sebatas tanda kebahagiaan, bererti lebih banyak orang kafir yang hidupnya bahagia, karena mereka lebih banyak dilimpahi kekayaan dunia.
Alhamdulillah, ternyata yang namanya bahagia adalah jika kita senantiasa bersama Allah dalam segala keadaan. Imam Al Ghazali menulis dalam bukunya bahwa akan sedikit di antara umat Muhammad yang masuk kedalam golongan 'Aarifiin (golongan yang mengenal Allah).
Sebagian besar orang sebelum hatinya ingat kepada-Nya, telah terlebih dahulu ditutupi dengan selalu ingat kepada dunia dan segala isinya. Dunia yang hanya sebagian kecil dari alam semesta saja sudah dapat menutupi hatinya, bagaimana mungkin boleh memasuki tingkat makrifat kepada Allah yang menguasai segala jagad raya alam semesta ini.
Sebahagian besar dari kita lebih suka kepada dunia daripada mengharapkan bertemu dengan-Nya. Kita lebih suka dipandang mulia oleh sesama manusia daripada mencari kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang bertaqwa. Padahal Allah-lah Dzat yang memiliki dan menguasai kebesaran dan kemuliaan. "Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar Rahman [55]: 27)