Salams Ramadhan Kareem,
Pertamanya, saya mohon sejuta kemaafan diatas segala kekhilafan, mungkin banyak entri saya yang menusuk jiwa hingga tercalar dan menggores hati para pembaca. Sejujurnya, mungkin jua entri saya ditulis dengan sinikal sekali, dengan harapan ada yang berubah, tetapinya, mungkin cara nya itu tidak berhikmah sekali. Dan disini, saya dengan rendah hati sekali lagi memohon maaf, dan semoga Ramadhan ini, adalah Ramadhan yang terbaik sekali buat kita. Syukurlah, kita diberi kesempatan yang sangat mahal menghirup udara Ramadhan.
Kadang-kadang, entri saya enteng-enteng sekali, ngga punya pengajaran buat para pembaca, kadang-kadang ditulis semasa keadaan sangat jemu dan akhirnya penghasilan tulisan yang bukan ditulis kerana-Nya. Sedangkan semua perbuatan kita hendaklah kerana-Nya, hanya kerana-Nya. Nah, sempena Ramadhan al-Mubarak ini, saya ingin persembahkan kisah-kisah sahabat-sahabat Rasulullah saw yang mulia itu, kerana kini saya berjaya menemui buku yang sangat saya cintai ini. Saya membesar dengannya, 'dicuri' dari ayahanda, dan ingin benar sekali saya berkongsi dengan anda. Entri berkenaan dengan Mush'ab bin Umair, Salman Al-Farisi dan Abu Dzar Al-Ghifari sudah saya persembahkan (click sahaja pada nama mereka), tetapi kali ini, entrinya akan pendek-pendek, saya persembahkan perenggan yang terbaik hasil karya Khalid Muhammad Khalid ini - Rijal Haolar Rasul. Segala kehebatan dan kedahsyatan peribadi mereka, adalah ditempa lansung dari Mahaguru Teragung - Nabi Muhamad saw, saya ngga bisa berbicara mengenai baginda, kerana ada blog yang lebih mulia dalam merakamkan segala-galanya mengenai baginda. Ya Rasulullah, aku sangat merinduimu.
Dan sayugia diingatkan, mereka ini mewakili ribuan sahabat-sahabat Baginda saw, yang beriman kepadanya, dan tampil sebagai pembelanya. Dalam kisah ini, akan dapat kita nikmati keimanan mereka, keteguhan hati, kepahlawanan dan kecintaan mereka kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Kita lihat derma yang telah mereka baktikan, penderitaan yang mereka tanggungkan dan akhirnya kemenangan yang mereka peroleh. Kita lihat tahap perjuangan yang menarik, di saat mereka bangkit membebaskan seluruh kemanusiaan dari keberhalaan jiwa dan tujuan hidup yang sia-sia.
Semoga hasil perkongsian saya membuahkan pahala yang tidak terkira, menjadi saksi di masa pertimbangan kelak, dan saya harap benar, anda menyebarkannya dengan seluas-luasnya, tanpa di creditkan kepada saya. Makanya, terimalah kisah ke-empat - Bilal bin Rabah - Muaddzin Rasulullah...Lambang Persamaan Derajat Manusia.
1
Bila disebut nama Abu Bakar, maka Umar akan berkata: "Abu BAkar adalah pemimpin kita, yang telah memerdekakan pemimpin kita." Maksudnya ialah Bilal...
Seorang yang diberi gelar oleh Umar "pemimpin kita", tentulah suatu peribadi besar yang layak beroleh kehormatan seperti itu! Tetapi setiap menerima pujian yang ditujukan kepada dirinya, maka laki-laki yang berkulit hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat dan bercambang tipis - sebagai dilukiskan oleh ahli-ahli riwayat - akan menundukkan kepala dan memejamkan mata, serta denga air mata mengalir membasahi pipinya, akan berkata: "saya hanyalah seorang Habsyi...dan kelmarin saya adalah budak belian!".
Nah, siapakah kiranya orang Habsyi yang kemarin masih jadi budak belian ini....? Itulah dia Bilal b. Rabah, muaddzin Islam dan penggoncang berhala yang dipuja Quraisy sebagai tuhan! Ia merupakan salah satu keajaiban iman dan kebenaran! Salah satu mu'jizat Alam yang maha besar!
Dari tiap sepuluh orang, semenjak munculnya Agama itu sampai sekarang, bahkan sampai kapan saja dikehendaki Allah swt, kita akan menemukan sedikitnya tujuh orang yang kenal terhadap Bilal. Artinya dalam lintasan kurun dan generasi, terdapat jutaan manusia yang mengenal Bilal, hafal akan namanya dan tahu riwayatya secara lengkap, sebagaimana mereka kenal akan dua Khalifah terbesar dalam Islam (Abu Bakar dan Umar).
Anda akan dapat menanyakan kepada setiap anak yang masih merangkak pada tahun-tahun pelajaran dasarnya; baik di Mesir, Pakistan, Indonesia atau China...di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia...di Iraq, Syiria, Turki, Iran dan Sudan...pendeknya di seluruh permukaan bumi yang didiami oleh Kaum Muslimin...anda akan dapat menanyakan kepada setiap remaja Islam: "Siapakan Bilal itu, wahai buyung?". Tentulah akan keluar jawapnya yang lancar: "Ia adalah muazin Rasul. Asalnya budak, yang disiksa oleh tuannya dengan batu panas, agar dia meninggalkkan Islam, tetapi jawapnya...Ahad...Ahad...Ahad....Allah Maha Tunggal...Allah Maha Tunggal!"
( Nota editor: Dan saya ngga bisa menghuraikan siksa yang dikenakan oleh majikannya yang terkutuk itu, Umayah b. Khalaf, kerana setiap saat sebelum terbebasnya Bilal, adalah dipenuhi dengan siksaan yang sangat kejam, yang anda sendiri ngga bisa membacanya).
2
Waktu pagi hampir berlalu, waktu dhuhur dekat menjelang, dan Bilal pun dibawa orang ke padang pasir, tetapi tetap shabar dan tabah, tenang tidak tergoyah. Sementara mereka menyiksanya, tiba-tiba datanglah Abu Bakar Shiddiq, serunya: "Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki kerena mengatakan bahwa Tuhanku ialah Allah?!" Kemudian katanya kepada Umayah bin Khlaf: "Terimalah ini untuk tebusannya, lebih tinggi dari harganya, dan bebaskanlah ia...!"
Bagai orang yang hampir tenggelam, tiba-tiba diselamatkan oleh sampan penolong, demikianlah halnya Umayah saat itu, hatinya lega dan merasa amat beruntung demi didengarnya Abu Bakar hendak menebus budaknya. Ia telah berputus asa akan dapat menundukkan Bilal. Apalagi mereka adalah orang-orang saudagar, dengan dijualnya Bilal mereka akan melihat keuntungan yang tidak akan diperoleh dengan jalan membunuhnya.
Dijualnya Bilal kepada Abu Bakar yang segera membebaskannya, dan dengan demikian Bilal pun tampillah mengambil tempatnya dalam lingkungan orang-orang merdeka....dan ketika As-Siddiq mengepit Bilal membawanya ke alam bebas, berkatalah Umayah: "Bawalah ia! Demi Lata dan 'Uzza, seandainya harga tebusannya tak lebih dari satu ugia, pastilah ia akan ku lepaskan jua!"
Abu Bakar arif akan keputusannya dan pahitnya kegagalan yang tersirat didalam ucapan itu, hingga lebih baik tidak dilayaninya.
Tetapi kerena ini menyangkut kehormatan seorang laki-laki yang sekarang sudah menjadi saudara yang tak berbeda dengan dirinya, maka jawapnya kepada Umayah: "Demi Allah, seandainya kalian tak hendak menjualnya kecuali seratus ugia, pastilah ku bayar jua!"
Kemudian pergilah Abu Bakar dan shahabatnya itu kepada Rasulullah saw dan menyampaikan berita gembira tentang kebebasannya, maka saat itu pun tak ubah bagai hari raya besar jua...!
3
Rasulullah saw pergi meninggalkan alam fana dan naik ke rafiqul a'la dengan keadaan redha dan diredhai, dan penanggungjawap Kaum Muslimin sepeninggalan beliau dibebankan di atas pundak khalifahnya Abu Bakar as-Siddiq.
Bilal pergi mendapatkan khalifah Rasulullah, menyampaikan isi hatinya. "Wahai Khalifah Rasulullah, saya mendengar Rasulullah bersabda:
Amal orang Mu'min yang utama adalah jihad fi sabilillah.
"Jadi, apa maksudmu, wahai Bilal?", tanya Abu Bakar.
"Saya ingin berjuang di jalan Allah sampai saya meninggal dunia," ujar Bilal.
"Siapa lagi yang akan menjadi muaddzin bagi kami?", tanya Abu Bakar pula.
Dengan air mata berlinang, Bilal menjawap, "Saya takkan menjadi muadzzin lagi bagi orang lainsetelah Rasulullah."
"Tidak," kata Abu Bakar, "tetaplah tinggal disini hai Bilal, dan menjadi muaddzin kami!"
"Seandainya anda memerdekakan saya dulu adalah untuk kepentingan anda, baiklah saya terima permintaan anda itu. Tetapi bila anda memerdekakan saya kerna Allah, biarlah diri saya untuk Allah sesuai dengan maksud baik anda itu!"
"Tak lain saya memerdekakanmu itu, hai Bilal, semata-mata kerana Allah!"
Kemudian mengenai kelanjutannya terjadi perbedaan pendapat di antara para ahli riwayat. Sebahagian meriwayatkan bahwa ia pergi ke Syria dan menetap di sana sebagai pejuang dan mujahid. Sementara menurut yang lainnya, ia menerima permintaan Abu Bakar untuk tinggal bersamanya di Madinah. Kemudian setelah Abu Bakar wafat dan Umar diangkat sebagai khalifah, barulah Bilal minta idzin dan mohon diri kepadanya, lalu berangkat ke Syria.
Bagaimanapun juga, Bilal telah menadzarkan sisa hidup dan usiannya untuk berjuang menjaga benteng-benteng Islam di perbatasan, dan membulatkan tekadnya untuk dapat menjumpai Allah dan Rsul-Nya, sewaktu ia sedang melakukan amal yang paling disukai oleh keduanya...dan suaranya yang syahdu, dalam dan penuh wibawa itu, tidak lagi mengumandangkan adzan seperti biasa. Sebabnya ialah kerena demi ia membaca " Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah", maka kenangan lamanya bangkit kembali, dan suaranya tertelan oleh kesedihan, digantikan oleh cucuran tangis dan air mata...
Adzannya yang terakhir ialah ketika Umar sebagai Amirul Mu'minin datang ke Syria. Orang-orang menggunakan kesempatan tersebut dengan memohon kepada khalifah untuk meminta Bilal menjadi muaddzin bagi satu sholat sahaja. Amirul Mukminin memanggil Bilal; ketika waktu sholat telah tiba maka dimintanya ia menjadi muaddzin.
Bilal pun naik ke menara dan adzanlah....Shahabat-shahabat yang pernah mendapati Rasulullah di waktu Bilal menjadi muaddzinnya sama-sama menangis mencucurkan air mata, yang tak pernah mereka lakukkan selama ini....sedang yang paling keras tangisnya di antara mereka ialah Umar....!
(Nota editor: nah, ini sebahagin kecil dari kisah indah hidup Bilal, dialu-alukan pada sesiapa yang sudi menokok-nambah cerita-cerita sahabat Nabi ini. Salam Ramadhan.)
Pertamanya, saya mohon sejuta kemaafan diatas segala kekhilafan, mungkin banyak entri saya yang menusuk jiwa hingga tercalar dan menggores hati para pembaca. Sejujurnya, mungkin jua entri saya ditulis dengan sinikal sekali, dengan harapan ada yang berubah, tetapinya, mungkin cara nya itu tidak berhikmah sekali. Dan disini, saya dengan rendah hati sekali lagi memohon maaf, dan semoga Ramadhan ini, adalah Ramadhan yang terbaik sekali buat kita. Syukurlah, kita diberi kesempatan yang sangat mahal menghirup udara Ramadhan.
Kadang-kadang, entri saya enteng-enteng sekali, ngga punya pengajaran buat para pembaca, kadang-kadang ditulis semasa keadaan sangat jemu dan akhirnya penghasilan tulisan yang bukan ditulis kerana-Nya. Sedangkan semua perbuatan kita hendaklah kerana-Nya, hanya kerana-Nya. Nah, sempena Ramadhan al-Mubarak ini, saya ingin persembahkan kisah-kisah sahabat-sahabat Rasulullah saw yang mulia itu, kerana kini saya berjaya menemui buku yang sangat saya cintai ini. Saya membesar dengannya, 'dicuri' dari ayahanda, dan ingin benar sekali saya berkongsi dengan anda. Entri berkenaan dengan Mush'ab bin Umair, Salman Al-Farisi dan Abu Dzar Al-Ghifari sudah saya persembahkan (click sahaja pada nama mereka), tetapi kali ini, entrinya akan pendek-pendek, saya persembahkan perenggan yang terbaik hasil karya Khalid Muhammad Khalid ini - Rijal Haolar Rasul. Segala kehebatan dan kedahsyatan peribadi mereka, adalah ditempa lansung dari Mahaguru Teragung - Nabi Muhamad saw, saya ngga bisa berbicara mengenai baginda, kerana ada blog yang lebih mulia dalam merakamkan segala-galanya mengenai baginda. Ya Rasulullah, aku sangat merinduimu.
Dan sayugia diingatkan, mereka ini mewakili ribuan sahabat-sahabat Baginda saw, yang beriman kepadanya, dan tampil sebagai pembelanya. Dalam kisah ini, akan dapat kita nikmati keimanan mereka, keteguhan hati, kepahlawanan dan kecintaan mereka kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Kita lihat derma yang telah mereka baktikan, penderitaan yang mereka tanggungkan dan akhirnya kemenangan yang mereka peroleh. Kita lihat tahap perjuangan yang menarik, di saat mereka bangkit membebaskan seluruh kemanusiaan dari keberhalaan jiwa dan tujuan hidup yang sia-sia.
Semoga hasil perkongsian saya membuahkan pahala yang tidak terkira, menjadi saksi di masa pertimbangan kelak, dan saya harap benar, anda menyebarkannya dengan seluas-luasnya, tanpa di creditkan kepada saya. Makanya, terimalah kisah ke-empat - Bilal bin Rabah - Muaddzin Rasulullah...Lambang Persamaan Derajat Manusia.
1
Bila disebut nama Abu Bakar, maka Umar akan berkata: "Abu BAkar adalah pemimpin kita, yang telah memerdekakan pemimpin kita." Maksudnya ialah Bilal...
Seorang yang diberi gelar oleh Umar "pemimpin kita", tentulah suatu peribadi besar yang layak beroleh kehormatan seperti itu! Tetapi setiap menerima pujian yang ditujukan kepada dirinya, maka laki-laki yang berkulit hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat dan bercambang tipis - sebagai dilukiskan oleh ahli-ahli riwayat - akan menundukkan kepala dan memejamkan mata, serta denga air mata mengalir membasahi pipinya, akan berkata: "saya hanyalah seorang Habsyi...dan kelmarin saya adalah budak belian!".
Nah, siapakah kiranya orang Habsyi yang kemarin masih jadi budak belian ini....? Itulah dia Bilal b. Rabah, muaddzin Islam dan penggoncang berhala yang dipuja Quraisy sebagai tuhan! Ia merupakan salah satu keajaiban iman dan kebenaran! Salah satu mu'jizat Alam yang maha besar!
Dari tiap sepuluh orang, semenjak munculnya Agama itu sampai sekarang, bahkan sampai kapan saja dikehendaki Allah swt, kita akan menemukan sedikitnya tujuh orang yang kenal terhadap Bilal. Artinya dalam lintasan kurun dan generasi, terdapat jutaan manusia yang mengenal Bilal, hafal akan namanya dan tahu riwayatya secara lengkap, sebagaimana mereka kenal akan dua Khalifah terbesar dalam Islam (Abu Bakar dan Umar).
Anda akan dapat menanyakan kepada setiap anak yang masih merangkak pada tahun-tahun pelajaran dasarnya; baik di Mesir, Pakistan, Indonesia atau China...di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia...di Iraq, Syiria, Turki, Iran dan Sudan...pendeknya di seluruh permukaan bumi yang didiami oleh Kaum Muslimin...anda akan dapat menanyakan kepada setiap remaja Islam: "Siapakan Bilal itu, wahai buyung?". Tentulah akan keluar jawapnya yang lancar: "Ia adalah muazin Rasul. Asalnya budak, yang disiksa oleh tuannya dengan batu panas, agar dia meninggalkkan Islam, tetapi jawapnya...Ahad...Ahad...Ahad....Allah Maha Tunggal...Allah Maha Tunggal!"
( Nota editor: Dan saya ngga bisa menghuraikan siksa yang dikenakan oleh majikannya yang terkutuk itu, Umayah b. Khalaf, kerana setiap saat sebelum terbebasnya Bilal, adalah dipenuhi dengan siksaan yang sangat kejam, yang anda sendiri ngga bisa membacanya).
2
Waktu pagi hampir berlalu, waktu dhuhur dekat menjelang, dan Bilal pun dibawa orang ke padang pasir, tetapi tetap shabar dan tabah, tenang tidak tergoyah. Sementara mereka menyiksanya, tiba-tiba datanglah Abu Bakar Shiddiq, serunya: "Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki kerena mengatakan bahwa Tuhanku ialah Allah?!" Kemudian katanya kepada Umayah bin Khlaf: "Terimalah ini untuk tebusannya, lebih tinggi dari harganya, dan bebaskanlah ia...!"
Bagai orang yang hampir tenggelam, tiba-tiba diselamatkan oleh sampan penolong, demikianlah halnya Umayah saat itu, hatinya lega dan merasa amat beruntung demi didengarnya Abu Bakar hendak menebus budaknya. Ia telah berputus asa akan dapat menundukkan Bilal. Apalagi mereka adalah orang-orang saudagar, dengan dijualnya Bilal mereka akan melihat keuntungan yang tidak akan diperoleh dengan jalan membunuhnya.
Dijualnya Bilal kepada Abu Bakar yang segera membebaskannya, dan dengan demikian Bilal pun tampillah mengambil tempatnya dalam lingkungan orang-orang merdeka....dan ketika As-Siddiq mengepit Bilal membawanya ke alam bebas, berkatalah Umayah: "Bawalah ia! Demi Lata dan 'Uzza, seandainya harga tebusannya tak lebih dari satu ugia, pastilah ia akan ku lepaskan jua!"
Abu Bakar arif akan keputusannya dan pahitnya kegagalan yang tersirat didalam ucapan itu, hingga lebih baik tidak dilayaninya.
Tetapi kerena ini menyangkut kehormatan seorang laki-laki yang sekarang sudah menjadi saudara yang tak berbeda dengan dirinya, maka jawapnya kepada Umayah: "Demi Allah, seandainya kalian tak hendak menjualnya kecuali seratus ugia, pastilah ku bayar jua!"
Kemudian pergilah Abu Bakar dan shahabatnya itu kepada Rasulullah saw dan menyampaikan berita gembira tentang kebebasannya, maka saat itu pun tak ubah bagai hari raya besar jua...!
3
Rasulullah saw pergi meninggalkan alam fana dan naik ke rafiqul a'la dengan keadaan redha dan diredhai, dan penanggungjawap Kaum Muslimin sepeninggalan beliau dibebankan di atas pundak khalifahnya Abu Bakar as-Siddiq.
Bilal pergi mendapatkan khalifah Rasulullah, menyampaikan isi hatinya. "Wahai Khalifah Rasulullah, saya mendengar Rasulullah bersabda:
Amal orang Mu'min yang utama adalah jihad fi sabilillah.
"Jadi, apa maksudmu, wahai Bilal?", tanya Abu Bakar.
"Saya ingin berjuang di jalan Allah sampai saya meninggal dunia," ujar Bilal.
"Siapa lagi yang akan menjadi muaddzin bagi kami?", tanya Abu Bakar pula.
Dengan air mata berlinang, Bilal menjawap, "Saya takkan menjadi muadzzin lagi bagi orang lainsetelah Rasulullah."
"Tidak," kata Abu Bakar, "tetaplah tinggal disini hai Bilal, dan menjadi muaddzin kami!"
"Seandainya anda memerdekakan saya dulu adalah untuk kepentingan anda, baiklah saya terima permintaan anda itu. Tetapi bila anda memerdekakan saya kerna Allah, biarlah diri saya untuk Allah sesuai dengan maksud baik anda itu!"
"Tak lain saya memerdekakanmu itu, hai Bilal, semata-mata kerana Allah!"
Kemudian mengenai kelanjutannya terjadi perbedaan pendapat di antara para ahli riwayat. Sebahagian meriwayatkan bahwa ia pergi ke Syria dan menetap di sana sebagai pejuang dan mujahid. Sementara menurut yang lainnya, ia menerima permintaan Abu Bakar untuk tinggal bersamanya di Madinah. Kemudian setelah Abu Bakar wafat dan Umar diangkat sebagai khalifah, barulah Bilal minta idzin dan mohon diri kepadanya, lalu berangkat ke Syria.
Bagaimanapun juga, Bilal telah menadzarkan sisa hidup dan usiannya untuk berjuang menjaga benteng-benteng Islam di perbatasan, dan membulatkan tekadnya untuk dapat menjumpai Allah dan Rsul-Nya, sewaktu ia sedang melakukan amal yang paling disukai oleh keduanya...dan suaranya yang syahdu, dalam dan penuh wibawa itu, tidak lagi mengumandangkan adzan seperti biasa. Sebabnya ialah kerena demi ia membaca " Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah", maka kenangan lamanya bangkit kembali, dan suaranya tertelan oleh kesedihan, digantikan oleh cucuran tangis dan air mata...
Adzannya yang terakhir ialah ketika Umar sebagai Amirul Mu'minin datang ke Syria. Orang-orang menggunakan kesempatan tersebut dengan memohon kepada khalifah untuk meminta Bilal menjadi muaddzin bagi satu sholat sahaja. Amirul Mukminin memanggil Bilal; ketika waktu sholat telah tiba maka dimintanya ia menjadi muaddzin.
Bilal pun naik ke menara dan adzanlah....Shahabat-shahabat yang pernah mendapati Rasulullah di waktu Bilal menjadi muaddzinnya sama-sama menangis mencucurkan air mata, yang tak pernah mereka lakukkan selama ini....sedang yang paling keras tangisnya di antara mereka ialah Umar....!
(Nota editor: nah, ini sebahagin kecil dari kisah indah hidup Bilal, dialu-alukan pada sesiapa yang sudi menokok-nambah cerita-cerita sahabat Nabi ini. Salam Ramadhan.)