Saturday, 28 May 2011
ABAH DI ICU
Monday, 23 May 2011
PUNGGUK
Saturday, 21 May 2011
CANTIK
Monday, 16 May 2011
HAPPY
SEJUTA
Sejuta Fadhilah Shalawat
Al-Mushtafa SAW. Sebingkai mozaik nan indah. Kontruksi cita rasa Sang Kuasa yang sempurna. Cahaya yang bertahta megah di atas cahaya-cahaya. Makhluk terindah, termulia, tersantun, yang tiada duanya.
“Dialah yang di langit dikenal sebagai Ahmad, sedang di bumi dikenal sebagai Muhammad.” begitulah Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi melukiskan sosok Rasulullah SAW dalam kata-kata. “Dialah penguasa maqam mahmud. Bendera puja dan puji tegak dalam genggamannya.”
“Tidaklah ia dikenal sebagai Muhammad sebelum diseru sebagai Ahmad. Sebab (di langit) ar-Robb SWT telah memuji sosoknya jauh sebelum seluruh makhluk mengenalnya. Ia mengagul-agulkannya jauh sebelum manusia menyanjung-nyanjungnya. Engkau bakal menjumpai nama Ahmad pada kitab-kitab suci terdahulu. Sedang dalam al-Qur’anul Karim, termaktub nama Muhammad. Dialah yang terlayak menuai pujian-pujian. Dialah yang teragung diantara insan-insan yang layak dipuji.”
“Hanya untuknya, kelak maqam mahmud disingkap diiringi pujian-pujian. Tak pernah tersingkap untuk selain dirinya. Dengan maqam mahmud itu, Sang Kuasa senantiasa memujinya. Berbekal maqam mahmud itu, ia menjelma sebagai pemberi syafaat tertinggi. Bendera puja dan puji terajut hanya untuknya, seorang. Umatnya disebut-sebut sebagai al-Hamidun (Orang-orang yang gemar memuji) dalam kitab-kitab terdahulu. Dan tatkala kakeknya, Abdul Muthalib, menyematkan nama Muhammad, ia mengunjuk doa, “Aku berharap kelak seluruh penghuni langit dan bumi akan senantiasa memujinya.”
Tidak terpungkiri, Rasulullah SAW memang sempurna. Tiada celah untuk mencela, kecuali hati yang buta oleh kabut kemusyrikan. Begitu sempurnanya sang nabi. Hingga lisan mukminin tak lelah memadahkan puja dan puji, dari dulu hingga kini.
SALAWAT
Puncak kekaguman Sang Pencipta terhadap mahakarya yang satu ini adalah salawat. Habib Ahmad mengurai, “Salawat Allah SWT kepada Nabi SAW adalah cucuran kebaikan-kebaikan, sifat-sifat luhur, karakter yang elok, nikmat-nikmat, penghargaan, penghormatan, dan anugerah-anugerah yang meruah. Sedang salam-Nya adalah penjagaan-Nya dari pelbagai aib dan mala, karunia yang berupa ketentraman, kesempurnaan, dan kemegahan. Sebentuk penghormatan yang indah dan penuh berkah dari-Nya.”
Mari kita bersalawat kepada Nabi SAW. Mari kita haturkan salam kepada Rasul SAW.
“Dalam sepenggal ayat, ar-Rahman ar-Rahim menfirmankan,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Rasulullah SAW sendiri bersabda, “Manusia yang paling dekat denganku pada hari akhir adalah orang yang paling banyak bersalawat kepadaku.”
Sabda beliau yang lain menyebutkan, “Tidaklah seseorang bersalam kepadaku, kecuali Allah SWT pasti mengembalikan ruhku. Hingga aku pun bisa membalas salamnya.” Kata ruh dalam hadis ini bisa bermakna bicara, atau sesuatu hal yang berkenaan dengan “aktifitas” ruh. Sebab, senyatanya, ruh Beliau SAW senantiasa hidup.”
“Masih banyak lagi hadis-hadis nabawiy yang mengulas faedah salawat. Tercatat lebih dari 40 sahabat terkemuka yang meriwayatkan hadis ragam ini.”
Habib Ahmad meneruskan, “Dalam satu salawat, terpendam 40 faedah. Diantaranya; menghapus dosa-dosa, mengusir kesumpekan, menuntaskan cita-cita, memercik kabar gembira akan surga sebelum ajal tiba, membersihkan diri, menanggung keselamatan dari kecamuk hari kiamat, mengharumkan majelis-majelis, menafikan kefakiran dan sifat kikir, mengukuhkan langkah kala di atas sirath, mengenyahkan kekeringan, menabur berkah pada raga, umur, dan amal, memantik rahmat Allah dan rasa cinta dari nabi SAW, menghidupkan nurani, dan memancing hidayah ilahi.”
“Walhasil, faedah salawat tak terbilang, duniawi maupun ukhrawi. Tak terhitung, betapa sering Allah membukakan pintu hajat, melonggarkan keruwetan, dan melipatkan anugerah dengan salawat. Salawat adalah amalan istimewa dan penuh berkah. Ia adalah penjamin rasa aman dari murka Allah dan neraka-Nya. Ia adalah pelantar kesucian amal dan ketinggian derajat. Ia adalah perniagaan yang takkan pernah merugi.”
Alangkah istimewanya salawat. Hanya dengan sebaris kalimat itu, kita bisa meraup pahala-pahala semegah gunung. Tanpa terlalu berpayah-payah, kita bisa melampaui amalan-amalan umat terdahulu. Semua berkat salawat kepada sang Nabi SAW.
Akan tetapi, perlu dicatat, ada adab yang mesti diperhatikan dalam salawat. “Salawat adalah Zikir. Karena itu disyaratkan khusuk dan hudlur, serta takzim kepada Nabi SAW saat bersalawat. Dianjurkan pula menghadirkan zat Nabi SAW kala berdoa dalam salawat, dengan harapan agar curahan anugerah kepada beliau senantiasa lestari. Dengan adab inilah, segala faedah salawat niscaya tergapai. Bahkan bisa lebih dari itu. Salawat tak hanya berarti zikir, salawat juga bermakna doa, bahkan ia adalah esensi doa itu sendiri”
Begitu gamblang paparan Habib Ahmad bin Zein mengenai fadilah salawat di atas. Tunggu apa lagi, marilah kita-sedari sekarang- menggemari salawat, demi kita, demi keluarga, demi umat, dan demi pertiwi yang telah lama dirundung sedih ini….!
Sunday, 15 May 2011
NAKBAH?
Memperingati Nakbah 15 Mei 1948
Mereka terpaksa hidup tanpa makanan yang mencukupi , tanpa tempat tinggal , tiada pekerjaan , pendidikan dan kemudahan rawatan. Nasib mereka hingga kini tidak dipeduli oleh masyarakat antarabangsa yang didominasi oleh Israel yang berlindung disebalik kuasa Amerika Syarikat.
Saturday, 14 May 2011
LEMAK SAYA
Wednesday, 11 May 2011
HANTU KAK LIMAH
Saturday, 7 May 2011
ITTAQULLAH
Sampai ke ‘Ittaqullah’
Assalamualikum wbt
Maaf atas jarang nya input baru dalam blog ini.Alasan biasa , sibuk memakan waktu.
Ittaqullah.
Bertaqwalah kepada Allah
lalu bilal di masjid itu akan mengiringi kalimah tersebut dengan :
Sebenar-benar taqwa!!
Subhanallah.besar sungguh kuasa taqwa. Besar sungguh makna sebuah taqwa.
Mari kita mengimbas sebuah hadis dengan nuansa taqwa dari seorang Rasul yang menunjukkan kita ert taqwa :
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Dari Abu Dzar bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah kejelakan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih. Hasan dikeluarkan oleh At Tirmidzi di dalam [Al Bir Wash Shilah/1987] dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Al Misykat [5083])
Taqwa dimana,bila dan bagaimana?
“Bertaqwalah kepada Allah..” sudah jelas ianya adalah satu ayat perintah. Sama seperti ayat yang menyuruh kita untuk tidak melanggar undang-undang dan lain-lain. Bukan satu arahan yang main-main seperti :
“Kalau senang ,bertaqwalah ye…”
“Nanti kalau kamu ada masa,kamu bertaqwalah..”
Tidak.
Taqwa ini adalah satu suruhan oleh Allah dan Rasul . Ianya adalah satu urusan yang perlu di bina setiap waktu.Yang perlu diperhalusi.Yang perlu dicantikkan. Yang perlu dikuatkan.
Maka , mahu atau tidak, taqwa ini perlu kita bina.
Tetapi sebelum kita pergi lebih jauh dan semakin saya buat anda lebih tidak faham apa yang saya cuba katakan, baik kita kupas apa maksud taqwa.
Taqwa berasal dari perkataan waqa–yaqi–wiqoyah yang ertinya memelihara. Di sekolah kita diajar taqwa ini adalah takut kepada Allah.Takut cumalah sifat yang ada dalam taqwa. Dengan bawak erti pelihara,taqwa ini akan beri makna yang lebih besar.
Contoh,
seorang lelaki takut untuk bermesra dengan seorang wanita bukan muhrimnya.Takut nya itu datang ketika itu sahaj ketika dia diuji.
Tetapi ,jika seorang lelaki itu memelihara dirinya dari bermesra dengan wanita bukan muhrimnya, dia cuba untuk menjaga dirinya setiap masa.
Dan ketika dia diuji, perasaan takut tadi itu lahir daripada usahanya memelihara dirinya.
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah
kamu memelihara diri kamu dan keluarga kamu
dari api Neraka.” (At Tahrim: 6)
Maka , jika taqwa adalah memelihara, boleh kita mudahkan yang taqwa ini semacam “mine detector”.Ala,yang kesan bom bawah tanah tu.
Taqwa ini memberikan kita amaran bahaya. “Teet..Teet… Ha!! Tajul. Jangan jalan dekat depan.Belok kanan.Dekat depan ada syaitan dan nafsu…”
Tapi dengan degilnya diri ini cuba juga untuk melawan kata-kata dari taqwa itu tadi.
Maka bila berdepan dengan bahaya tadi, taqwa ini bertukar menjadi baju perisai. Sebagaimana sepatutnya ia menjadi pemelihara.
Dan sebagaimana kalimah Allah tertinggi :
Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. (Al-A’raaf: 26).
Maka patut jelas kepada kita yang taqwa itu adalah pemelihara. Pengawal. Ketika kita menjadikan taqwa itu sebagai kubu atau benteng kita,kita telah meletakkan Allah dihadapan kita. Kita meletakkan Allah sebaga benteng kita. Kita meletakkan rasa hamba sebagai panduan. Kita meletakkan keinginan Allah dihadapan berbanding keinginan kita.
Di tempat di mana pun engkau berada engkau pasti bertaqwa. Engkau tidak hanya bertakwa kepada Allah di tempat yang di sana orang-orang melihatmu saja. Dan tidak hanya bertakwa kepadaNya di tempat-tempat yang engkau tidak dilihat oleh seorang pun, karena Allah senantiasa melihatmu, di tempat manapun engkau berada. Oleh karena itu, bertakwalah di mana pun engkau berada.
Taqwa : Bagaimana ?
Kita disuruh bertaqwa tetapi kita tidak tahu apa alat untuk bertaqwa. Mari kita lihat antara ciri taqwa .
Ketika seorang sahabat bertanya Umar, bagaimana itu taqwa, Umar mengatakan ianya bagai berjalan di atas jalan berduri. Kita akan menarik ke atas sedikit kain jubah kita dan berjalan dengan hati-hati.
Lihat, kita tidak mahu duri dosa-dosa itu mengoyak jubah kehidupan kita dalam kita mengharungi jalan untuk bertemu kekasih teragung kita, Allah SWT.
Adakah seorang kekasih mahu berjumpa kekasihnya dengan pakaian koyak rabak. Dia akan berhati-hati dengan apa dia lakukan.
Lihat, taqwa itu adalah satu cahaya nurani yang Allah kurniakan. Dengannya kita akan menjadi peka. Sebagaimana peka nya seekor kucing apabila terbau friskies. Atau sebagaimana tiba-tiba kita terasa tidak sedap hati terhadap sesuatu. Itu adalah satu rasa yang Allah kurniakan. Tetapi taqwa ini adalah rasa yang lebih khusus. Yang mana ia mengenal bahaya dosa dan tidak mahu terjebak dengan nya. Hatinya meronta untuk menjauh dari nya. Itu lah taqwa. Dan ia tidak selesa berada dalam dosa.Itulah taqwa.
Maka Allah mencipta alat-alat yang hebat untuk membina rasa hati yang bernama taqwa itu.
Dan anda semua sudah tahu apa itu semua.
Itulah ibadah yang Allah ciptakan.
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Al-Baqarah: 183)
Bukankah itu bukti yang ibadah-ibadah ini membentuk taqwa.
Iman dibina dengan satu kepercayaan yang tidak berbelah bahagi tetapi bukan satu percaya kosong. Ianya disertakan dengan bukti.Dengan hujah. Kerana itu Islam ini “agama” yang punya bukti. Bukan cuma dogma mainan ilusi atau percaya buta. Bahkan di dalam Islam istilah taqlid buta tidak ada. Bahkan mahu beribadah sahaja, kita perlu tahu buktinya dan kita faham kekuatan asal usulnya mengikut sunnah dan syariah atau tidak.
Cuba lihat dengan begini :
Insan—-Muslim——Mu’min——-Muttaqin
Seorang insan itu bilamana dia menjadi Muslim, dia sudah meletakkan Allah sebagai rabb nya dan Rasul sebagai panduannya. Tetapi imannya perlu dibina yang itu membawa maksud sebagaimana seorang askar prebet dinaikkan pangkat menjadi Leftenan.
Kemampuan Leftenan berbeza dari prebet. Maka dia juga perlu diasuh untuk jadi Leftenan.Latihannya berbeza. Sebagaimana latihan komando,berbeza dari latihan askar biasa.
Tetapi prinsip latihan nya sama. Mengkualitikan.
Seorang Muslim tetap solat.Tetapi seorang Mu’min solatnya berlainan. Solat nya yang wajib dibuat. Tetapi dia kuatkan solat itu dengan kekuatan khusyuk.
Tetapi bila mana dia cuba mengawal diri nya dengan solat itu.Yang dengan erti kata dia memahami bahawa solat itu adalah tanda dia adalah hamba dan dia menjadi hamba setiap waktu dan dia memeperakui diri nya sebagai hamba setiap hari 5 waktu, adakah dia akan mahu melawan “Towkey” yang memilikinya pada waktu yang lain.
Itulah ketika ia menjadi taqwa. Ia menjadi muttaqin. Ketika itu jugalah amal ibadahnya cuba ditingkatkan.Dia cuba menguatkan lagi dengan solat-solat sunnah. Qiam.Solat rawatib.dan lain-lain.Puasanya jelas pada zahir dan batinnya. Zakatnya bukan cuma mahu lepas syarat. Dia memahami tentang apa yang dia cuba lakukan dengan sebenar-benar faham.
Dan ketika itu lah setiap perbuatannya cuba dilakukan dengan hati-hati supaya dia sentiasa berjalan dalam langkah hamba yang mensucikan dan memelihara diri.
Itulah taqwa.Itulah kuasa taqwa.
Ittaqullah…
Wednesday, 4 May 2011
KERANA BIMBINGAN-MU
Karena Bimbingan-Mu
Oleh bidadari_Azzam
Di tengah perjalanan nafas kehidupan nan harus selalu kita syukuri, sering kali kita memiliki hati yang lapang dengan kesyukuran yang selalu bertambah saat berjumpa dengan saudara-saudari lain yang sudah merasakan ujian nan lebih dahsyat dari pada yang kita rasakan. Begitulah dengan diri ini, ketika atas kelalaianku sendiri terpeleset di lantai, serta seabrek problema jangka pendek yang harus segera diselesaikan, sungguh beruntung masih dapat menyempatkan diri mendengar keluh kesah dari sahabat dan teman-teman yang jauh.
Tak kusangka Ibu Tika yang penyabar dan selalu berprilaku lemah lembut serta penuh keyakinan diri, saat ini sedang kalut dan merasa ‘hancur’ hidupnya, permasalahan yang menyangkut hubungan antar-keluarga besarnya telah membuatnya sedemikian rapuh. Kala beliau telah begitu banyak menghabiskan energi, waktu, harta dan curahan kasih sayang buat keluarga besar serta para tetangga, ternyata balasan dari ‘yang dibantu’ malah kedengkian dan fitnah yang keji buatnya. Bu Tika merasakan amat terpukul, sebab fitnah memang biasanya lebih kejam dari pembunuhan.
Prihal kecewa juga pernah diungkapkan Bang Sato, selama ini ia merasa telah berbuat kebaikan yang amat banyak, siapa saja yang membutuhkan selalu ia bantu dengan segera. Namun tatkala bisnisnya mampet, kemudian ia harus gulung tikar dan memulai bisnis kecil-kecilan yang baru, ia merasa gemas dan kesal melihat orang-orang yang biasa menikmati bantuannya malah saat itu tak peduli akan kesulitannya. Bang Sato merasa bahwa ketika ia membantu seseorang, selalu penuh pengorbanan dan memaksimalkan bantuannya. Sedangkan di saat ia berhadapan dengan kesulitan dan perlu bantuan seperti masa ini, maka yang ia lihat, teman-teman atau saudara dekat yang dimintai bantuan seolah dengan mudah mengatakan ‘tak bisa’ tanpa mengoptimalkan usaha membantunya. Mungkin perasaan nurani Bang Sato itu pernah pula terjadi pada diri kita semua.
Demikian pula seorang Fulan, yang terbiasa ringan tangan menolong teman-temannya, selalu jadi orang pertama yang turun tangan ketika diperlukan siapapun orang di sekitarnya, lalu di suatu ketika ia yang sedang urgen membutuhkan pertolongan, malah merasa ‘dicuekin’ teman-temannya, duh sungguh perih hatinya, Fulan merasa amat bersedih.
Dan beruntung ketika berjumpa Ummu Izzah, seorang wanita berdarah Palestina, seolah bab tentang keikhlasan dalam menyandarkan hidup pada-NYA, kembali diajarkan oleh sister yang satu ini. Ummu Izzah amat jarang keluar rumah, suaminya adalah student, dari daerah tepi-barat, mereka berhasil merantau ke old-town Krakow, karena sang suami memperoleh bea siswa untuk melanjutkan pelajarannya. Kita sudah tau bagaimana ‘panasnya’ situasi di tanah Palestina, dan ternyata hal itu tidak menyurutkan secuil pun langkah kaki untuk maju dan berprestasi bagi muslimin di sana.
Belajar, dan selalu belajar, itulah komitmen Ummu Izzah dan keluarganya. Semua alur hidup yang dilalui adalah pelajaran, langsung dibimbing-NYA, Sang Maha Pencipta kita semua. Kalau ada sosok-sosok yang terbiasa hanya melakukan penilaian dengan sejumlah harta benda, maka dipastikan ia menilai segala pengabdian Ummu Izzah adalah hal bodoh dan sia-sia. Menunaikan tugas dan amanah dari seorang suami yang ‘hanya student’, di tempat yang merupakan kota kecil, jauh dari keluarga yang masih terus berjuang membela tanah air, sebagai kaum minoritas dengan keterbatasan finansial pula. Lengkap sudah tangisan kepedihan itu.
Tapi kenyataannya, tidak demikian, Ummu Izzah tak bersedih hati. Ia mengingatkan, "wanita dikatakan sebagai golongan yang paling mudah mendapatkan surga sekaligus paling mudah mendapatkan bagian neraka",dikarenakan buah ketaatan atau pengabdian kepada suami. Ia berujar bahwa kita sebagai wanita, merupakan ratu yang membina kerajaan kecil rumah tangga, dan sama dengan perjuangan para mujahid terdahulu, pastilah banyak peristiwa pahit dan pengalaman menyakitkan yang kita temui selain kesenangan dan kegembiraan. Hanya kepada Allah SWT kita mengharapkan balasan terbaik, keridhoan dan rahmat-NYA hingga di hari perhitungan kelak.
Duhai Robbi, karena bimbingan-Mu diri ini masih dapat melalui hari-hari dengan bernafas lega, dengan senyum optimis, dengan asa dan cita yang masih bertumpuk.
Hal pertama, sesungguhnya Allah ta’ala telah memberitakan kabar baik dalam ayat-NYA, ”Dia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan barang siapa yang diberi hikmah itu, sesungguhnya ia benar-benar telah dianugerahi karunia (kebaikan) yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal sehat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 269)
Sobatku, berarti betapa beruntungnya kita ketika hanya mengharap ridho Allah SWT dan memetik pelajaran atas segala yang terjadi, berarti kesehatan kita masih terjaga, sehat raga, akal dan nurani. Usah risaukan ‘mengapa’, alasan apa orang lain tak memiliki balasan ‘budi baik’ yang sama dengan apa yang kita kerjakan, karena disitulah letak proses didikan Allah ta’ala kepada kita. Tak perlu gundah di kala air susu berbalas tuba, sebab matematika skenario Allah selalu adil buat semua hamba-Nya.
Ada banyak peristiwa yang kita temui, ternyata pertolongan Allah ta’ala datang tanpa kita sangka, mungkin bukan melalui orang-orang yang kita harapkan. Jadi jika permasalahan seperti yang diungkapkan bu Tika, Fulan, atau Bang Sato menimpa diri kita, maka coba tersenyumlah dan yakinkan dalam hati, "Saya mampu melalui peristiwa ini, karena Ada Allah yang membimbing senantiasa..." Itu pun telah dilakukan Ummu Izzah dan saudara-saudari kita nan tangguh lainnya. Bahkan para pejuang pendahulu kita telah ‘terbiasa’ jatuh dan terluka, namun kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya membuat mereka telah ‘kebal’ menghadapi problema hidup, hingga Allah telah mendirikan istana-istana bagi mereka di jannah-NYA.
Hal kedua, ketika nurani kesal dan gundah, berwudhu dan memperbanyak istighfar adalah solusi yang amat menentramkan. Sungguh berbeda suasana hati orang-orang yang usai berwudhu dan memperbanyak dzikrulloh, tatkala kita merasakan getaran di dada, bahwa semua permasalahan dan detik-detik kesulitan yang dihadapi adalah buah manis penggugur dosa-dosa.
Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu’anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”
Dalam hadits lain beliau SAW bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” Subhanalloh, duhai Robbi, betapa indah semua didikan-Mu.
Hal ketiga, nuansa hati akan menjadi lapang serta tenang jika mata kita menebar pandang ke biru-langitNya, cahya jingga mentari-NYA, serta sejuk hembusan angin-NYA. Jua lihat jiwa-jiwa yang masih suci : anak-anak. Tataplah anak-anak, bayi-bayi kita, senyum mungil mereka yang tulus. Adalah keistimewaan saat ini di appartemenku yang baru telah ada pemandangan baru pula, rata-rata tetangga punya bayi, jadi saya selalu melihat kereta bayi berlalu-lalang di trotoar, melalui jendela atau balkon. Ada anak-anak yang digandeng orang tuanya usai bermain di taman, ada puluhan kereta bayi berlalu lalang, para orang tua ‘memanfaatkan’ menit-menit matahari bersinar karena di musim semi masih sering hujan. Pemandangan yang teramat indah, duhai Ilahi, mohon tetaplah bimbing diri ini agar senantiasa bersyukur setiap waktu.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah [94] : 5-8)
Teringat nasehat ustadzahku di Bangkok beberapa tahun lalu, “Setiap hari pasti ada hikmah-NYA, didikan dan bimbingan Allah ta’ala menjadikan kita pribadi yang makin tegar…”
Dan sobat-sobat, ternyata bukanlah kanker atau tumor ganas, atau HIV dan berbagai virus mematikan yang merupakan musibah terbesar. Bukan pula karena kecelakaan raga, patah tangan atau kaki, menurunnya daya tahan tubuh, atau kesulitan finansial, gempa dahsyat dan tsunami yang menjadi derita terberat. Melainkan, musibah atau penderitaan itu hadir jika kita sudah kehilang kesyukuran pada-NYA, tatkala ‘pegangan erat’ karena bimbingan-NYA telah terlepas dari jiwa raga kita. Naudzubillahi minzaliik.
Ya Robbi, semoga kami semua yang berada dalam untaian ukhuwah melalui oase iman ini, merupakan golongan hamba-hamba yang Engkau cintai, berada dalam limpahan hidayah-MU dan selalu optimis dan termotivasi pada semua skenario terbaik-Mu, berdekap erat keridhoan sepanjang waktu karena didikan & bimbingan-Mu, amiin.
(bidadari_Azzam, Salam ukhuwah dari Krakow, malam 4 mei 2011)